Part 48

2.7K 132 8
                                    

Maafin typo ya!
Happy reading sayang-!

***

Aku berdiam diri dikamar, masih saja memikirkan kata kata itu, kata kata yang berhasil membuatku seperti ini. Kapan aku harus menyelesaikan semua? Kapan aku harus mengungkapkan semuanya?. Melihat teman temanku saja mungkin aku akan pingsan ditempat. Tidak Rana, kau pasti bisa!. --hmmm susah astagaa...

Disisi lain beberapa hari lalu-

"Hei anak ayam dikejar musang, terus lari terus lari dan dikejar musang" seseorang bersenandung sambil menyeruput es jeruknya dan celingak celinguk seperti orang bodoh pada saat jam istirahat pagi ini.

"Astagaaa lo panas banget dim? Apa perlu gue anter kerumah sakit jiwa?" ujar Ihsan memandang temannya dan menepuk jidat Dimas.

"Salah lirik juga," sambung Kenzo, dan satu satunya perempuan, Tia, Diam sambil memperhatikan teman teman bodohnya itu. Tanpa Rana, Tia sendiri, yaa sendiri.

"Pacar lo yang ganteng itu kemana ti? Ya walaupun masih gantengan gue sampai ujung dunia - akhirat lah ya." bangga Ihsan sambil memandang teman perempuannya itu.

"Katarak kali manusia dunia-akhirat. Muka mirip pantat ayam aja bangga lu, songong" celetuk Dimas sambil menoyor Ihsan.

Tia membuka mulut dan bersuara seadanya, "Mungkin masih ada tugas kali dia"

"Btw gue kangen Rana deh. Gimana kalau sepulang sekolah nanti, kita kunjungin dia?" Sambungnya lagi, dan dibalas anggukan oleh ketiganya.

***

Sungguh bosan, jam sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi, harus apa dia?. Setelah berguling guling seperti cacing dikamar, dan naik turun tangga yaa semacam olahraga pagi, lalu mengitari halaman rumahnya, sudah dilakukan Rana semua. Yaa walaupun toko bunga nya masih ada, tetapi bu nay masih belum membukanya, padahal disini ada Rana yang bisa membantu melayani lagi. Oh ya sudah diceritakan kalau bu nay mempunyai dan bekerja di sebuah perusahaan kantor kan?.

"Gilaa mati kutu gue kalo gini terus," gerutuku pada diri sendiri lalu merebahkan tubuh ini ke ranjang besar.

"Emm btw barang barang gue semuanya ada dimana ya?. Haa jangan jangan dibuang semua? Terus buku diary gue dimana?! Demi masa depan kucing tetangga, dimana buku diary gue!!!" omelku dan langsung beranjak duduk lalu mencari cari keberadaan benda pusaka itu, eh salah maksudnya buku diary.

Aku berdecak kesal karena sudah mencari buku itu keseluruh kamar dan mengobrak abrik lemari pakaianku. Dan!! Masih tidak kutemukan juga!. Taraaadaaa!!!...

Tanpa basa basi, aku langsung menelepon bu nay, ya sampai sekarang aku masih nyaman dengan panggilan 'bu nay', toh bu nay tidak mempermasalahkannya.

Tutttt...
Tuttt....
Tuutttt....

Maaf nomor yang anda tuju masih, emm ngapain yaa? Kepo deh.

'Sial' dercakku pada diri sendiri.

Dan sekali lagi akhirnya aku menelepon bu nay.

Tuttt...
Tuttt.....
Tuttt.....

"Halo?" ucap seseorang dari seberang sana.

"Halo bu assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam Ana, kenapa?" ahh nama itu lagi, nama panggilan khusus kepadaku.

Secret Rana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang