Part 25

3.1K 114 2
                                    

Pagi hari ini aku sudah berada dikota Pacitan, dengan nuansa pantai Indah yang ada disini. Angin sepoi sepoi berhembus membuat rambutku sedikit terkoyak, ombak yang bergulung menambah kesyahduan suasana, begitupun karang karang yang menjulang seperti saksi bisu hatiku.
Aku berlari dan mulai menikmati suasana klayar dipagi hari, membuat hatiku sedikit gembira oh tidak bahkan sangat gembira.

"Aduhhh... Maaf kak gue ga liat," ucapku meminta maaf, karena keasikan berjalan sambil merem. Aku menabarak seorang laki laki pengurus osis.

"Ck! Kalau jalan pake mata!" namanya kak Jovan, perawakannya bahkan sebanding dengan kak Rei. Wajahnya putih, rahangnya kokoh, bibirnya merah muda, dan tinggi gagah. Oh apa ini tuhan!.

"Gue kan ga lihat! Lagian lo tadi juga jalannya ga liat liat. Jadi bukan salah gue aja dong?" oh ku kutuk mulutku ini, bodoh sekali kau rana.

Dia hanya membalas dengan wajah yang datar sambil memasang headsetnya lagi, ihh betapa sebalnya aku melihat dia mencaci maki ku. Dia juga terkenal di SMA apalagi dia juga teman baik kak Rei. Udah sama sama tampan, pintar, baik? Oh tidak mungkin baik adalah kata yang tidak pantas diucapkan untuk mereka. Tampan sih tampan, tapi kalau hanya sekedar berbicara sepatah dua patah namanya tampan irit ngomong. Ga sudi banget deh.

Aku duduk dipasir bibir pantai, entah teman temanku pergi kemana dan aku juga tak ingin tau. Pantai ini cukup sepi karena mengingat ini bukan hari libur, yang lain juga sibuk. Padahal aku harus menyiapkan makalah tentang pantai, ah aku harus memikirkannya lagi.

Cessss "ya ampun, kenapa keluar disaat yang ga tepat sih? Hh bego" gerutuku pada hidungku yang mulai mengeluarkan darah segar.

"Eh ran? Lo gapapa? Sini biar gue obatin," tia menghampiriku.

"Gue udah biasa kok ti, lagian ini mimisan biasa doang. Mending lo langsung ke tempat pengamatan aja deh, gue disini aja. Ntar kalau gue ikut, gue malah nyusahin kalian" ucapku padanya, aku menunggu di villa dekat pantai.

"yaudah kalo gitu. Ntar gue ijinin lo aja deh, lo disini baik baik ya. Kalo butuh apa apa langsung telpon gue, gue stay bawa hp kok. Ok gue tinggal ya!" lambainya sambil keluar dari kamarku.

Aku langsung mengambil handphoneku, lalu mencari nama kontak kak Farhan. Siapa tau dia ada disini untuk mengikutiku? Haha.

"Ya halo? Ada apa dek?" ucapnya dari seberang sana.

"Ga kok gapapa. Lagi apa lo? Mama sama papa lagi pada ngapain?" tanyaku diujung sini.

"Nih lagi santai aja, mama sama papa lagi santai katanya, mumpung ga ada kerjaan. Eh btw bukannya lo pengamatan? Kok lo malah telpon gue?" anjir dia tau rupanya.

"Oh gue, nggg gue ga ikut. Males aja ah" alibi palsuku.

"Lo gausah boong. Jujur sama gue!" gertak nya dari telepon.

"Iii tuuuu.. Gue lagi sakit perut, makanya gue ga ikut" aku tak tega kak kalau kau khawatir padaku.

Selesai mengetahui keadaan keluargaku, aku segera keluar villa. Teman temanku yang lain mungkin sudah berkelana entah kemana untuk melakukan pengamatan.

Cittttt  "aduhhh sialan, pake kepleset lagi" aku ndelosor mencium lantai teras villa, argh memalukan.

"Dasar bodoh" ucapnya pelan, tetapi aku masih sedikit mendengar. Siapa dia? Kalau bukan kak jovan?.

Aku bangun dengan keadaan yang sedikit mrawut dan berjalan dengan pincang. Aku heran, mengapa dia tidak ikut mengamati angkatanku untuk melakukan pengamatan?. Ah bodo amat.

"Ngapain lo disini? Ngikutin gue karena gue ga ikut pengamatan?. Mau marahin gue ha? Yaudah marahin aja cepetan" cerewetku tak sopan.

"Tutup mulut lo yang kayak kaleng rombeng," wajahnya masihhh sangat datar sekali, aku tak tau dia terbuat dari apa sehingga susah sekali untuk tersenyum.

Secret Rana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang