SCENE THIRTY

1.1K 124 9
                                    

        Enjoy Reading ~

Hari ini ia memutuskan untuk mengikuti Lucy kemanapun ia pergi. Ia harus bisa mendesak gadis itu untuk mendapatkan jawabannya. Ben menyadari caranya ini sangat konyol, namun ia yakin akan berhasil karena biasanya para wanita seperti Lucy benci diperlakukan seperti ini.

       Saat jam istirahat dimulai, matanya mulai mencari sosok gadis itu. Namun seperti biasa, ia akan mengunjungi papan pengumuman terlebih dahulu. Saat hampir tiba di tempat, langkahnya terhenti karena melihat sosok gadis yang dicarinya. Kedua ujung bibir Ben tertarik keatas. Rupanya tidak sulit mencarinya, pikir Ben.

       Lalu hal yang mengejutkan pun tiba, ia melihat gadis itu membawa secarik kertas berwarna kuning dan menempelnya di papan tersebut kemudian berlalu pergi. Tidak ada yang menyadarinya atau mereka semua tidak ingin menyadarinya mengingat reputasi gadis itu.

       Segera Ben melangkah maju ke depan papan tersebut dan menatap seluruh tempelan kertas disana. Hanya ada satu kertas warna kuning yang berisikan 'Apakah saudara tiri Cinderella tidak berhak mendapat kebahagiaan? – C.S'.

       Seketika otaknya membeku. Segera dilepas kertas itu dari tempatnya dan kembali pada tujuan awalnya.

       Sesampainya di rumah, Ben mengumpulkan seluruh kertas kuning yang selama ini diambil dari papan tersebut di atas meja. "C.S," gumam Ben sambil meletakkan tangannya di dagu.

***

       
Ben bolak-balik berjalan di kamarnya. Sejak sepulang sekolah tadi, ia terus membuat otaknya bekerja dengan keras. Sejak kejadian pesta dansa itu, banyak sekali kepingan puzzle yang ia dapatkan.

       Mulai dari gadis misterius pembawa hairpin itu, kemudian pemilik hairpin, sampai pada kejadian terakhir yang paling membuatnya terkejut mengenai pemilik tulisan-tulisan yang sering dibacanya di papan pengumuman.

       Ia duduk di pinggir kasurnya,  menatap potongan-potongan kertas kuning yang tertempel di papan kecil. "Cinderella Stepsister?" kesimpulannya. Tentu saja! ucap Ben dalam hati. Ia mengeluarkan tawa hambar. Semuanya menjadi jelas sekarang terutama setelah fakta yang baru hari ini di dapatnya.

***

Nic sedang duduk bersama teman-temannya yang lain tanpa Ben di kantin. Seharian ini ia malas berhubungan dengan sahabatnya satu itu karena Ben terus menerus memasang kerutan di dahinya.

       Ia tidak mengerti apa yang terjadi pada hidup sahabatnya beberapa minggu ini, terutama sejak pesta sekolah. Belum lagi karena sikapnya itu, ia harus makan siang sendirian awalnya karena Ben sibuk mengikuti Lucy kemana pun gadis itu pergi. Ia curiga, apa yang Lucy lakukan terakhir kali di gedung basket itu, karena keesokan harinya Ben berubah menjadi aneh.

       Tak jarang, Nic mendapatinya bisa terus tersenyum sepanjang hari, terkadang lainnya ia bisa terus mengerutkan dahinya seperti hari ini. Tak mau pusing lagi, ia memilih menikmati makan siangnya.

       Beberapa saat kemudian, sebuah suara yang dikenalinya berkumandang di seluruh ruangan kantin. Nic menolehkan kepalanya dan sudah mendapati Ben berdiri di tengah dengan alat pengeras suara di sampingnya. Ia menghentikan kunyahan dalam mulutnya dan menatap Ben dalam diam.

       "Selamat siang semuanya teman-teman, maaf mengganggu acara makan siang kalian. Aku ingin menyampaikan hal penting untuk kalian semua terutama para gadis di sekolah ini," ucap Ben melalui pengeras suara itu.

       Aktifitas makan seluruh orang pun terhenti dan memilih mendengarkan penuturan Ben dengan saksama. Cindy, Leesa dan Alice kebetulan berada di kantin juga ikut menatap penasaran. "Ada apa ini?" bisik Leesa pada Cindy.

       "Pertama, aku ingin memberitahu kalian bahwa pencarian gadis misterius pemilik hairpin itu sudah selesai." Bisik-bisik mulai terdengar riuh. Kemudian Ben melanjutkan, "Kedua, alasannya adalah karena aku sudah menemukan gadis itu." Mendengar itu membuat Nic menyemburkan makanan dalam mulutnya. Sejak kapan? Lucy kah?

       Para gadis di ruangan itu bertanya-tanya, mungkinkah diri mereka masing-masing? Sedangkan Cindy menatap bingung bercampur terkejut. "Tidak mungkin," gumamnya.

       Ben berdeham satu kali membuat seluruh orang kembali memusatkan perhatian padanya, "Gadis yang selama ini kucari adalah ... Cindy Priceton."


Dont Forget The Votes Button ❤️❤️

R.V

[TFS-1] Stepsister Story [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ