Halaman 1 : Awal Sekolah

Start from the beginning
                                    

"Terimakasih Pak."

Hal pertama yang dirasakan adalah takut dan gugup. Pintu masih tertutup dan terdengar suara guru yang sedang mengajar.

Tok, tok, tok.

"Silahkan masuk!"

"Permisi."

Kejadian yang sama terjadi lagi, menatapnya dengan intens.

"Anak-anak, kita memiliki teman baru. Silahkan kamu memperkenalkan diri," Ibu Guru mempersilahkan siswa barunya berbicara di depan kelas.

"Hello guys. My name is-"

"Pakai Bahasa Indonesia dong. Kami gak ngerti nih!" Suara itu berasal dari bangku paling belakang. Benar, siswa nakal yang beruntung dapat kelas unggulan.

Inikan Sekolah Internasional. Masa dia tidak mengerti?

"Ehm, namaku Valleria Lukyanova, biasa dipanggil Vale. Aku murid pindahan dari Paris. Semoga kita dapat berteman baik!" ucap Vale sedikit gugup.

"Baiklah Valleria, tempatmu dibelakang dekat Marcel," Ibu Devina menunjuk tempat duduk kosong paling belakang. "Marcel, angkat tanganmu!"

"Saya Bu," ucap laki-laki tampang bad boy itu. Astaga, cobaan apa lagi yang diterima Vale?

Vale pun duduk dibelakang lalu mempersiapkan peralatan tulisnya. Perlahan ia menulis apa yang diucapkan oleh Ibu Devina.

"Hai!" Suara teman sebangkunya ini hampir membuatnya kaget, setelah itu menjulurkan sebelah tangannya. "Namaku Marcel."

"Namaku Va-" ucap Vale terpotong.

"Iya, udah tau kok. Btw, kamu barbie yah? Kok, hidup?" Marcel yang penasaran pun mendekatkan wajahnya ke arah Vale. Refleks Vale memundirkan wajahnya ke belakang.

"A-aku manusia kok."

"Marcel, jaga sikapmu!" teriak ibu Devina dari depan. Terdengar suara sorokan dari teman-teman yang lain.

"Huuuu!!"

"Tau Marcel hhuuuu!"

"Wahhh, modus tuh! modus!"

Vale pun menyengit bingung. 'Bahkan bahasa ini lebih sulit dari yang aku bayangkan' gumamnya.

Pelajaran pun dimulai kembali.

✺✺✺

Suara bel berbunyi sangat nyaring, menandakan bahwa waktu para siswa untuk istirahat.

"Whoah, akhirnya!" ucap Marcel dengan merentangkan tangannya.

Kalau dilihat-lihat, Marcel cukup tampan ya.

"Hei, sadar! Ngelamunin aku ya?" Marcel terkekeh, menurutnya wajahnya memang sangat tampan.

"Tidak. Kamu terlalu percaya diri," Vale memutar bola matanya jengah. Malu, kenapa tebakan Marcel tepat sasaran.

"Ah, sudahlah. Ayo, ke kantin!" ucap Marcel dan menarik tangan Vale.

"Tapi-"

"Sudahlah, ayo!"

Mereka pun berjalan menuju kantin. Tatapan yang dibenci Vale terlihat kembali. Tapi kali ini ia melihat Marcel yang balas melotot ke arah anak-anak yang menatap Vale membuatnya terkekeh geli.

"Kamu mau makan apa? Mau aku pesenin gak?"

"Sebenarnya aku bawa bekal dari rumah. Tapi tertinggal di tas."

"Ya sudah aku ambilin ya? Tunggu disini!" Marcel memasukkan kembali dompet dari kantong celananya. Berlari kecil menuju kelas, mengambil bekal Vale.

Vale jadi sungkan karena-takut ditinggal sendirian-Marcel mengambilkan bekalnya sampai berlari seperti itu.

Kantin si sekolah sangat luas. Tempat duduk beserta mejanya tersusun rapih. Jajaran makanan dari penjual bakso sampai penjual es ikut membuat kantin ramai. Nuansa hijau juga menghiasi kantin ini.

BRUK!

Vale melonjak kaget. Ia melihat beberapa anak perempuan dengan riasan yang berlebihan menghampirinya.

"Eh, ada anak baru ya?" Perempuan itu datang mengelus rambut Vale. "Oh, jadi muka lo yang bikin Marcel jauh dari gue kan?"

Vale hanya menatap bingung. Siapa yang merebut Marcel? Dia saja baru kenal tadi.

"Lepasin tangan lo!" teriak lelaki dari belakang.

Teman di samping perempuan itu menyadari kedatangan Marcel lalu berbisik. "Bos, ada Marcel."

Perempuan itu segera melepaskan tangannya dari rambut Vale. Menghampiri Marcel dengan senyum manis. Sedangkan para siswa yang berasa di kantin menonton kejadian langka yang sedang terjadi. Wah, tontonan gratis nih.

"Eh, ada Marcel. Dari mana aja kamu? Kan tadi aku cariin," ucapnya lembut sekali dihadapan Marcel.

Marcel menepis tangan gadis itu dengan kasar, kemudian langsung menarik tangan Vale yang mematung. Ia beranjak pergi meninggalkan kantin.

✺✺✺

Disinilah mereka. Taman belakang sekolah, tempat yang jarang dimasuki siswa. Akhirnya tempat ini dijadikan tempat favorit Marcel untuk menenangkan diri.

"Maaf ya soal kejadian tadi," Marcel menyesal meninggalkan teman sebangkunya itu sendirian di kantin.

"Iya, tidak apa-apa kok. Lagipula aku juga salah" ucap Vale sembari membuka kotak bekalnya. "Terimakasih untuk bekalnya!"

"Santai aja. Kalo mereka gangguin kamu lagi bilang ke aku ya, soalnya mereka udah banyak berulah di sekolah ini."

"Iya, iya. Ini kamu cobain deh, pasti lapar kan?" tawar Vale dengan menyuapkan nasi goreng jamurnya.

"Aaaaa," ucap Marcel dengan membuka mulutnya, menerima sesendok nasi goreng itu ke mulutnya.

"Enak. Siapa yang bikin?" Marcel berbohong. Sebenarnya terasa hambar dan aneh di mulutnya.

"Ini yang buat itu bibi aku di mansion." Ucap Vale sembari membereskan kotak bekalnya.

"Kamu tinggal di mansion?"

"Iya."

"Kamu itu udah cantik, kaya, baik lagi. Kapan-kapan aku main ke mansion kamu ya!"

"Boleh."

"Asyik!" ucap Marcel girang. "Yuk masuk kelas, sebentar lagi bel bunyi. Kamu masuk duluan ya, aku mau ke toilet."

"Oke".

✺✺✺

Seseorang mengunci pintu dari dalam toilet. Ia pun memegang anting ditelinga kirinya membuat suara air yang ia dengar dan suara bariton.

"Bagaimana tugasmu?"

"Tugasku berjalan lancar, Tuan."

"Bagaiman rupa gadis itu?"

"Dia sangat cantik, Tuan. Ehm, sepeti barbie hidup."

"Baiklah lakukan tugasmu dengan benar. Ingat, jangan sampai jatuh hati padanya!"

"Saya mengerti, Tuan."

Ingat Marcel, jangan sampai jatuh hati padanya.

✺✺✺

Revisi : 03/12/17
VOTE & COMMENT

Prince Of Sea [REVISI]Where stories live. Discover now