Part 50

2.8K 104 0
                                    

Rindu tak selalu tentang hujan, rindu tak selalu tentang angin, dan rindu juga tak selalu tentang kenangan. Tetapi rindu itu adalah perasaanku sekarang.
Rana-

***


Aku memantapkan hati dan terus berjalan menyusuri koridor sekolah dengan perasaan was was. Yaa, tidak ada lagi Rana yang dulu, Rana yang mudah ditindas atau berpura pura tak apa. Karena aku yakin dengan berbicara 'tak apa' malah akhirnya membunuh diri sendiri. Bertopeng boleh asalkan jangan terlalu memaksa, dan pada akhirnya topeng itu yang mempermainkan kita.

Aku berada didepan kelas, suasana ramai dan gaduh sudah kudengar. Ya pastinya guru belum masuk atau memang tidak ingin masuk?.

"Woee, gile gile ini seksi banget vroh!"

"Dasar monyet, otak lu mesum banget anjir"

"Normal vroh.."

"Heh lo pada ngapain sih mojok?! Homoan dih." ucap seorang wanita.

"Sini ikutan ti, lu ditengah ya!"

"Ogah!!!. Ngga tertarik gue!"

"Hehhh gile coba liat yang ini."

"Ngebet banget lu njir,"

"Beh sumpah pengen gua nikahin nih cewek.."

"Iye, manis banget ye."

"Lu pikir gula apa,"

"Ye songong lu"

Dan bla bla bla..

Suara tak asing terdengar dari dalam kelas, jangan menangis Rana. Ini adalah permulaan, dan pada akhirnya kamu harus berjuang lagi.

Aku masuk dengan sejuta rasa gaduh, jika dunia bisa berhenti, tolong berhentilah, lalu rekam semua ini dan tunjukan pada semua orang bahwa aku tidak menginginkan ini semua.

Deggggg!!!!!....

"Heh siapa tuh!"

"Shttttt....."

"Siapa sih dia?"

"Heh siapa lo?"

Berbagai pertanyaan kudapatkan saat aku masuk ke kelas.

Aku mendongak, menatap seluruh isi kelas dengan perasaan, akh tak tau...

"Huaaaaaaa!!!!!"

"Raaa.....naaaaaa?"

"Demi apaaa, lu Ranaaa????!!!!!"

"Ra-na! What the fuck?!"

"WOWWW"

"GILE ini Rana? Hidup lagi atau ini udah hari pembangkitan seluruh manusia yang udah the end?"

"Hueeeeee gue takut!!!!!"
*sambil naik ke atas kursi.

"Seriusan lo Rana?"

"Apa apaan sih ini?!"

"STOPP!! DIEM LO SEMUA!" suara itu menginterupsi seisi kelas menjadi diam, yaa Tia.

"Ini beneran lo ran?" ucapnya terbata bata.

Aku membuka topi jaketku, dan lebih mendongakkan kepalaku.

"Iya ini gue," jawabku gemetaran, dan sebisa mungkin aku lebih menunjukan sikap normal dan biasa.

Disaat seluruh isi kelas tegang, ketiga temanku melongo dan menghentikan aktivitasnya.

Secret Rana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang