Will You Marry Me

564 17 3
                                    

Bram kini telah bersiap diri untuk mengajak Marisa dinner malam ini. Dengan penampilan yang berbeda dari biasanya, Bram kali ini terlihat begitu rapi.

Pukul 07:00 malam Bram berangkat untuk menjemput Marisa di rumah sakit.

Ddddrrrttttt....

Bram tersenyum melihat layar ponselnya yang berdering dan tertera nama "My Love" di sana.

"Yap hallo honey". Ucap Bram menyapa kekasihnya.

"Hallo sayang... Kau sedang dalam perjalanan kah? Mau kemana kamu?". Tanya Marisa berturut.

"Eum... Iya nih... Aku mau menjemput mu honey". Jawab Bram.

"Aku kan bawa mobil sendiri sayang, tak perlu kau jemput aku". Sergah Marisa lembut.

"Tapi aku tetap ingin menjemputmu, apa kau menolak?". Tanya Bram dengan nada yang di buat ngambek.

"Hem... Jangan ngambek sayang... Baiklah... Aku tunggu kedatangan pangeran ku ini ya. Love u". Ucap Marisa membujuk Bram.

"Too...". Jawab Bram singkat lalu memutus sambungan telfonnya.

"Dasar!! Masih saja suka ngambek". Dengus Marisa seraya meletakkan ponselnya kembali ke atas meja dan kembali beralih membaca kertas-kertas di tangannya.

"Apa yang harus aku lakukan agar kau mau untuk oprasi Bar, lambat laun keadaan mu akan semakin memburuk". Ucap Marisa lirih membaca hasil rekam medis milik Bara.

Marisa menghelakan nafas beratnya berkali-kali teringat akan ungkapan cinta Bara padanya, bukan menyesali karena tak bisa membalasnya. Tapi menyesali karena cinta Bara untuknya membuat Lila pergi meninggalkan Bara yang sangat butuh dukungan dari Lila saat ini.

"Aku harus bisa menemukannya...". Desis Marisa pada dirinya sendiri.

"Menemukan siapa sayang?". Tanya seseorang yang membuat Marisa terperanjat kaget.

"Eum... Menemukan cara agar pasien ku mau untuk oprasi Bram". Jawab spontan Marisa karena sangat kaget akan kehadirannya yang tiba-tiba.

Bram mengangkat alis sebelahnya menatap Marisa yang terlihat begitu gugup akan kedatangannya.

"Hey... Kau kenapa sayang? Apa aku terlalu mengejutkan mu sampai kau gugup begini?". Tanya Bram setelah mengecup kening Marisa.

"Maaf Bram......". Marisa menghentikan ucapannya dan meneliti penampilan Bram dari atas sampai bawah dan kembali lagi ke atas.

"Kau kemana sudah serapih ini?". Tanya Marisa merubah tatapannya menjadi tatapan menyelidik kepada Bram.

"Menjemput mu". Jawab Bram enteng lalu beralih duduk di kursi yang ada di hadapan Marisa.

"Menjemput ku? Serapih ini?". Tanya Marisa tak percaya.

"Ya... Memangnya kenapa? Apa kau tak suka dengan penampilanku?". Tanya Bram balik menatap Marisa dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Bukan tak suka, hanya aneh saja... Kau beda dari biasanya". Ucap Marisa di iringi senyum manisnya.

"Bisakah kita pergi sekarang?". Tanya Bram seraya bangkit dari duduknya.

"Bisa... Sangat bisa... Ayo". Jawab Marisa lalu membereskan berkas-berkasnya dan mengambil tasnya.

Mereka pun pergi keluar dari rumah sakit sambil berbincang dan tak mempedulikan banyak pasang mata yang menatap mereka dengan tatapan iri karena keromantisan mereka. Bram tak memperdulikan itu malah justru merekatkan pelukannya pada pinggang Marisa setiap kali melihat ada perawat, pasien atau dokter laki-laki yang menatap Marisa dengan tatapan kagum.

Dua Jantung Satu Janji CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang