SCENE THIRTY THREE

1.1K 126 0
                                    

        Happy New Year Everyone!!!!
New spirit with the old hope!!
Enjoy Reading~
~~

Bibir Cindy menutup rapat. Tatapannya tidak bisa lepas dari wajah Ben. Apakah ben mencoba menjebaknya? Untuk apa? "B-bagian mana?" tenggorokannya tercekat.

       "Seluruhnya."

       Reflek kaki Cindy melangkah mundur dengan perlahan sambil membelalakkan matanya. Ia merasa terguncang, napasnya tertahan dan pikirannya menjadi kosong. Cindy mengaitkan kedua tangannya yang bergetar. Satu permasalahan masuk ke dalam pikirannya, apa Lucy sudah mengetahuinya? Ia menggigit bibirnya dengan keras.

       Ben melangkah maju dan menyentakkan tubuh Cindy dengan pelan. "Aku punya alasan mengapa aku memilih mengumumkan dirimu sebagai gadis misterius itu dibandingkan pemilik hairpin itu."

       Mendengarnya membuat Cindy menatap dengan bingung. Mungkinkah Ben akan mempermainkannya karena sudah membohonginya? "Aku ingin menyelamatkan Cinderella dari saudara tirinya," lanjut Ben. Pria itu sudah berpikir semalaman, menggabungkan semua fakta yang dia dapat dan menarik kesimpulan.

       Oh tidak, ucap Cindy dalam hati. Cindy menutupi wajahnya dengan kedua tangannya sambil menggeleng keras. Hatinya semakin gelisah sekarang, ia memikirkan nasib ayahnya. Apa yang Lucy akan lakukan? Kemudian ia tersadar satu hal lagi dan mendongak menatap Ben. "Bagaimana kau tahu aku berbohong?"

       "Saat kau mengatakan asal mula hairpin itu."

       Cindy hanya diam.

       "Benda itu milik keluargaku. Jika kau lihat baik-baik dibalik hairpin itu, terdapat nama ibuku, Elizabeth Bryant yang diukir disana. Jadi aku jelas tahu kalau kau berbohong," jelas Ben dengan wajah bersalah. Ia merasa telah mempermainkan perasaan wanita ini.

       Cindy masih tidak mengerti. Tapi ia teringat Ben pernah menyebutkan nama itu.

       "Ibuku memberikan hairpin itu sebelum ia meninggal. Itu hadiah dari ayahku untuknya, baginya benda itu sangat berharga. Aku tahu kau pasti bingung, karena nyatanya benda itu ada pada saudara tirimu."

       Ben mengajak Cindy duduk di bangku terdekat karena gadis itu terlihat terguncang dan lemas. Kemudian ia melanjutkan sambil menatap kesatu arah dengan pandangan menerawang, menceritakan keseluruhan pertemuannya dengan Lucy.

       Cindy memperhatikan Ben yang masih menerawang dengan senyum di bibirnya. Setelah sunyi beberapa saat, Ben tersadar. "Aku tidak menyadari selama ini bahwa gadis itu Lucinda," lanjutnya sambil terkekeh.

       Cindy juga terpaku mendengar cerita Ben. Ternyata saudara tirinya sudah lebih dulu bertemu dengan pangerannya. Apakah kini statusnya masih seorang Cinderella? Hatinya mendadak terasa berdenyut sakit memikirkan itu, belum lagi saat melihat Ben menceritakan Lucy dengan raut wajah berbeda. Ia yakin Ben tidak menyadari itu. Raut wajah itu memperlihatkan bahwa kerinduan pada sosok Lucy dulu.

       Ben kemudian menatap Cindy, "Tak kusangka ia berubah banyak sekarang. Tapi aku masih bisa melihat sosoknya yang dulu."

       Ribuan jarum seolah menusuk hatinya sekarang. Cindy tahu sekarang mengapa saudara tirinya bisa menyukai pria ini. Mereka mempunyai masa lalu bersama. Air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya pun jatuh satu per satu.

       Pada waktu yang bersamaan, Lucy dan Alice sedang menuju ke suatu tempat. Alice hanya diam mengikuti Lucy. Ia terlalu takut untuk mengganggu suasana hati gadis itu.

       Begitu sampai di salah satu rumah sakit terbaik di New York, Lucy segera mencari dokter pribadi keluarganya dan meninggalkan Alice di luar ruangan. "Jelaskan padaku apa yang terjadi," titahnya pada dokter tersebut.

       Pria berkaca mata besar dengan wajah yang sudah tidak lagi muda berdeham. Ia mempersilahkan kedua gadis itu untuk duduk terlebih dahulu. Terlihat guratan serta kantung matanya yang besar pada wajahnya. "Seperti yang sudah pernah saya kabarkan bahwa kondisi Mr. Priceton sering kali menurun akhir-akhir ini.

      Dari segi fisik, memang tampak baik-baik saja, namun fungsi otaknya tidak. Ini sudah ketiga kalinya terjadi, saya mohon anda pertimbangkan dengan baik saran saya," jelas Dokter Clark dengan panjang lebar.

       "Apa penyebabnya?" tanya Lucy parau.

       Dokter Clark menatap Lucy dari balik kaca matanya, "Ini memang bisa terjadi pada pasien koma, seperti yang sudah saya jelaskan saat memasuki tahun pertama. Pasien koma lebih dari satu tahun, maka harapan hidup mulai mengecil karena fungsi otak akan semakin menurun. Saat ini, Mr. Priceton hanya memiliki 10%."

       Setelah terdiam cukup lama dan mengalami perdebatan dalam otaknya, akhirnya Lucy menghela napas berat. "Baiklah, saya ambil saran anda. Tapi saya minta anda menghubungi dia terlebih dahulu," ucap Lucy pasrah. ia menuliskan sederet nomor untuk dokter itu lalu pergi.

       Alice melihat Lucy keluar langsung menghampirinya. "Apa yang terjadi?" tanya Alice cemas.

Dont Forget The Votes Button ❤️❤️

R.V

[TFS-1] Stepsister Story [END]Where stories live. Discover now