Part 47

2.8K 128 8
                                    

Aku ini hanyalah perempuan berumur 17 tahun. Aku masih terlalu muda untuk ditindas, dan tentu saja aku akan bangkit dan membalasnya dengan kebahagiaan-
R(/)

***

Semenjak kejadian itu, aku pergi ke rumah bu Nayla. Berdiam diri dan mencoba mencerna kata kata kak Farhan yang berhasil membuatku tersenyum miris. Untuk ini aku harus bisa mengatasinya, dan untuk ini aku harus bisa bertanggung jawab. Bu nay sempat bertanya ada apa dengan diriku?, ya aku mengatakan semua. Semua yang selama ini ku pikir sendiri, dan tanggapannya aku harus bisa menjelaskan karena ini salahku. Salah apa lagi? Ini demi kalian, agar kalian bisa tau betapa berharganya hidup?. Dulu kalian pernah mencaciku, aku tetap sabar dan saatnya aku meninggal *berpurapura, kalian meluncurkan airmata penyesalan sia sia. Dan aku tau itu hanyalah rasa kasian dan rindu singkat. Setelahnya kalian melupakanku, melupakan segala perjuanganku. Aku tau, jika aku berada di posisimu, aku pasti akan begitu. Tetapi ada saatnya aku menghargai dan mengingat, tidak untuk kalian yang bahagia tanpa menangisiku setelahnya. Memang benar bahwa penyesalan tak akan mengubah apa apa, tetapi apakah penyesalan dapat merubah yang ada?. Coba pikirkan(?).

Flashback on.

"Ranaaaa! Maafin gue selama ini"

"Ranaaa gue bukan sahabat yang baik buat lo"

"Maafin gue ga bisa jaga lo"

Yaa. Kalimat itu sudah terngiang ngiang di makam palsuku. Aku yang melihatnya dari jauh cukup tertegun dan menyesal, tidak ini demi kalian. Apakah kalian benar benar kehilanganku? Apakah kalian benar benar merasa bahwa aku sudah tiada? Apakah kalian setelahnya tidak menganggapku?. Yaa aku cukup senang bahwa kalian sedih, aku cukup bahagia karena kalian tau betapa berharganya aku. Ternyata kalian memang menyesal, dan aku ingin menebus kesalahanku nantinya. Tunggu aku di sekolah dan kumohon terima permintaan maafku.

Flashback off.

Memikirkan semua tidak gampang dan akhirnya kuputuskan untuk kerumah mama dan papa, untuk menjelaskan semua, mungkin bagi kedua orang tuaku ini sudah jelas. Tetapi bagi kakak semata wayangku, ini aneh dan belum jelas sama sekali. Aku tau mungkin dia tak ingin melihatku lagi, emm atau mungkin dia ingin membunuhku dan mematikanku sungguhan?.

Tok tok tokkk

"Yaa??"

"Ehh...ohhh..emm neng Rana?. Ayo masuk dulu," sambung bibi, mungkin masih sedikit takut terhadapku.

"Mama sama papa kemana bi?. Terus kak Farhan ada dimana?" selidikku sambil masuk dan mencari cari tau keberadaan mereka.

Bibi masih menggeliat takut dan menunduk, oh sungguh aku ini Rana bukan setan.

"Kalau ibu sama bapak lagi di kantor, kalau den Farhan lagi ada dikamarnya. Masuk aja non, oh yaa kamar non Rana masih 100% asli kok, hehe" jawabnya sambil memanggilku berbeda beda, beberapa bulan tak disini membuatku merasa aneh dengan keluarga ini. Hmm???...

Aku langsung melesat masuk dan menemukan kak Farhan sedang bermain gitar. Dari tatapannya kutau bahwa ia sekarang membenciku, itu membuatku takut.

"Kak?, Maaf Rana masuk tanpa ketuk"

"Siapa lo?!. Gue ngga pernah punya adek yang suka main main kayak lo?!" pandangannya yang sayu kini beralih menjadi tajam dan sangat menakutkan.

Secret Rana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang