Part 45

3K 130 1
                                    

Jika rindu, panggilah namaku, dan jika rindu itu sudah berat. Akan kutanggung bersamamu-
Secret -


Hari ini hari dimana Rei akan tunangan bersama Lisa. Mungkin ini jalan terbaik yang diberikan Tuhan oleh Rana. Acara berlangsung dengan baik dan lancar, senyum Rei mekar lagi, dan Lisa juga bahagia.

"Selamat ya bro, sekarang lo udah tunangan sama Lisa. Semoga sampai ke jenjang pernikahan nantinya ya.." ucap Farhan dengan berat hati.

"Wah thanks ya. And maafin gue.." tunduk sedih Rei pada Farhan. Mereka berdua sedang duduk di teras rumah Lisa.

"Udah ga papa, ikhlasin semua, adek gue udah bahagia kok. O ya gue hampir lupa, nihh sapu tangan lo. Katanya sih sebagai ucapan selamat karena tunangan lo sama Lisa.." senyum tulus dari wajah Farhan.

"Sorry gue ga bisa jagain adek lo.." satu tetes air mata meluncur di pipi Rei. Membuat kenangan terulang lagi.

"Udah ga apa apa. Gue pamit dulu ya, acara lo kan udah selesai.." pamit Farhan pada Rei. Ia sulit menerima kenyataan bahwa akan menjadi seperti ini akhirnya.

Bahkan kedua orang tua Rana pun masih belum menerima kenyataan dimana Rana sudah meninggal. Hati Farhan bagai disayat pisau hidup hidup, bahkan lebih parah dari itu semua. Sekarang ia sadar bahwa hidup yang kita inginkan tidak harus sesuai dengan kenyataan, kita harus menerima dengan ikhlas, dimana semua akan berjalan baik baik saja, bahkan ada kejutan yang luar biasa nantinya.

Farhan berlalu meninggalkan rumah Lisa, dan pergi kerumah bu nayla. Bagaimana pun bu nay adalah orang yang berarti juga dalam hidup adiknya selama ia tak ada disisinya.

"Assalamualaikum bu.." ucap Farhan sambil mengetuk pintu bu nayla.

"Wa'alaikumsalam.. Eh nak Farhan, ayo masuk dulu.." sambut bu nayla dengan senyuman, seakan tak pernah terjadi apa apa.

Yaa, Farhan kesini juga untuk memastikan apakah bu nayla baik baik saja dan juga apakah barang barang Rana masih ada yang tertinggal.

"Tumben kesini nak? Ada apa?" senyum bu nayla menyambut Farhan.

"Gak apa apa bu, cuma memastikan bu nayla baik baik saja.. Terimakasih bu, selama ini sudah merawat Rana selama Farhan gak ada disisinya.." ucapnya getir membuat hatinya sakit lagi. Membuat semua kenangan itu terulang lagi.

"Sudah tak apa, ibu juga senang bisa menerimanya. Satu hal yang ibu tau nak," bangkit bu Nayla dari kursi kekamar yang ditempati Rana dulu.

Lalu bu nayla menyerahkan sebuah buku merah, "cobalah membukanya. Disaat Rana sakit, ia sering menulis di buku ini. Mungkin ini semua curahan hatinya.." senyumnya sambil menyerahkan buku itu pada Farhan.

"Oiya nak, biarkan baju baju Rana dan semuanya ada disini ya. Ibu merasa sangat bahagia bisa menerimanya. Dia anak yang baik dan selalu tegar, banyak orang yang menyayanginya.." ujar bu nayla. Dan Farhan pun menganggukan kepala, memang Rana anak yang baik dan tidak mudah dilupakan oleh orang orang terdekatnya.

"Iya bu, Farhan bisa memaklumi. Yasudah bu, Farhan mau pamit dulu, soalnya masih ada urusan. Assalamualaikum." bangkitnya dari duduk dan menggenggam buku merah adiknya itu. Lalu menyalami bu nayla sebagaimana seperti orang tuanya sendiri.

Sepertinya Tuhan telah mendengarkan doaku, aku sangat bahagia, dimana orang orang masih menyayangi dan mengasihiku. Ku berharap agar mereka dalam lindungan-Mu. Mereka pantas bahagia, dan aku rela bahagiaku hilang untuk mereka. Mereka sangat sangat berarti dalam hidupku, semua orang tak akan mau disakiti, tetapi dibalik ini semua masih ada hikmah yang tertera. Kumohon padamu Tuhan, agar mereka Kau berikan bahagia selalu.

Secret Rana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang