Lila????

534 17 2
                                    

Sesi lamaran Bram sudah berlalu satu bulan, segala persiapan sudah mulai di persiapkan dari kedua belah pihak keluarga. Namun Bara justru belum bisa turut membantu persiapan pernikahan Bram dan Marisa, Bara kini ada di USA untuk mengurus perusahaannya yang sudah cukup lama ia tinggalkan. Untuk perusahaan Lila ia serahkan sementara kepada Kevin sahabatnya.

Bara masih berkutat dengan setumpuk berkas di mejanya sejak pagi tadi, belum istirahat, sarapan, atau pun keluar dari ruangannya. Tak terasa hari sudah berganti sore, dan Bara telah menyelesaikan pekerjaannya. Cacing di perutnya sudah berdemo sejak tadi karena belum di beri makan, Bara segera bangkit dari kursi kebesarannya dan melangkah keluar kantor.

Bara melajukan mobilnya menyusuri jalan mencari tempat restourant yang ingin ia singgahi untuk memberi asupan pada tubuhnya. Ia menghentikan laju mobilnya di depan sebuah restourant yang begitu menarik perhatiannya. Bara memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang tersedia di halaman restourant lalu turun dan melangkah masuk ke dalam restourant yang bernuansa klasik namun tetap terkesan mewah.

Bara memesan makanan kesukaannya, sambil menunggu pesanannya datang Bara memainkan ponselnya. Bara mengedarkan pandangannya meneliti dekorasi restourant tersebut, saat sedang asik dengan rasa kagumnya ia pandangannya menangkap sosok yang sangat ia kenal. Tak asing baginya melihat sosok tersebut dari belakang, tubuh mungilnya, rambut yang sama, hanya style yang agak berbeda sedang asik bercanda dengan kedua wanita yang duduk semeja dengannya. Berkali-kali Bara mengedipkan matanya dan meneliti baik-baik gadis yang duduk tak jauh darinya.

Dengan keyakinannya Bara menghampiri meja tersebut dengan senyum yang mengembang namun terselip rasa takut untuk memanggil gadis yang ia tatap dari tadi.

"Lila....". Panggil Bara lirih namun tetap terdengar sang pemilik nama.
Keduanya sama-sama menengang saat sang empu menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Berbeda dengan Bara yang keterkejutannya karena bahagia akhirnya bisa bertemu dengan gadisnya, tidak dengan gadis tersebut. Ia begitu terkejut melihat Bara yang berdiri menatapnya dengan senyum mengembangnya. Bara hendak menyentuh bahu gadis itu, namun secepat kilat gadis itu menepis dan bangkit dari duduknya dengan tatapan nanar dan sulit di artikan. Matanya mulai memerah dan deru nafasnya pun seperti sedang menahan sesak dan berusaha mengambil oksigen yang hendak habis dalam tibuhnya.

"Li.... Lila". Panggil Bara lirih dan sekali lagi ia menggerakkan tangannya untuk menyentuh gadis yang begitu ia rindukan. Tanpa di duga Lila justru memundurkan langkahnya lalu berlari keluar dari restourant tersebut meninggalkan Bara dan kedua temannya.

"Lila...!! Lilaaa!!". Panggil Bara dan terus berlari mengejar Lila yang hendak masuk taxi.

"Lila tunggu!! Kumohon tunggu dulu!! Dengarkan aku dulu Lil!!". Teriak Bara terus berlari menghampiri Lila, namun sayang Lila justru mempercepat gerakannya untuk masuk ke dalam taxi, taxi pun melaju meninggalkan Bara yang masih berlari mengejar mobil taxi yang di tumpangi Lila.

"Aagghhh...". Keluh Bara seraya memegang kepalany. Matanya menatap mobil taxi tersebut yang semakin lama semakin buram.

"Lila....". Panggil Bara lirih dan sedetik kemudian ia tersungkur di pinggir jalan. Kerumunan orang-orang sekeliling Bara segera menolong Bara dan membawanya ke rumah sakit.

Tak ada keluarga Bara yang di hubungi, pihak rumah sakit hanya mengabari Boni selaku sekretaris Bara di perusahaannya. Dengan setia pun Boni menjaga dan mengurusi Bara di rumah sakit, sampai akhirnya Bara mulai terbangun.

"Lila...". Desahnya lirih memanggil nama Lila dengan mata yang masih terpejam.

"Sir... Anda sudah sadar?". Ucap Boni yang mendengar suara bariton Bara keluar dari mulutnya walaupun masih terdengar sangat lemah.
Dengan kegirangan Boni memanggil dokter yang menangani Bara untuk memeriksa Bara.

Dua Jantung Satu Janji CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang