SCENE FORTY ONE

1.3K 122 2
                                    

Masih suasana CNY kan? Happy Chinese New Year!!! Gong Xi bagi yang merayakan 😊😊
Ini chapter angpao bagi kalian 👲🎉🎊
~~

"Tentu, jika memungkinkan." Mike tahu putrinya bukan lagi anak kecil, dia tidak mungkin meminta hal yang mudah untuk dipenuhi.

"Aku tidak ingin mom dan dad bersatu lagi."

Permintaan yang mengejutkan bagi Mike membuatnya terdiam terpaku. Lucy tahu ayahnya pasti sangat terkejut mendengar permintaannya. "Aku ... tidak ingin mom dan dad hidup bersama," ulang Lucy untuk meyakinkan ayahnya.

"Ke-kenapa?" tanya Mike dengan rasa tidak percaya. Putri mana di dunia ini yang tidak menginginkan kedua orangtua nya bersatu?

Ia menatap mata Mike sesaat, lalu menjawab dengan suara bergetar, "Aku mendengar mom berkata akan kembali pada dad mengingat sekarang dad sudah kembali seperti dulu. Terakhir dia melakukannya karena uang, itu mengubah hidupku menjadi mimpi buruk. Dan aku tidak ingin itu terjadi untuk kedua kalinya sekalipun dengan dad."

Mike ingin bertanya apa yang terjadi pada hidup Lucy, namun sebuah pesan suara masuk menginterupsi dirinya. "Permisi tuan, saya ingin mengingatkan lima menit lagi anda akan meeting bersama perusahaan China. Terima kasih."

Mendengar hal itu membuat Lucy segera bangkit dari duduknya. "Aku ingin dad memikirkan permintaanku. Permisi," pamit Lucy. Dengan segera ia melangkah keluar ruangan tanpa memperdulikan ayahnya yang sudah berteriak berulang kali memanggilnya.

***

Setibanya di rumah, Lucy mendengar kehebohan dari dalam. Ia pun berjalan masuk dengan rasa penasaran. Melihat pemandangan di dalam membuat diri Lucy semakin lelah. Ia bahkan tak sanggup lagi untuk merasa terkejut.

"Hentikan mom," perintahnya dengan suara datar.

Para pelayan menoleh mendengar suara Lucy. Sedangkan ibunya tetap berusaha memukul Cindy yang sedang terbaring di lantai. Terlihat beberapa pelayan berada di depan Cindy untuk menahan serangan ibunya yang membabi buta.

"Mom!" bentak Lucy.

Elaine berhenti dengan wajah merah dan napas tersengal-sengal. "Gadis ini berhak mendapatkannya. Minggir kalian semua!" bentak Elaine pada pelayan yang menolong Cindy.

Dengan sigap, Lucy menarik lengan ibunya untuk mejauh. "Aku bilang hentikan mom," desis Lucy dengan garang.

Terbelalak akan sikap putrinya, Elaine mengerutkan dahinya menuntut penjelasan. "Ada apa denganmu? Mengapa kau membela gadis itu?"

Sebelum menjawab ibunya, Lucy menatap Cindy yang masih terseguk. "Kalau kau belum ingin mati sekarang, menjauhlah," ucapnya memperingatkan. Para pelayan segera membantu Cindy berdiri dan membawanya menuju kamar.

Sikap ini membuat Elaine semakin tidak percaya. "Kau membela anak itu? Lucy! Dimana pikiranmu? Apa kau lupa apa yang sudah diperbuatnya?!" Elaine berteriak histeris. Hilang seluruh sikap anggunnya saat ibunya sudah mulai marah besar.

Lucy menatap nanar perempuan yang melahirkannya sekaligus menjerumuskannya dalam mimpi buruk. "Apa mom lupa bagaimana awalnya terjadi?"

"Apa maksudmu?"

"Berikan aku alasan mengapa mom meninggalkan ayah kandungku dan mengatakan padaku bahwa dia sudah meninggal," desak Lucy. Perasaan benci sudah meluap dalam dirinya. Banyak hal yang seharusnya tidak disembunyikan darinya. Andaikan ibunya tidak seegois ini, andaikan ia menunjukkan jati dirinya dari awal, dan andaikan ayahnya tidak bangkrut. Semuanya hanya bentuk pengandaian.

Elaine terdiam menatap putrinya. Tubuhnya terasa kaku. Keringat dingin mulai membasahi wajahnya. Ia tahu rahasia ini akan terbongkar suatu hari nanti. Namun ia tidak mengharapkannya sekarang. "Dari mana kau tahu soal Mike?" hanya itu yang dapat terlontar dari bibirnya saat ini.

"Mom pikir aku tidak tahu bahwa mom mengambil berkas milikku?"

Sederet kalimat itu membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi. Ia memejamkan matanya sesaat lalu menatap wajah putrinya dengan sedih. "Jadi kau meninggalkannya karena ia miskin? Benarkan?" tanya Lucy lagi pada ibunya sambil berkaca-kaca.

Elaine bisa merasakan kebencian dalam suaranya. "Ya," jawabnya jujur. Hidup dalam kemiskinan adalah mimpi terburuknya. Ditambah selama ini ia tidak pernah sekalipun bersusah payah dalam mendapatkan apapun.

Sambil menggertakan giginya, Lucy semakin menatap marah ibunya. "Kau juga mengatakan padanya bahwa aku tidak pernah dilahirkan bukan?!

Kini airmata sudah turun membanjiri kedua wajah cantik wanita itu. Elaine menangkup kedua tangannya menutupi wajah seolah malu atas perbuatannya. "Kenapa kau tidak mau menjawab?!" bentak Lucy.

"Sadar sekarang mom? Jadi seluruh tragedi ini berawal dari keegoisan dirimu sendiri!" lanjut Lucy. "Jangan katakan apapun," selanya saat Elaine mulai membuka mulut ingin bicara.

Lucy bergerak mundur menjauhi ibunya. Salah satu tangannya mengusap rambutnya dengan kasar. "Jangan pernah kau katakan ini semua demi aku. Jangan. Kau tidak melakukannya demi aku. Kau tidak pernah peduli padaku," kecamnya.

Lalu ia mengambil langkah maju mendekati Elaine yang sekarang sudah terduduk lemas di lantai. "Kau dulu membiarkan aku kelaparan, tidak pernah memberikanku sedikit saja kasih sayang. Membiarkan aku hidup sendiri, bertahan sendiri bahkan hingga sekarang. Keegoisanmu membuatmu menikah dengan Charles dan membuat hidupku semakin buruk. Jika kau tidak mengikuti keegoisanmu, maka aku tidak akan pernah kehilangan harta yang paling berharga. Kau-lah yang membuat mimpi burukku semakin buruk, mom."

Elaine menjadi semakin histeris saat Lucy selesai berbicara. Melihat ibunya seperti itu membuat hatinya sakit, namun ia terlanjur membencinya. Jika selama ini ia bisa menahannya, tidak dengan sekarang. Apalagi sejak ia mengetahui bahwa ayah kandungnya masih ada.

"Apa itu benar Elaine?"

Dont Forget The Votes Button 😘

R.V

[TFS-1] Stepsister Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang