Menghilang

497 18 0
                                    

Semenjak kejadian malam itu sudah hampir satu bulan lamanya Lila tak menampakkan dirinya lagi di keluarga Albert, bahkan di kantornya pun Lila tak pernah nampak. Bara dan Bram serta Marisa masih terus berusaha mencari keberadaan Lila, Bara yang sempat teringat akan kota dimana ia bertemu dengan Lila pun ia datangi, namun sayang tetap tak membuahkan hasil sama sekali. Bahkan rumah kenangan itu pun sudah rata dengan tanah, menurut info yang dengar bahwa bunda Lila sudah meninggal dan rumah itu sudah lama kosong oleh sebab itu rumah itu di gusur. Walaupun sudah tak berbentuk lagi rumah itu, namun tidak di mata Bara. Di mata Bara rumah itu seakan masih ada. Berjam-jam Bara menatap lahan kosong itu dari balik kacamata hitamnya.

"Kemana kau sebenarnya Sweet, aku sangat merindukan mu. Aku sangat menghawatirkan mu". Gumam Bara lirih.

Setelah puas menatap lahan kosong itu Bara pergi dari desa itu.

"Apa aku terlalu menyakiti mu sweet? Sampai-sampai kau benar-benar tak mau bertemu dengan ku lagi?". Ucap Bara dalam hati dalam perjalanan pulang kerumahnya.

"Bagaimana sayang?". Tanya Andin dengan wajah cemasnya saat melihat Bara sudah sampai di rumah dan duduk di sebelah Andin. Hanya gelengan lemah dari Bara yang menggantikan jawaban atas pertanyaan Andin.
Andin mendesah pelan lalu memeluk putranya menyalurkan kekuatan untuk hati Bara.

"Percaya pada Mami, Lila itu belahan jiwa mu. Dan Mami yakin sekali, ia pasti akan kembali pada mu. Suatu saat Lila akan kau temukan nak. Kau tak boleh menyerah". Ucap Andin dengan menangkup wajah tampan Bara.

Ddddrrrtttt......

"Ya hallo.....". Ucap Bara mengangkat telfon dari ponselnya.

"........................".

"Apa kau bilang?! Dimana dia sekarang?!". Sentak Bara dengan nada tinggi membuat Andin bingung dan mengusap bahu Bara menenangkan.

".....................".

"Aku akan kesana sekarang juga!". Ucap Bara dengan seru nafas yang memburu lalu memutus sambungan telfon dan segera bangkit dari duduknya.

"Bar... Bara! Kau mau kemana nak!". Teriak Andin memanggil Bara, namun empunya tak mengindahkan panggilan Andin dan terus melangkah keluar rumah dengan terburu-buru.

"Hey... Hey... Bar.. Kau mau kemana?". Tanya Bram yang berpapasan dengan Bara di depan pintu.
Namun sama, Bara tak menjawab pertanyaan Bram dan segera melajukan mobil sportnya menuju ke suatu tempat.

"Bram... Kita harus kejar Bara, takut terjadi apa-apa padanya". Ucap Marisa memberi usul yang di beri anggukkan kepala oleh Bram lalu melajukan mobilnya bersama Marisa mengejar mobil Bara.

Hampir setengah jam Bara menempuh perjalanan untuk sampai kesebuah gedung pencakar langit dan sesegera mungkin Bara turun dari mobilnya dan sedikit berlari memasuki gedung itu.

"Tunggu sayang. Ini kan kantor Lila". Ucap Bram menoleh menatap Marisa.

"Sungguh? Lebih baik kita segera masuk Bram". Usul Marisa lalu secepat kilat Bram dan Marisa menyusul Bara yang ternyata sudah lebih dulu masuk ke sebuah ruangan.

"Dimana?! Dimana Lila?!". Teriak Bara penuh amarah.

"Ka... Kami tidak tau tuan". Ucap salah satu karyawan ketakutan.

"Bohong!! Kalian tidak mungkin tidak tau dimana keberadaan bos kalian!!". Teriak Bara semakin marah.

"Su.. Sungguh tuan, kami benar-benar tidak tau dimana Nona Lila". Tutur karyawan itu dengan keringat yang sudah bercucuran karena ketakutan saat Bara sudah mencekram kerah karyawan itu kuat-kuat.

"Ka.. Kami hanya mendapat e-mail ini dari Nona Lila tuan. Kami sungguh tak tau dimana keberadaannya". Ucap karyawan lain dengan menunjukkan e-mail dari Lila yang sudah di print out olehnya.

Dua Jantung Satu Janji CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang