SCENE TWO

5.9K 350 12
                                    

     Enjoy Reading~

~~

      "Cindy!!!" teriak seorang wanita yang lebih tua dengan kimono tidurnya sambil menguap beberapa kali.

     Seorang gadis bertubuh mungil itu berlaril menghampiri wanita itu. Cindy seperti tengah bersiap-siap untuk bersekolah, "ya, Nyonya," ucapnya saat sudah mendekat.

     "Mana sarapannya?" tanyanya sambil menatap tajam gadis itu.

     Cindy memainkan ujung bajunya. "Aku terlambat bangun dan hari ini hari sekolah sudah dimulai. Bisakah nyonya memaafkanku kali ini?" jawabnya gelisah tanpa menatap mata wanita itu.

      Wanita itu terlihat kesal sekarang, ia menarik lengan Cindy dengan kasar dan membawanya ke dapur. "Aku ingin sarapanku sekarang!" teriaknya dengan penuh kemarahan.

*

      Pukul 08.10, gerbang sekolah sudah akan ditutup. Cindy berlari secepat mungkin agar bisa masuk. "Hampir saja terlambat," ucapnya sambil mengusap keringat yang bercucuran.

      "Cindy."

     Cindy tersentak dan menoleh melihat sahabatnya berjalan mendekat. "Tidak biasanya kau hampir terlambat," ucapnya setelah menyamakan langkah dengan Cindy.

      Cindy menghela napas pasrah, "Aku kesiangan dan harus membuatkan sarapan untuknya."

      Gadis itu mengerjap. "Dia memaksamu? Kau tidak menolaknya?"

     "Aku mencoba, tapi kau tahu bagaimana dia." Ibu tirinya tidak akan menolerir apapun kesalahannya. Semalam dia habiskan waktunya untuk membaca buku yang membuatnya terlambat bangun. Ia selalu membaca buku di malam hari, karena di siang hari ia harus melayani ibu tirinya dan membersihkan rumah.

     Sahabatnya, Leesa Mckenzie, hanya bisa menatap sedih. Sejak ayah Cindy terbaring koma di rumah sakit, ibu tirinya memperlakukannya layaknya pembantu. Semua pekerjaan rumah dilakukan oleh Cindy, hampir separuh pengurus rumah di pecat dengan alasan tidak diperlukan.

     Mereka berpapasan dengan Lucy yang tetap berjalan mengabaikannya seolah mereka tidak mengenal satu sama lain. Lucy sebenarnya menyadari bahwa ia berpapasan dengan saudara tirinya saat ia berjalan menuju gerbang sekolah, namun ia lebih memilih mengabaikannya karena ia tidak ingin satu sekolah mengetahui bahwa mereka bersaudara.

     Hanya Leesa yang tahu mengenai itu, dan sekarang ia merasa sangat kesal, beberapa kali menasehati Cindy untuk melawan mereka, tapi Cindy hanya mengatakan bahwa itu tidak perlu. Dia hanya perlu bersabar sampai ayahnya sadar, setelah itu semuanya akan kembali seperti semula.

      Sesampainya di gerbang sekolah, Lucy melihat seseorang yang dikenalinya sebagai sahabatnya membawa buku dan tas di punggungnya. "Apa yang kau lakukan disini?"

     Alice tersenyum menatapnya, "Hai Lucy. Jadi ini sekolah terbaik di New York milik ibuku?" sambil menyeleksi sekitar dengan pandangannya. "Tidak buruk juga," ucapnya sambil menyeringai.

     Lucy bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya, ia segera membawa Alice menuju kelasnya. "Jadi ini yang kau maksud dengan menetap disini?"

     Alice mengangguk. "Kemana kau akan membawaku? Memangnya kau tahu dimana kelasku?"

     Jika ia tidak mengenal Alice dari dulu mungkin ia akan bertanya padanya dimana kelasnya, namun karena ia sudah mengenal lama, Lucy cukup tahu bahwa Alice pasti akan meminta kepala sekolah untuk menyamakan semua jadwalnya dengan dirinya. Ditambah lagi kenyataan bahwa ibu Alice adalah pemilik sekolah ini membuat semua lebih jelas.

     Hampir seluruh murid Avenues adalah anak orang kaya dengan latar belakang keluarga yang terkenal, dimana sesuai dengan julukan sekolah ini adalah The Best Education Money Can Buy oleh The New York Times.

Follow ig lucy : @lucy.mo3110
Don't forget the votes button! xxx

R.V

[TFS-1] Stepsister Story [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora