Part 36

3.1K 141 13
                                    

Mungkin aku akan jadi yang terbelakang diantara wanitamu. Tapi percayalah, aku orang yang terdepan, yang selalu menunggumu-
Kirana--


Orang bilang, pagi pagi itu harus senyum dan juga menebarnya pada orang lain. Katanya sih kalau tak melakukan itu rejekinya akan dipatok ayam. Okee smile ran, aku pasti bisa melewati semuanya. Drama drama ini pasti akan segera berakhir, berakhir dan berakhir.

Aku masuk kelas dengan biasanya, murid murid yang nampak asik ngobrol dikelas, dan mungkin aku tak dianggap teman mereka, atas kejadian kak Farhan. Kulihat juga kak Farhan sudah sembuh dan mulai masuk sekolah, dan gawatnya aku sudah dibully satu sekolah. Mengapa sedikitpun hati mereka tak begerak untuk membelaku? Mengapa?.

"Heh lo, duduk dibelakang sana," ucap salah satu temanku, kubalas dengan senyuman dan anggukan.

Bodoh? Tidak. Aku tidak bodoh, hanya saja aku ingin mengalah. Mungkin dengan cara aku mengalah aku akan membuat mereka bahagia. Tenanglah, aku kuat dengan ini semua.

"Eh pembunuh, lo dicariin sama kakak lo tuh. Berani banget sih lo nampangin muka lo didepan kak Farhan?. Kalo gue jadi lo ya, gue bakal malu banget," ucap salah satu temanku lagi, dan aku juga segera menyusul kakakku.

Menemuinya adalah salah satu hal yang kubanggakan, tapi dulu. Sedangkan sekarang? Aku hanya menundukan mukaku didepannya. Memang aku bukan pembunuh, tapi apakah aku harus bertopeng sebagai pembunuh?.

Tidak, ini sangatlah buruk.

"Ikut gue," ujarnya singkat dan menggeretku pergi ke Taman belakang sekolah.

"Gue udah tau semuanya," sambungnya lagi, dan aku masih terus diam.

"Kenapa lo lakuin ini semua demi gue? Kenapa lo ga bilang aja kalo lo ngga ngelakuin ini?" ujarnya lagi dan aku masih terus saja diam.

"Jawab gue kalau lo emang adek gue" sambungnya lagi.

"Dan lo kenapa pergi dari rumah?" dia masih saja terus berbicara.

Harusnya lo tau kak, kalau mama dan papa udah ngusir gue. Mereka ga percaya sama gue, dan lo ga ada niatan buat jelasin ke mereka? Kalau gue bukan yang ngebunuh lo. Batinku, yaa hanya batinku yang bisa berbicara.

"Kita ga harus bicarain disini semua kak," jawabku singkat sambil menghembuskan nafas berat.

"Oke nanti kita ketemuan di cafe biasanya. Dan sekarang lo tinggal dimana? Kasih tau gue," ucapnya dengan nada tegas.

"Gue udah bilang kan? Kalau gue ga harus bicarain semua disini," ujarku.

"Tapi apa salahnya sih kalau lo bilang, lo tinggal dimana sekarang?" dia terus menanyaiku.

Aku menggelengkan kepala dan pergi darinya. Sungguh hatiku sesak, mulut tak bisa berbicara lagi. Dan saatnya air mata yang berbicara.

"Hai," dan kenapa dia lagi?. Dia datang lagi.

"Kenapa?" aku menjawab dengan singkat.

"Gue mau ngomong sama lo," yaa dia kak Rei.

Aku hanya menundukan kepala dan mengikutinya. Berharap siapa saja yang datang dan menyelamatkanku, mungkin yaa aku hari ini terlalu cupu.

"Duduk" sambungnya lagi singkat, ya diperpustakaan sekolah.

"Lo mau ngomong apa?, urusan kita udah selesai. Lo gausah deketin gue lagi," kataku ketus.

"Gue tau kalau lo masih sayang sama gue. Tatap gue sekarang," dia memaksaku dan aku juga tak bisa mengelaknya.

1 detik, 2 detik dan 3 detik. Lalu 5 menit, aku menatap matanya dan dia juga menatap mataku.

Secret Rana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang