Part 27

3K 123 0
                                    

Kenangan memang manis, tetapi mengingatnya adalah salah satu hal yang miris-
Kirana--

Hari yang bodoh pikirku, namun semua tak menyuruti keinginanku untuk mengetahui semuanya. Butuh pemikiran lama untuk melakukan pengamatan apa yang terjadi pada diriku, ya pada diriku yang bodoh ini. Hari ini aku akan mengetahui semuanya, aku berada di kota dimana aku menghadapi semuanya. Hari yang berat bagiku, tetapi niat sudah menjerumuskanku ke otak yang pilu.

"Loh ma, bibi mana?" tanyaku saat tidak mendapati bibi diruang makan. Hari ini mungkin hari yang free bagiku, mengingat hari ini libur.

"Oh itu, balik ke Semarang. Katanya sih bibi kangen," jawab mamaku pelan sembari menyiapkan sarapan pagi.

"Loh? Kok rana gak tau sih ma?. Padahal kan rana kepengen ikut buat ketemu lisa, rana kangen banget deh ma. Suer," ucapku lesu.

Mamaku mendesah dan tertawa "heh? Lisa kan udah ada di Jakarta. So? Kamu ga pernah ketemu disini? Apa kamu ga tau?"

Aku pura pura bingung dan terus menanyai mamaku tentunya "lahh? Emang iya ma? Sejak kapan? Kokk mama ga bilang sama rana?"

"Masyaallah, mama kira kamu udah tau. Kan biasanya kamu selalu video call tuh sama lisa, jadinya mama ga ngasih tau kamu," nahhh berarti mama suka nguping nih kalau aku lagi video call sama lisa.

Sayangnya itu dulu ma. Batinku sesak...

"Yaudah gih malah ngelamun." gertak mamaku "kak, paaa ayo sarapan" sambungnya lagi.

Aku memutuskan untuk berjalan jalan setelah ini, mungkin ke mall atau ke cafe? Untuk memperistirahatkan sejenak otakku yang sudah kelebihan memory ini. Sendiri mungkin lebih baik, daripada bersama tia, kenzo, dimas, dan ihsan. Tentu nya mereka akan mempersulit suasana saja.

Kusudahi acara ritual mandiku yang sangat lama ini, mimisan dan kepala pusing sudah sejenak tidak muncul, tetapi terkadang masih saja terjadi sehingga membuatku geram sendiri. Memakai sweater berwarna merah muda pucat, celana jeans panjang lalu rambut yang ku ikat seperti buntut kuda. Sepatu santai biasa yang kukenakan dengan tas ransel kecil untuk santai juga. Make up tentu hanya kuoleskan bedak tipis. Tanpa lipstick benda yang menjijikkan itu.

"Maaaa, rana ijin pergi ya," menemui mamaku yang hari ini santai sambil membaca majalah.

"Kemana? Sama siapa?" pertanyaan ini membuatku ingin bunuh diri saja.

"Mamaaaa, rana bukan anak kecil. Lagian cuman pergi ke cafe saja atau ke mall. Otak rana sudah cukup penuh akan memory nih ma," dengan tampang sok cute.

"Yaudah, naik apa? Mama nanti juga mau ke butik. Tapi nanti, apa mau bareng mama aja?" jawabnya.

"Yeeeilee mamaaaaaaa. Rana kan perginya sekarang, ahh mama godain adek mulu," cemberutku.

"HAHAHA, Yaudah sih dek. Iya iya yaudah sana, pulang jangan kesorean," setelah mendapat izin, aku langsung berhambur keluar rumah yang seperti sel tahanan itu. Oiya sejak tadi aku memang belum bertegur sapa dengan kak Farhan, atau mungkin dia masih kesal?.

Tempat yang kutuju adalah cafe favoritku, sangat nyaman. Tembok dindingnya selalu bernuansa paris, ya aku pengagum berat menara eiffel itu. Suasananya pun juga tak kalah nyaman, bahkan sangat nyaman. Dengan ruangan yang terletak renggang, lampu lampu kuno, yang kuinginkan adalah langsung berhadapan dengan keramaian kota Jakarta, dimana orang orang pagi ini sibuk berjalan kesana kemari atau menggunakan kendaraan untuk pergi ke pasar.

Secret Rana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang