Part 51

2.9K 107 0
                                    

Luka itu tak akan sembuh bila kau terus mengoreknya. Mencoba bangkit dan menatap kedepan agar luka itu lekas sembuh dan memendam semuanya-
Someone--

***

Yang kulakukan itu benar atau salah? Entah, perasaan dendam mungkin tak ada. Tetapi disisi lain aku kesal, marah, egois dan tak ingin diganggu. Sudah cukup aku melewati semua, di caci, di maki atau di musuhi. Berhenti, aku bukan sekuat lem baja, aku juga tidak sekuat besi panas. Aku hanyalah manusia yang bisa tertawa, menangis dan terbuai. Aku hanyalah manusia biasa yang mempunyai banyak khayalan akan mimpi dan imajinasi. Aku lelah.

Serasa aku tidak pantas untuk bahagia.

"Ibu, Ana harus gimana? Hiks...hikss...." airmata ini tumpah tanpa disengaja, bahkan aku sendiri juga tak tau.

Bu nay yang merasa iba segera merangkul ku, memberi kehangatan tersendiri. "Sudah tak apa, disini ada ibu sayang. Ibu selalu ada buat kamu..."

Aku masih saja mengelak, ego ku terlalu tinggi untuk menyadarinya.
"Apa Ana ngga pantes bahagia ya bu? Ana capek bu-uu hiksss....hiksss... Sampe kapan Ana gini? Apa Tuhan ngehukum Ana? Kapan Ana bisa bahagia bu?"

Yang tadinya bu nay merangkulku sekarang malah berusaha mensejajarkan tubuhku sama seperti tubuhnya yang terduduk sigap, di sofa ini aku merasa jauh lebih nyaman dan tenang. Walau kata itu sulit kuartikan dalam kenyataan.

"Kadar bahagia manusia itu sendiri sendiri sayang, ada kalanya kita harus mencari jati diri kita. Semua yang kita dapatkan semata mata hanya untuk kebahagian, tidak bukan itu. Dari hal seperti ini kamu harus tau bahwa hidup itu butuh proses, terlalu khayal jika mulus mulus saja. Ini awal dari dirimu, ini awal dari jati dirimu, kamu anak yang kuat dan bisa. Hal semacam ini pasti bukan hanya sekali dua kali dipermainkan, tetapi sudah berulang kali. Ada bahkan sampai lebih parah, tetapi mereka akan tetap bersyukur dan bangkit. Ingat satu hal jika dirimu bercermin, banyak kelebihan yang kamu miliki tetapi tidak disadari oleh orang lain. Kita hidup seperti semut semut, yang nantinya akan saling membutuhkan walau dunia bertolak belakang..." senyumnya mengembang seakan semua baik baik saja.

"Jadilah dirimu sendiri walau dicaci maki oleh orang lain, karena mereka belum tentu sehebat dirimu. Jangan pernah merasa rendah, kita hidup untuk bertarung kemenangan, jangan berdendam untuk menghilangkan rasa, berdendam lah untuk tujuan merubah. Ingatlah, ini bukan tentang angin yang membawa kenangan, ini juga bukan matahari yang membawa cahaya, dan juga bukan rembulan dan bintang yang membawa keindahan. Tetapi ini hidup yang harus dijalani dan dipertaruhkan." lanjutnya memastikan dengan kata kata yang sulit kuartikan.

Di pelupuk mataku terdapat satu tetes air mata lagi yang akan lolos jatuh di pipi kananku. Sekali mengedipkan mata akan langsung terjatuh, yang benar saja bahwa kodratnya manusia gampang terjatuh. Dan kita harus bangkit dengan mengambil air mata itu lalu memberikan sebuah senyuman.

***

Rei dan yang lain lain sudah berkumpul di rumah besar Farhan. Ia tau bahwa betapa kagetnya saat melihat bahwa Rana hidup kembali. Entah untuk membalikkan nasib atau membalas semuanya. Akal pikiran juga sukar mengartikan apa yang terjadi sebenarnya.

"Ada apa lo semua kesini?" suara besar datang menghampiri teman teman adiknya itu, ralat, apakah masih adik?.

Suara Rei menginterupsi keadaan, "Kita mau mastiin apa yang sebenarnya terjadi sama Rana dan lo"

Secret Rana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang