SCENE TWENTY NINE

1K 115 3
                                    

        Enjoy it~
Special double update.
~~

       Sambil menggigit bibirnya, ia menatap raut wajah Ben yang kini sudah berubah serius.

       Kepalanya dimiringkan ke satu sisi sambil menyatukan alisnya. "Apa maksudmu?"

       Seketika ia merasa aura dingin melingkupi tubuhnya. Nada bicara Ben mendadak berubah menjadi dalam. Cindy merasa bingung, mengapa tiba-tiba Ben berubah menjadi marah. "Aku adalah pemilik hairpin itu," ulang Cindy lagi.

       "Jadi kau yang berdansa denganku?" tebak Ben.

       "Bukan. Aku pemiliknya, tapi bukan aku yang berdansa denganmu. Ingat yang kukatakan soal pesta dansa?" jawab Cindy dengan nada yang berusaha terdengar yakin.

       Otot rahang Ben mengeras. Ia tidak pernah merasa dipermainkan seperti ini. Ia sudah cukup lelah mencari gadis itu, belum lagi banyak gadis di sekolah ini yang mengaku-ngaku sebagai pemiliknya. Dan dari sebanyak gadis itu yang datang sendiri padanya, hanya dua orang yang menggunakan alasan yang aneh.

         Kemarin Lucy mengatakan milik temannya, lalu Cindy datang hari ini mengatakan miliknya, namun keduanya sama-sama bukan gadis yang berdansa dengannya. Adakah kebetulan yang serupa seperti ini?

       "Lalu siapa yang berdansa denganku?"

       "Temanku. Ya, temanku. Aku meminjamkan padanya," jawab Cindy cepat.

       "Dimana dia?"

       "Dia tidak ingin menunjukkan siapa dirinya. Jadi bisakah kau mengembalikan hairpin itu padaku sekarang?"

       Mengamati gadis di hadapannya ini dengan saksama membuatnya sadar, Cindy memiliki warna rambut yang sama dengan gadis itu. Namun tatapan mata dan suaranya berbeda. Apa yang gadis ini sembunyikan?

       Menganalisa kembali pernyataan kedua gadis itu, membuat Ben menarik satu kesimpulan. Dua gadis ini pasti berhubungan. Tinggal ia memilih siapa yang harus dipercayainya. "Baiklah. Beritahu temanmu, bisakah ia bertemu denganku satu kali saja?" tanya Ben sambil mengeluarkan benda yang selama ini ia simpan.

       Cindy mengangguk, "Akan kutanyakan."

       Saat benda itu hampir menyentuh tangannya, Ben menarik kembali dengan satu sentakan membuat Cindy terkejut. "Aku tahu ini bukan hairpin biasa, boleh kutahu darimana kau dapatkan?"

       Dengan tenang Cindy menjawab, "Hadiah ulang tahun dari ayahku." Ia yakin Ben akan mempercayainya karena memang setiap anak dari keluarga kaya pasti akan diberikan perhiasan unik dan langka.

       Ben mengangguk – anggukan kepalanya kemudian menyerahkan benda tersebut pada Cindy.

***

Begitu bel sekolah berbunyi tanda pelajaran usai, seluruh murid membubarkan diri. Lucy langsung mengeluarkan ponselnya karena sejak dalam pelajaran benda itu selalu bergetar menandakan pesan masuk.

       Saat ia membaca pesan-pesan tersebut, ia menghela napas berat. Kemudian jari-jarinya mengetikkan sejumlah angka dan menekan tombol panggil. "Dokter Clark, bagaimana?" tanya Lucy begitu panggilan itu terjawab.

       "Baiklah, besok saya akan kesana." Lucy menutup panggilan tersebut.

       "Ada apa? Siapa Dokter Clark?" tanya Alice penasaran.

       Lucy berjalan keluar kelas bersama Alice. "Dokter pribadi Priceton," jawab Lucy singkat.

       Alis Alice mengerut samar. "Apakah ini ada hubungannya dengan ayah tirimu?" tebaknya.

       Belum sempat menjawab pertanyaan Alice. Lucy dikejutkan dengan kedatangan Cindy. Awalnya Cindy berniat ingin langsung pulang dan menyerahkan benda itu pada Lucy di rumah, namun begitu melihatnya keluar kelas, ia memutuskan untuk memberikannya saat itu juga.

       Cindy mengeluarkan hairpin itu dan mengulurkannya dihadapan Lucy dalam keadaan terggenggam agar tidak ada yang mengetahui kecuali mereka bertiga. "Ini. Aku berhasil mendapatkannya." Sontak kedua gadis itu terkejut.

       Lucy menyipitkan matanya sambil mengambil benda itu dari tangan Cindy. "Bagaimana caranya?" Awalnya ia tidak habis pikir, gadis ini berani menemuinya saat berada di lingkungan sekolah. Namun sekarang ia lebih penasaran bagaimana gadis ini bisa mendapatkan kembali miliknya.

       Cindy menunduk menghindari tatapan tajam Lucy, "Kau tenang saja, aku melakukan sesuai yang kita janjikan. Kuharap kau juga menepati janjimu." Kemudian ia pergi dari hadapan mereka berdua.

       Kini giliran Alice menatap Lucy dengan penuh tanda tanya. "Apa aku tidak salah lihat?" Lucy tahu sahabatnya cukup cerdas untuk menyimpulkan sendiri berdasarkan kejadian tadi. Maka ia pun tidak perlu menjelaskan panjang lebar.

       "Tidak."

       Mulut Alice menganga terkejut, "Jadi ... dia ... gadis misterius itu?!" pekik Alice.

       "Ya. Dan bisakah kau mengecilkan suaramu?" desis Lucy.

       Ternyata tidak hanya kedua gadis ini yang mengalami kejutan. Seseorang yang sedari tadi menatap kejadian itu pun ikut terkejut.


Just guess who is it. Hahaha
Dont Forget The Votes Button ya ❤️❤️

R.V

[TFS-1] Stepsister Story [END]Where stories live. Discover now