SCENE EIGHTEEN

1.1K 127 5
                                    

Enjoy Reading ~

~~

Satu jam waktu yang digunakan untuk mengubah penampilan mereka karena Alice menginginkan penampilan yang sempurna. Setelah selesai, mereka pun bersiap untuk menuju pesta, namun sebelumnya mereka mengunjungi bilik milik Cindy yang terletak di belakang.

Saat pintu terbuka, tampak Cindy sedang merapikan gaunnya terletak diatas meja. Cindy terkejut dengan kedatangan kedua gadis itu. "Seseorang ingin menjadi Cinderella. Biar kutebak, kau ingin mengenakan gaun itu dan topeng ini, lalu datang ke pesta. Bertemu seorang pangeran disana dan pulang sebelum jam 12 malam. Apa yang akan kau tinggalkan? Sepatu kacamu?" Alice tertawa mengejek pada Cindy.

Merasa malu, Cindy menunduk, matanya mulai terasa panas dan airmata mulai berlinang. Alice melangkah masuk dan merebut gaun milik Cindy. Terlambat untuk Cindy mencegahnya, jika ia menarik begitu saja, maka gaunnya akan sobek. "Gaun ini sangat tidak cocok untuk pesta itu. Kusut, kotor dan ... bau. Juga ah... sobek," dengan sengaja Alice menarik bagian dari gaun itu yang menimbulkan bunyi robekan.

Cindy terkejut dan ia berteriak marah, "apa yang kau lakukan?!" Cindy bergegas merebut gaunnya kembali namun di tahan oleh Lucy yang sedari tadi diam saja.

"Apa yang ada dalam pikiranmu saat kau memutuskan untuk pergi ke pesta itu?" tanya Lucy dingin.

Di belakangnya, Alice kembali tersenyum mengejek dan menambah beberapa robekan. Tak kuasa lagi menahan, Cindy akhirnya meloloskan airmatanya, "Tolong jangan dirusak gaunnya. Hanya itu yang kupunya. Lucy, aku ingin pergi ke pesta sekali saja." Cindy memegang kedua bahu Lucy dan memohon.

Menatap saudara tirinya dengan tatapan jijik dan benci, Lucy menepis pegangan Cindy, "bermimpilah bahwa aku akan menolongmu saat kau mengatakan kata 'tolong'." Cindy menyerah, ia jatuh terduduk dan menangis tersedu-sedu. Hilang harapannya untuk pergi ke pesta dansa dengan diam-diam. Tak disangkanya hari ini Lucy akan mengunjungi kamarnya. Padahal ia sudah menyiapkan gaun itu dari satu bulan sebelumnya saat ia memutuskan ingin melanggar aturan ibu tirinya.

Setelah dipastikan gaun itu rusak, Alice mengembalikan pada Cindy. "Jangan pernah menganggap bahwa dirimu adalah Cinderella, karena tidak akan ada ibu peri yang mau menolong gadis jahat sepertimu," bisik Alice.

Alice dan Lucy berjalan meninggalkannya.

***


Gedung pertemuan telah disulap menjadi ballroom yang indah dengan nuansa Eropa abad ke-19. Beberapa potret terpajang di sekeliling ruangan, ditambah dengan lampu hias yang besar di beberapa titik. Lalu ada orkestra di panggung depan sebagai pengiring musik. Para murid sudah berdatangan, masing-masing mengenakan topeng ciri khas mereka. Musik pun sudah mengalun indah mengisi seisi ruangan, para wanita berjalan masuk dengan anggun dan para pria dengan gagah.

Media masa sudah bersiap di depan gerbang, memotret setiap murid yang melewatinya dengan melambaikan tangan dan berpose, tak terkecuali Alice. Dengan mengenakan gaun serta topeng berwarna merah khas Venetian yang terdapat beberapa helai bulu dibagian kanan juga 6 buah rantai tipis yang menggantung, ia dengan semangat memberikan gaya pada media untuk di abadikan, membiarkan pada rantai tersebut bergoyang-goyang. Ia sangat menikmati ribuan cahaya kelap kelip di hadapannya.

Berbeda dengan Alice, sejak awal Lucy sudah tidak menyukai adanya media disini. Dengan mengenakan gaun hitam keemasan, juga topeng berwarna sama berhias sebelah sayap kupu-kupu dibagian kanan, ia berjalan tanpa menatap kamera yang terpasang.

Lucy berjalan masuk dan menatap sekelilingnya. Seperti biasa, sekolah ini selalu menyediakan hal-hal mewah untuk muridnya. Tidak akan ada kesan sederhana disini.

Begitu hampir seluruh bagian gedung terisi, acara pun dimulai. Seperti biasa berbagai kata sambutan di utarakan sampai pada puncak acara yaitu pesta dansa. Kepala sekolah dan pasangannya memulai dansa pertama dan diikuti dengan murid lainnya.

Sepasang mata yang sedari tadi menatap kearah Lucy dan Alice akhirnya menghampiri mereka. Tanpa mengeluarkan suara, pria bertopeng silver itu mengulurkan tangannya pada Alice sambil tersenyum. Lucy menatap senyum pria itu dan menyadari siapa wajah dibalik topeng itu, namun sebelum sempat menahan sahabatnya, Alice sudah lebih dulu menyambut uluran pria itu.

Tak lama datang seorang pria lagi dengan topeng yang berwarna merah keemasan dan menutupi sebagian kiri kepalanya menghampiri Lucy.

"Bolehkah aku menjadi pasangan dansa pertamamu?" ucap pria itu.


Lucy terkejut, bukan karena ada pria yang mengajaknya berdansa, namun pada suaranya. Ia pun menyambut ajakan pria itu dan berjalan menuju lantai dansa. Pria itu melingkarkan salah satu tangannya pada pinggang Lucy dan satu lagi menggenggam lembut tangannya, Lucy pun meletakkan tangan lainnya pada pundak pria itu.

Musik mulai mengalun dan mereka mulai berdansa. "Aku tidak ingin kau menyembunyikan lagi suaramu karena aku tahu siapa kau," ucap pria itu dengan yakin.

Mengikuti irama yang sedang diputar, kaki-kaki mereka bergerak dengan pelan. "Darimana kau tahu?" tanya Lucy.


Dont Forget The Votes Button

R.V

[TFS-1] Stepsister Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang