Part 31

3.2K 123 2
                                    

Jangan pernah menganggap lebih dia yang pernah datang lalu pergi begitu saja. Ini perasaan, bukan permainan (:
Kirana--


Aku harap kamu tau perasaanku yang begitu rindu padamu, tapi kenyataannya kamu cuma sekedar melihat tanpa menyadarinya.

Hatiku menangis pilu atas apa yang terjadi, mataku sembab karena menangis seharian. Mati rasa mungkin yang terjadi, entah apa ini. Mengapa terjadi semua padaku secara beruntun? Aku hanyalah wanita lemah, kenapa selalu diberi cobaan begitu berat?.

Derai air mata kulihat dari pipi seorang wanita cantik, "kenapa kamu bisa lakuin ini! Haaa! Kamu mau bunuh kakakmu sendiri?" ucapannya menyayat hatiku lebih dari segalanya.

"Maafin rana ma, rana ga bermaksud-" ucapanku terpotong, air mataku berlinang membasahi seluruh pipi ini, tulang rusuk ku seakan sudah tak berada pada posisinya, sendi berasa mati, otak tak bekerja, hanya batin yang tersiksa.

"Kamu iri sama kakak kamu? Gara gara kamu anak yatim piatu! Ha! Sia sia mama selama ini ngadopsi kamu!" kata kata ini membuatku jatuh sejatuh jatuhnya.

Plakkkkk......
Tamparan itu, baru kurasakan dari sebuah tangan papaku sendiri, melebihi sakit dari apapun.

"Pergi kamu dari sini! Bereskan barang barang kamu yang ada dirumah!. Mulai sekarang papa ga ingin liat kamu lagi!" aku melihat tubuh kak Farhan melemas dirumah sakit, alat yang berbunyi nyaring, mungkin ini salahku, mungkin ini takdirku yang harus mati, mungkin mimpiku yang harus musnah.

Aku harus menerima semuanya, ini memang salahku, ya aku terlalu gila untuk hal ini. Sungguh, memang aku anak sial! Anak yang tak pernah diinginkan oleh orang tua kandungku, air mata sudah deras membasahi pipi. Darah terus mengalir lewat hidung ini, kepalaku berdenyut sangat kencang, malam ini menjadi saksi bahwa aku adalah orang yang tak berguna.

Aku berjalan menyusuri jalan Jakarta, tak peduli mereka yang melihatku dengan tatapan aneh ataupun geli, toh aku juga tak peduli. Melewati sebuah cafe, aku melihat dua sepasang kekasih, romantis sekali dia?. Sedangkan aku?, aku hanya sampah bau yang sudah tak bisa di apa apakan lagi, batin ini tersenyum sambil menangis.

Tunggu, sepertinya aku kenal?.

Ya benar! Itu tia dan kak jovan. Permainan apalagi ini!, ya Tuhan jika aku tak ada guna untuk hidup, tolong biarkan aku mati.

Tia dan kak jovan selama ini berpacaran? Atau hanya sebuah teman tapi mesra?, hatiku sesak, nafasku tertahan, mataku terbuka lebar. Jadi selama ini? Apa perhatianmu untukku? Disaat aku sudah mengembalikan hatiku dan membukanya kembali?. Malah terjadi seperti ini, tangisku tambah kencang, entah aku berjalan sambil menyaruk nyaruk aspal, aku seperti anak kecil yang tidak dibolehkan memakan permen.

Hatiku hancur, sehancur hancurnya, setelah kejadian tadi dan ditambah kejadian ini. Kenapa tia? Kenapa kau tak bisa membuatku tersenyum? Apa arti kata sahabat untuk kita berdua? Apa maumu? Kenapa kau seperti ini?, kenapa tia? Biarkan aku bahagia tia, tolong sebentar saja. Aku bahkan masih memikirkan masalah masalah yang terus muncul, aku berlari menembus derasnya hujan malam, dingin yang kurasakan, yaa sama seperti sendiku yang dingin karenamu. Aku sudah pasrah akan penyakitku, kubiarkan mereka bersarang ditubuhku, biar mereka leluasa, karena aku tau bahwa aku tak bisa hidup lebih lama lagi.

"Ya allah kenapa non?, kok gitu mukanya?. Pucet banget, ayo bibi kompres," aku tak menghiraukan bibi yang terus berbicara.

Dengan diam seribu bahasa, aku langsung masuk kamar dan memberesi semua barang barangku. Semua kenangan Indah bersama kakak, mama dan papa.

Selesai membereskan, aku masuk kedalam ruang rahasiaku, kupandangi setiap sudut ruangan ini. Jika saja aku sudah pergi, semoga kalian membacanya, betapa aku menyayangi kalian sepenuh hati. Aku keluar dari ruangan ini, aku menjerit menangis, entah biar aku disebut orang gila sekalipun, aku tak peduli. Aku duduk memeluk lutut, kucurahkan semua amarahku dengan menangis, dengan menyesal, menjambak rambutku sendiri, mengutuk diriku sendiri.

Secret Rana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang