Halaman 4 : Kehidupan Baru

Start from the beginning
                                    

"Kau berhutang nyawa padaku, manusia."

Dan akhirnya Sea menggapai bibir Vale dan memberikan darahnya setelah ia menggigit lidahnya. Kemudian tubuh Vale bersinar, mengambang menuju permukaan.

Luka sayatan ditubuhnya menutup perlahan. Warna kulit pucatnya berubah menjadi semula. Hanya saja pakaian yang gadis itu kenakan masih compang-camping.

Sea menahan kaki Vale sebelum dia benar-benar mengambang ke permukaan. Ia membawa Vale dalam dekapannya di atas gelembung menuju Kerajaan Laut.

Neptune menatap Vale yang sedang dibaringkan. Aura ini milik mendiang istrinya. Hal itu yang membuatnya sedih bukan main.

"Bagaimana keadaanmu, Sea?"

"Ayah maaf, aku telah mengikat janji dengan manusia ini. Aku siap menerima hukumannya."

Neptune tersenyum kecil. "Aku yang menyuruhmu pergi menemuinya. Keadaannya darurat, aku tidak akan menyalahkanmu."

"Tapi—"

"Beristirahatlah, Nak," Neptune beranjak pergi meninggalkan Sea. "Ayah akan segera kembali."

Manusia ini harus ia apakan? Tangannya sudah menggenggam pisau tajam yang siap menghunus dada si manusia. Jika Sea membunuhnya lalu apa gunanya ia mengikat janji dengan manusia ini?

Pisaunya berhenti tepat di atas dada Vale. Ayolah Sea, manusia ini yang telah membunuh orang yang kau sayangi, mengapa berhenti? Cepat tusuk dia.

Tapi Sea lihatlah, tidak malukah dirimu membunuh seorang dihadapan kalung mendiang ibumu? Siapa yang mengajarkanmu membunuh seorang yang sedang sekarat?

Pada akhirnya Sea membuang pisau itu dengan tangan gemetar. Persetan dengan membunuh! Ia segera keluar mengambil makanan untuk manusia ini.

Sea kembali dengan semangkuk rumput laut. Tatapannya lurus melihat Vale dengan perasaan rindu tiba-tiba hingga air matanya menetes.

"Bunda?" Dan mangkuk itu jatuh, isinya berserakan.

Sosok Ratu Zeyvana dalam tubuh Vale tersenyum. Kekuatan tersembunyi yang ia siapkan disaat terakhir hanya untuk menyampaikan pesan pada putranya.

"Putraku, kemarilah..."

Sea berenang cepat memeluk tubuh Vale yang tercium aroma teratai persis seperti Bunda. Ia menangis dalan pelukannya, saling menyalurkan rindu.

"Bunda, katakan apa salahku? Mengapa kau pergi tanpa sepengetahuanku? Aku—"

Zeyvana mengelus rambut Sea dengan sayang. Anaknya terisak membuat hatinya sakit, menangis saja tidak cukup untuk menggambarkan perasaannya kini.

"Gadis ini adalah pasanganmu, Nak. Jangan terlarut dalam dendam, kepergian Bunda bukan kesalahannya. Bunda yakin, kalian telah ditakdirkan bersama."

"Mengapa harus Bunda dan Naya? Siapa yang akan peduli dengan Pangeran cacat sepertiku!? Aku hanya ingin kalian di sisiku..."

Zeyvana menangkup wajah Sea pada kedua telapak tangannya, "Sea dengar. Bunda tidak pernah menyesal telah mengambil keputusan ini. Apapun yang Bunda lakukan demi kebaikanmu, Ibu mana yang tega menyaksikan anaknya berbaring tidak berdaya selama bertahun-tahun?"

Tangisan Sea semakin kencang. Menggenggam tangan Bunda di wajahnya.

"Berikan salamku untuk Ayahmu. Kemudian berbahagialah anakku... meski tanpa ibu..."

Kedua matanya menutup tanpa meninggalkan senyumnya. Dipeluknya erat-erat tubuh ringkih itu berharap aura sang ibu kembali. Kini Sea hanya dapat meraung-raung sedih menerima kenyataan pahit ini.

Prince Of Sea [REVISI]Where stories live. Discover now