Percaya Kekuatan Cinta

492 17 3
                                    

Setengah bulan lebih Bara terus datang ke rumah Lila entah hanya datang sekedar mengantar sebuket bunga atau berusaha bicara pada Lila, walaupun hasilnya tetap sama. Lila tetap tak pernah membukakan pintu rumah untuk Bara, saat Bara datang membawa sebuket bunga mawar pun Lila hanya mengambil bunga tersebut dan membawanya ke dalam kamarnya.

Sudah hampir 100 buket bunga yang ia dapat dari Bara selama dua minggu lebih ini, kata-kata romantis pun selalu terselip di buket bunga tersebut. Lambat laun hati Lila pun luluh dangan kegigihan Bara demi membuatnya yakin bahwa Bara benar-benar mencintainya.

Di sinilah Lila sore ini, di sebuah padang rumput yang begitu luas. Angin bertiup lembut menemaninya menikmati tenggalamnya matahari senja, dengan tatapan kagum akan ciptaan Tuhan Lila menghirup uadara yang yang terasa menenangkan dan membuat hatinya damai dengan keadaannya yang mulai ia tata lagi setelah bertemu lagi dengan Bara.

Saat sedang asik menikmati pemandangan indah tiba-tiba ada suara yang mengganggu kegiatannya.

"Boleh aku duduk di sini Nona?". Ucap pria dari arah belakang tubuhnya. Lila menoleh dan menatap pria itu sebentar lalu bangkit dan melangkahkan kakinya.

"Tidak lagi sweet...". Sergah Bara cepat menggenggam tangan Lila. Ya... Pria yang datang mengganggu aktifitasnya menikmati pemandangan itu sda Bara.

"Jangan menghindar lagi dari ku... Jangan lari dari cinta mu lagi". Lanjut Bara masih menggenggam tangan Lila.
Lila terdiam, tidak menatap Bara atau pun beranjak dari tempatnya.

"Aku minta maaf...".

"Aku sudah memaafkan mu jauh sebelum kau memintanya". Potong Lila cepat dan tetap tak mau menatap Bara yang masih setia menggenggam tangannya.

Bara tersenyum dan menghela nafasnya sebelum ia melanjutkan kata-katanya.

"Terimakasih karena kau sudah memaafkan aku sweet... Aku ingin banyak bercerita pada mu... Bisa kita duduk dulu sebentar?". Tanya Bara hati-hati dan mencoba menarik tangan Lila lembut untuk mau kembali duduk bersamanya.

Lila pun menuruti ajakan Bara dan kembali duduk menatap langit sore yang sudah hilang setengah.

"Aku akan mulai bercerita tentang perusahaan mu...". Ucap Bara memulai pembicaraannya pada Lila yang masih tak bergeming dan membalas tatapannya.

"Perusahaan mu berjalan baik sweet, semua tertangani dengan baik. Saat ini perusahaan mu sedang di tangani sementara oleh Kevin... Kau ingat Kevin? Sahabatku yang bertemu dengan mu waktu kau ku ajak ke tempat camping. Dia bekerja dengan baik sweet, mungkin bisa di bilang hampir sempurna... Kau harus bangga padanya karena telah mengurus perusahaan mu". Lila masih tak bergeming.

"Mami... Mami merindukan mu sweet, dia sering sakit semenjak kepergian mu... Dia ingin bertemu dengan mu". Bara menghentikan ucapannya saat melihat buliran bening menetes di pipi Lila dalam diamnya.

"Eum... Bram dan Marisa akan menikah minggu depan. Kau tau? Mereka sangat terlihat bahagia... Kita harus datang ke acara pernikahan mereka sweet. Kau mau kan pulang bersama ku untuk menghadiri pernikahan mereka?". Tanya Bara dengan tatapan berbinar.

"Apa sudah selesai cerita mu tuan?". Tanya Lila yang akhirnya mau mengeluarkan suara dari bibirnya. Namun sayang, kalimat yang keluar dari bibir Lila membuat hati Bara begitu teriris pedih, tapi Bara tetap berusaha menjaga senyumnya agar tak hilang dari bibirnya.

"Belum... Aku belum menceritakan tentang ku". Jawab Bara kembali menggenggam tangan Lila, namun Lila menepisnya dengan cepat.
Bara menghela nafasnya, sebegitu benci kah Lila padanya?

"Tapi sebelum itu izinkan aku memainkan gitar ku ini untuk mu".  Ucap Bara lalu mengambil gitar yang ia bawa.

Bersama mu....
Ku lewati...
Lebih dari seribu malam...

Dua Jantung Satu Janji CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang