Wujud Mimpi

440 11 1
                                    

Perihal semua pernikahan sudah di persiapkan secara sempurna, semua keluarga sudah berkumpul lengkap. Keinginan Lila benar-benar di kabulkan semua oleh Bara, terkecuali rumahnya yang sempat sudah rata dengan tanah. Pembangunan rumah murni kehendak Bara sendiri yang memang tak mau kehilangan akan kenangan indahnya bersama Lila.

Resepsi di lakukan di pinggir pantai, semua undangan sudah di sebarkan, pakaian yang akan di kenakan Bara dan Lila pun sudah siap.

"Akhirnya adikku menikah juga". Ucap Bram dengan nada mengejeknya saat memasuki kamar Bara yang tengah berdandan.

"Kau fikir aku akan menjadi perjaka tua?! Tentu saja aku akan menikah... Wanita sudah jelas ada". Dengus Bara menjawab ejekan Bara.

"Maaf sempat merebut kebahagiaan mu Bar...". Ucap Bram lirih membuat Bara menoleh ke arahnya.

"Jangan bicara seperti itu... Aku tau tak sengaja melakukannya". Ucap Bara menanggapi ucapan Bram yang terdengar nada sesal di sana.

"Anak mami sudah siap?". Tanya Andin yang baru masuk ke kamar Bara.

"Sudah mi... Sebentar lagi kita siap berangkat". Ucap Bara seraya menyisir rambutnya.

"Tak menyangka... Anak-anak mami sudah besar". Ucap Andin yang matanya mulai berkaca-kaca.

"Mam... Mami jangan sedih seperti ini dong...". Ucap Bram seraya merengkuh bahu Andin.

"Mami tidak sedih Bram.. Mami hanya tak menyangka... Rasanya seperti baru kemari mami melihat kalian masih bermain hujan-hujanan tanpa baju, bermain bola dengan lucunya, masih membenahi pakaian kalian sebelum berangkat sekolah... Tapi kini akan ada istri-istri kalian yang menggantikannya". Tutur Andin dan yapp... Air matanya lolos keluar menetes dari sudut mata sendunya.

"Terimakasih mam.. Sudah melahirkan kami, berjuang membesarkan kami, mencintai kami, menyayangi kami, tak ada cinta yang lebih besar dari pada cinta mami pada kami... Tak ada perhatian yang sempurna selain dari perhatian mami". Tutur Bara berjongkok di depan Andin.

"Mami sangat bangga pada kalian, betapa bahagianya hidup mami memiliki kalian". Ucap Andin seraya memeluk kedua putra kesayangannya.

"Ooouuuhhh... Kalian romantis sekali... Sampai lupa dengan pria tua ini". Sela Albert yang tiba-tiba datang ke kamar Bara.

Tanpa menjawab Andin, Bara dan Bram serentak merentangkan tangan untuk menyambut pelukan Albert.

"Buat lah istri kalian bangga dan hidup selalu dalam kebahagiaan nak". Ucap Alber dalam pelukan anaknya memberi pesan.

"Tentu pi... Kami banyak belajar dari papi bagaimana cara membahagiakan wanita yang kami cintai..". Jawab Bram saat pelukan mereka sudah terlepas.

"Hey tuan-tuan.. Ini sudah jam berapa? Apakah kau mau membuat wanita mu lebih lama menunggu mu Bar?". Sela Marisa dari ambang pintu menggendong Rain.

"Haha.. Tentu tidak.. Aku sedang berusaha menghilangkan rasa gugupku Mar". Jawab Bara menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Sudah ayo kita segera berangkat... Jangan buat yang lain menunggu". Ucap Albert.

Mereka pun akhirnya berangka menuju lokasi resepsi yang sudah di persiapkan secara sempurna, dekor yang bernuansa putih dan biru senada dengan jas serta gaun yang di kenakan Lila.

"Hufh... Kenapa jantungku seperti sedang berdisco begini.. Huh... Tenang lah Bar... Semua akan lancar". Gumam Bara dalam hati berusaha menghilangkan kegugupannya.

"Kau gugup bung?". Tegur Bram yang menyadari ke gugupan Bara dari kaca tengah mobil.

"Tidak.. Memangnya aku kamu!". Sungut Bara tak terima ejekan Bram.

Dua Jantung Satu Janji CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang