SCENE TWELVE

1.9K 171 5
                                    

Enjoy Reading~
~~

Seusai pesta berakhir, Ben segera memasuki kamar dan membaringkan tubuhnya. Ia teringat kata-kata Lucy.

'Orang-orang miskin diluar sana berdoa dan bekerja keras agar bisa masuk dalam pesta ini, sedangkan kita yang berada disini justru berharap bisa hidup bebas seperti orang-orang itu.'

"Rasanya aku pernah mendengarnya makna yang sama, namun dimana?" gumam Ben.

*
Alice duduk di mini bar pribadinya sambil menikmati sebotol minuman. Otaknya dipenuhi oleh cerita Nic. Tidak ada kejelasan dalam cerita itu, apa penyebab Lucy berubah, namun ada kejanggalan didalamnya. Mungkin ia harus mendesak sang pemeran utamanya sendiri, pikirnya.

Ia menghabiskan malam itu dengan memabukkan dirinya. Sudah beberapa tahun ini, ia mengkonsumsi minuman keras tanpa Lucy tahu. Ia yakin jika sahabatnya itu tahu, pasti akan marah besar.

*

Sakit.

Sekujur tubuhnya terasa sakit. Tubuhnya kaku dan lemas, tidak bisa bergerak. Penglihatannya memburam karena terhalang air mata namun ia bisa melihat seorang gadis seusianya berdiri tak jauh darinya. Ia berteriak minta tolong pada gadis itu, namun gadis itu hanya menatap dalam diam tanpa berniat menolongnya. Padahal seluruh tubuhnya sudah kesakitan.

"Mom... tolong aku," rintihnya.

Rasa sakit itu terus menghujam tubuhnya, bulir-bulir keringat bercampur dengan air mata membasahi wajahnya.

"Berhenti, kumohon ... tolong!" Teriakan kesakitannya tidak menghentikan seseorang itu terus menyiksanya. Sambil menghentakkan kepalanya ke sana kemari, ia berusaha mencakar punggung orang itu, meninggalkan jejak kemerahan.

"Hentikan!!!" teriak Lucy sambil membuka matanya dengan cepat. Jantungnya masih berdetak dengan cepat. Perlahan ia mengubah posisinya menjadi duduk bersandar. "Mimpi yang sama lagi," gumamnya berkali-kali sambil mengaitkan kedua tangannya yang gemetar. Ia menggenggam selimutnya dengan erat disertai kepanikan yang luar biasa sampai membuat napasnya tersengal-sengal.

Dalam suasana temaram di kamarnya, ia berjalan pelan ke kamar mandi dan mulai menyalakan shower. Ia duduk di bawah hempasan air dingin itu sambil memeluk dirinya sendiri, membiarkan air itu bercampur dengan air matanya menjalar ke seluruh tubuhnya dan rasa dingin yang menusuk ke dalam tulangnya.

Ketika langit berubah dari gelap menjadi terang adalah hal yang paling di syukuri oleh Lucy. Ia kembali harus meminum beberapa macam vitamin untuk mejaga stamina tubuhnya akibat kekurangan tidur. Beberapa kali ia pernah pingsan dalam kamar karena lupa meminum vitaminnya, namun tak ada yang mengetahuinya sampai akhirnya ia tersadarkan sendiri.

*

Saat jam istirahat dimulai, Cindy berjalan dengan cepat menuju kantin. Ia tidak ingin lagi bertemu dengan Ben saat dalam perjalanan dan berakhir dengan Sandwich sebagai makan siang. Begitu sampai kantin, ia segera memesan makanan kesukaannya. Harga disini memang tidak murah, namun beruntung ibu tirinya masih memberi uang saku yang setimpal.

Sembari menunggu makanannya datang, ia mengirim pesan pada Leesa agar menyusulnya di kantin. Ternyata keberuntungan tidak datang padanya hari ini. Dari kejauhan Ben melihatnya sedang duduk sendirian, dengan cepat ia berjalan menghampiri mejanya sebelum Cindy sempat melarikan diri.

Perasaan takut mulai merayapi dirinya, ia melihat sekelilingnya sambil berdoa dalam hati semoga saudara tirinya berhalangan kemari. "Kau terlihat gemetar dan juga pucat, apa kau sakit?" tanya Ben khawatir.

Andai saja tidak ada ancaman dari Lucy, mungkin ia merasa senang saat ini mendengar nada khawatir dari Ben. "Ada apa?" Cindy bertanya langsung maksud tujuan Ben menghampirinya. Ia ingin Ben segera meninggalkan mejanya.

Ben tidak mengerti dengan gadis dihadapannya saat ini, setiap kali ia mendekatinya, gadis ini pasti terlihat tidak nyaman. Ben berdeham sekali. "Aku cuma ingin bertanya, mengapa kau tidak hadir kemarin saat di pestaku? Aku melihat ibumu dan dia mengatakan datang bersama putrinya. Apakah itu saudara tirimu?"

Cindy tersentak, ia mengingat percakapan ibu tirinya dan Lucy tadi pagi, apakah Ben sudah mengetahui bahwa dia dan Lucy bersaudara? "Aku ingin membaca buku di rumah. Pesta bukanlah kesukaanku, jadi ibuku mengajak saudara tiriku," bohong Cindy. ia sangat menyukai pesta, bohong kalau ia mengatakan tidak.

Tersirat sebuah kebohongan dalam kata-kata Cindy membuat Ben menatapnya tidak percaya. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan gadis ini, pikirnya. Leesa menghampiri mereka dan menyadarkan Ben dari lamunannya. "Baiklah, selamat menikmati makan siangmu." Ia pergi sambil menelan kekecewaannya.

Menyadari raut wajah Ben yang kecewa, ia merasakan sesak di dadanya. Apakah ia menyakiti hatinya? Tidak, tidak mungkin. Ben menikmati pesta tanpanya, ia bersama Lucy semalam. Mengamati perubahan wajah sahabatnya, Leesa akhirnya memberanikan diri berkata, "Belum terlambat untuk melawan Cindy. Kau tidak selamanya akan seperti ini terus. Aku bisa melihat Ben menyukaimu. Pria-nomor-satu di sekolah ini menyukaimu, dia pangeranmu dan kau harus memperjuangkannya."

Cindy hanya menunduk mengamati makan siangnya yang sudah datang. Tiba-tiba ia kehilangan napsu makannya, ia sedikit menyesal tidak memilih makan sandwich. Apakah ia sanggup melawan Lucy dan ibu tirinya? Sementara mereka bisa kapan saja menyakiti ayahnya.

Leesa menghela napas, "Ini kesempatan terakhirmu, pikirkan baik-baik Cindy." Leesa menyerahkan selembar kertas berisi pengumuman.

Cindy mengamati selebaran itu dan membacanya, "Kepada seluruh murid Avenue, akan diadakan sebuah pesta dansa menyambut hari ulang tahun sekolah ..."

"... dan tema tahun ini adalah 'Wear your mask so you can hide yourself wellthrough it'," ucap Alice pada Lucy.

So far, kalian suka?

Cerita" dikit ya. Aku baru tahu kalau Disney keluarin film cinderella story versi modern lagi.
I'm very excited!!! Aku sudah download filmnya.
Seperti biasaa, ceritanya memang selalu bagus dan ga akan pernah bosen di tonton. Selain itu pemerannya ganteng banget kali ini.
Kita tahu semua cerita Cinderella itu klise banget. Tapi kenapa masih banyak yg nonton?
Hahah
Thats me. Aku selalu nonton semua versinya. Becoz i like it so much!!
Aku bakal tulis pendapatku di chapter selanjutnya.

Jangan lupa klik tombol vote nya ya untuk aku.

R.V

[TFS-1] Stepsister Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang