Dendam Terbalas

449 13 2
                                    

Kesadaran mulai masuki tubuh Bara yang sempat terbaring lemah di rumah sakit. Perlahan Bara mengerjapkan matanya menyesuaikan silau sinar cahaya lampu yang jadi penerang ruangan.

Bau obat langsung menyeruak indra penciumannya membuatnya mendesah pelan karena merasakan sekujur tubuhnya terasa seakan kaku.

"Aagghh..". Erang Bara saat mencoba mendudukkan tubuhnya di atas brankar dan kemudian mengedarkan pandangannya mengelilingi isi ruangan.

"Lila...". Desisnya lirih teringat akan keadaan istrinya.

"Dimana istri ku.. Aku harus mencarinya". Ucapnya pelan nyaris berbisik dan mencoba membawa tubuhnya turun dari brangkar.

"Eehh.. Tuan.. Tuan Bara jangan turun dulu". Sergah suster yang baru masuk dan mendapati Bara sudah menurunkan kedua kakinya hendak melangkah.

"Lepaskan aku sus, aku harus mencari istriku..". Tolak Bara leirih sambil meringis menahan sakit.

"Tidak tuan.. Tuan belum boleh kemana-mana dulu. Tuan harus istirahat dulu". Tungkas suster tersebut lalu memaksa Bara agar kembali berbaring di brangkarnya.

"Lepaskan aku!! Aku mau mencari istriku!!". Sentak Bara membuat sester tersebut kaget.

Tanpa sepengetahuan Bara suster tersebut menekan tombol amergensi dan datanglah Clara ke ruangan Bara.

"Hey tuan keras kepala! Bisakah kau mengikuti peraturan rumah sakit?!". Dengus Clara sinis kemudian memaksa Bara merebahkan tubuhnya kembali.

"Aku harus mencari Lila Ra...". Ucap Bara masih bersikeras hendak turun dari brankar.

"Kau pilih tenang dengan kemauan mu sendiri atau aku yang akan menenangkan mu dengan cara ku Bara Orlando Jayawijaya!!". Sungut Clara mulai kesal dengan sikap Bara.

Bara pun akhirnya hanya menghela nafasnya dan merebahkan tubuhnya dengan sendirinya di atas brankar.

"Dimana istriku?". Tanya Bara lirih.

"Tenanglah tuan, istrimu sudah aku tangani dengan baik. Dan keadaannya pun sudah stabil. Semuanya baik-baik saja Bar". Tutur Clara sambil mengganti perban di tubuh Bara.

"Zia dan Aron?". Tanya Bara lagi dan sukses membuat Clara mendesah pelan serta menghentikan aktifitasnya mengobati luka Bara.

"Kenapa kau diam Ra? Bagaimana dengan anakku?". Tanya Bara lagi.

"Eum.. Maaf Bar.. Kami belum menemukannya". Ucap Clara penuh sesal.

"Maksudmu?!". Tanya Bara meninggikan nada bicaranya dan menatap tajam kearah Clara.

"Aku harus nencari anakku".

"Hey.. Hey.. Hey... Tenang Bar. Tenang.. Ku mohon tenang... Anakmu masih dalam pencarian Bram. Kau harus pulihkan kondisi mu dulu Bar... Dengan kondisi seperti ini bukannya kau menemukan anakmu malah akan semakin memperparah keadaan mu". Ucap Clara menenangkan Bara.

"Izinkan aku bertemu dengan Lila Ra.. Aku ingin melihat keadaannya". Desisi Bara menatap nanar Clara.

"Baiklah... Aku izinkan dan aku akan menenmani mu". Ucap Clara tegas kemudian membawa Bara menggunakan kursi roda dan mengantarkan Bara ke ruangan Lila.

"Sweet... Bagaimana keadaan mu sweet? Maafkan aku sweet, tak mendengarkan ucapan mu sampai akhirnya kaj jadi seperti ini... Maafkan aku sweet.. Maafkan aku". Tutur Bara menggenggam tangan Lila tak terasa pula biluran bening di sudut matanya sudah meluncur membasahi pipinya.

"Aku tak bisa menjadi suami yang baik untuk mu sweet, aku tak bisa menjaga anak-anak kita.. Maafkan aku sweet". Lanjut Bara tertunduk dan pundaknya terlihat semakin bergetar karena tangisannya.

Dua Jantung Satu Janji CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang