Sejenak aku mengingat kak rei. Kemana dia? Sejak sampai di Pacitan aku tak melihat Batang hidungnya muncul sedikitpun. Khawatir sudah pasti, tapi aku tetap egois untuk melupakannya demi sahabatku Lisa. Walau aku harus berkorban demi dia.

"Eh kak tunggu. Kak rei mana ya? Kok daritadi gue ga lihat? Lo tau dia dimana?" tanyaku pada kak jovan yang sedang duduk santai di ruang tamu villa, cuih sungguh memalukan.

"Gatau. Ga penting juga buat gue tau" hihhh!!! Manusia macam apa diaaaaa tuhannn??? Ingin kujedotkan kepalanya ke dinding hingga bocor!.

"Gue kan nanya! Sewot banget jawaban lo," ucapku meninggalkan dia keluar villa.

Aku berjalan menuju pantai, kupandangi seluruh sudut demi sudut. Masih sama seperti tadi, aku menghirup udara segar sedalam dalamnya, hatiku berasa plong dan lega. Tanpa kuketahui kak Rei menghampiriku, entah manusia itu muncul darimana.

"Ngapain lo disini," ucapnya pertama kali.

"Main petak umpet," jawabku sedikit menggertak.

"Oh gitu, bego ya lo ternyata" tawanya sendiri.

Aku hanya melenges dan berkata "ngaca"

Plakkkk!!!....

"Lo ngapain sama Rei! Murahan banget lo jadi cewek!. Bejat banget ya lo deketin cowok gue! Punya otak ga!" aku meringis kesakitan disaat wanita yang dulu kalem sudah menamparku dan menceramahiku dengan kata kata seperti itu. Siapa dia? Ya! Lisa....

"Guuu...guee. Ga ada maksud buat deketin cowok lo lis" jawabku gemetaran dan juga berkeringat dingin.

"Setelah gue pikir pikir! Lo ga ada bedanya sama bangsat bangsat yang ada diluaran sana!. Gue mikir lo sahabat yang baik! Tapi ternyata? Lo itu kayak gini dibelakang gue!. Apa yang lo mau sih? Haaahhh!" teriaknya didepanku.

Hatiku hancur melihat sahabatku sudah berubah menjadi seperti ini, kepalaku sakit, rambutku acak acakan, bahkan bibirku sedikir mengelurkan darah. Kak Rei hanya membisu didepanku, mengapa dia sebejat ini tidak mau mengaku?.

"Berhenti lo! Jangan deketin Rana," ucap seorang lelaki tak salah lagi adalah kak Jovan, senior baru yang kukenal tadi.

"Heh lo cowonya?? Jaga dong cewe lo! Bisa bisanya main dibelakang!. Mau aja sih lo pacaran sama cewek munafik kayak gini! Gak habis pikir gue sama kalian! Ihh dasar murahan!" ocehnya dari tadi.

Aku menangis pilu, mataku mungkin sudah sembab. Hidungku mengeluarkan darah yang segar begitu derasnya. Wanita itu kian sudah tak tau malu menceramahiku, sekarang aku juga tak tau bagaimana Lisa bisa menjadi seperti ini.

"Yaudah yuk ran! Gausah diladenin mereka. Dan buat lo rei! Gue tau lo itu mati kutu sama cewek ini!, lo berusaha deketin rana? Dan lo tinggal gitu aja?. Cowok pengecut banget lo rei! Ga nyangka gue kok bisa bisanya lo setega ini" ujar kak jovan sambil menyeretku ke villa, dan berusaha menjauhkanku dari mereka.

Sambil mengobati luka lukaku kak jovan berkata "lo gapapa kan ran,?"

"Ah gapapa kok kak. Cuman ngilu aja" ucapku sambil mengelapi darah segar yang ada dihidungku.

"Itu kok mimisannya ga kelar kelar ran? Perasaan udah lumayan lama lho" gawat, kak jovan mulai curiga dan aku hanya  menggelengkan kepala.

Lisa POV

Sebenernya apa yang udah gue lakuin ke rana itu sangat keterlaluan. Melihat sahabatku yang sudah berlumuran darah, sungguh membuatku gila dengan apa yang gue lakukan. Semenjak acara ulang tahun rana, gue batalin niat buat ngebongkar semuanya. Gue sangat merasa bersalah, tapi apa daya?. Rei adalah miliku, ya memang mama sudah menjodohkanku.

Tetapi aku tak tahu kalau rei itu sedang dekat dengan Rana. Aku tidak ada cara lain untuk menyembunyikan ini, maafkan aku ran. Suatu saat pasti aku akan menyesal bertindak seperti ini padamu, aku sungguh rindu saat saat kita bersama. Tetapi waktu yang tidak memungkinkan kita kembali bersama seperti dulu--

End.

****

Aku kembali ke Jakarta dengan keadaan miris, kembali seharusnya dengan keadaan senang ataupun bahagia karena sudah mengetahui Pacitan dengan sejuta panoramanya. Kedatangan wanita itu membuatku sungguh tersiksa, oh bukan yang kumaksud adalah kedatangan lelaki itu, tak punya hati untuk bergelut antara perasaan dengan rasa kasihan.

Aku kembali ke Jakarta diantar dengan kak Jovan, lumayan lama dalam perjalanannya. Tapi aku sudah bersyukur karena terbebas dari amukan sahabat kecilku yang entah sedang dirasuki setan macam apa. Maaf tuhan, seharusnya aku tidak berkata seperti itu, meskipun dia bersikap tidak baik padaku. Aku harus tetap bersikap baik padanya.

Aku sampai dirumah tadi pagi, sejak kedatanganku tadi pagi, mama papa dan kak Farhan sangat khawatir. Aku selalu mengurung diri di kamar, menangis atau sedang melamun, entah itu hal yang kunikmati saat ini. Bahkan semua orang selalu membujuku, tapi kata akhir yang kulemparkan adalah "aku tidak apa apa", ya memang bahwa faktanya aku tidak apa apa. Sesungguhnya aku menutupi fakta bahwa aku tidak apa apa, hal ini sungguh membuatku tegar. Yaitu belajar menghargai dan juga merelakan, suatu saat aku akan mengalaminya keduanya, dan pada fase ini aku akan menjadi wanita yang tegar dan berwibawa. Sebetulnya aku tak tau kenapa Tuhan memberikanku cobaan seberat ini, aku sadar aku tidak boleh mengeluh karena dengan mengeluh akan membuat hal semakin rumit.

Hal sesak ini masih bergantung pada dadaku, mungkin mataku sudah mengeluarkan lebih dari seratus tetes. Kepalaku berdenyut sangat kencang, mataku juga mungkin sudah sebesar kantung mata panda. Rambut yang acak acakan, baju yang lusuh, syaraf yang mungkin sudah putus, barang barang yang sudah tak karuan karena kulemparkan. Aku baru sadar, aku harus bangkit setelah semua ini terjadi--

Secret Rana [Completed]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon