SCENE FORTY THREE

1.4K 117 4
                                    

Happy Valentine Days for everyone!!
Sedikit cerita, hari ini ceritanya kita memperingati hari kasih sayang sedunia. But, many people think today is just for couples. Thats big mistake!!

Ga hanya couples yg bisa rayain ini. Single juga bisa. Namanya jg hari kasih sayang, memangnya single ga punya orang yang disayangin? Sahabat, Adik, kakak, keluarga. Right?

So dont be sad on today. Just enjoy it. gimme chocolate. hihi

Last, enjoy reading~

~~

Seberkas cahaya lampu masuk ke dalam manik matanya, membuat ia kesulitan untuk membuka mata. Ketika sudah sepenuhnya terbuka, pandangannya mulai menyapu sekitarnya. Pikirannya mulai mengingat apa yang terakhir kali terjadi.

       Salah satu tangannya memegang sebuah plester di keningnya. Lucy mengingat bahwa sejak pagi dirinya memang merasa tidak sehat, mungkin dikarenakan mimpi buruk yang dialaminya yang membuat dirinya harus berada di bawah guyuran air dingin. Akhirnya saat jam istirahat ia memutuskan untuk pergi ke ruang kesehatan. Tapi dalam perjalanan, tubuhnya sudah tidak kuat lagi, dan pandangannya semakin memburam.

       Dengan kening berkerut, ia bergumam, "Kupikir aku tidak sampai dengan selamat kesini."

       "Memang tidak," ucap dokter yang muncul dari ruangannya. "Kau sudah lebih baik? Mr. Young menolongmu kemari. Demammu tinggi dan kau terus bermimpi buruk. Apa ada yang menanggumu?" lanjut dokter itu bertanya.

       Sambil menatap malas dokter itu, Lucy menjawab, "Tidak ada apa-apa." Dokter itu pun diam dan melakukan tugasnya mengecek keadaan Lucy. Lucy bisa merasakan tubuhnya masih lemah dan terasa linu di setiap tulang. Namun waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, ia harus segera meninggalkan tempat ini karena ada sesuatu yang harus diselesaikannya.

       Melihat Lucy ingin turun dari tempat tidurnya, membuat dokter tersebut bertanya, "Kau mau pulang? Biar kupanggilkan Mr. Young untuk mengantarmu. Ia sudah berpesan tadi."

       Gerakan Lucy terhenti. Ia yakin wajah dan telinganya berubah menjadi merah sekarang. "Tidak perlu," jawabnya cepat. Terlalu cepat sehingga dokter tersebut menatapnya bingung. "Aku bisa sendiri. Jangan pernah coba memanggilnya," ucap Lucy lagi. Dokter tersebut hanya mengulum senyum.

        Hati Lucy berdesir, mendengar penuturan dokter tersebut. Ben peduli padanya. Mendadak teringat perkataan Dokter tersebut bahwa ia bermimpi buruk, satu kecemasan menghampirinya. Apakah Ben mengetahuinya? Sejujurnya, berada di posisi terlemah adalah hal terakhir yang diinginkannya.

       Sejenak setelah mengumpulkan tenaga, ia berjalan menuju mobilnya untuk meminum beberapa pil vitamin yang memang selalu dibawanya.

*

Sebuah mobil terparkir sempurna di halaman rumah Priceton. Lucy turun dan berjalan masuk. Wajahnya masih pucat, namun ia harus menyelesaikan semuanya hari ini juga. Begitu langkah kakinya melewati pintu utama, seorang pelayan sudah berdiri menunggunya.

       Pelayan tersebut mengantarnya masuk menuju ruang tamu. Beberapa kali, Lucy menarik napasnya yang tersengal-sengal. Saat hampir mencapai ruang tersebut, Lucy mencoba menguatkan dirinya. Ia segera menutupi kelemahannya di hadapan semua orang.

            Langkah kaki gadis itu terhenti. Pelayan membukakan pintu dan tampaklah pengacara pribadi Priceton yang langsung berdiri menyambutnya, Cindy dan orang terakhir yang tidak masuk dalam daftar pikirannya.

Siapa ya?
Dont Forget The Votes Button 😘😘

R.V

[TFS-1] Stepsister Story [END]Where stories live. Discover now