Pulang ✈

579 20 0
                                    

Bara menginjakkan kakinya kembali di indonesia, ia mengedarkan pandangannya di bandara tempat ia peratama kali menginjakkan kaki. Dengan langkah mantap Bara berjalan menuju taxi yang terparkir di depan bandara.

"Jalan pak". Titah Bara dengan suara bariton tegasnya.

Taxi pun melaju meninggalkan bandara, mata Bara tak henti menatap pemandangan yang menurutnya tidak terlalu berubah banyak. Mata tajamnya beralih menatap arloji yang melingkar indah di peregelangan tangannya.

"Hallo sweet". Ucap Bara pada ponselnya

"Ya sayang... Aku masih di kantor". Jawab Lila di sebrang telfon.

"Ouh kau ternyata lebih sibuk dari ku sweet". Ledek Bara membuat Lila mendengus kesal.

"Kau memuji atau sedang meledek ku Bar". Ucap Lila kesal.

"Haha... Aku memuji sambil meledek mu sweet". Jawab Bara diiringi tawanya.

"Huh... Jika kau menghubungi ku hanya untuk meledekku aku berterimakasih pada mu!". Ucap Lila semakin kesal.

"Ehm... Baiklah sweet, aku tak mau menganggu pekerjaan mu". Ucap Bara lalu memutus sambungan telfon secara sepihak.

Lila mendengus kesal karena sikap Bara yang masih selalu seenaknya sendiri.

"Huh!! Kenapa bisa aku begitu mencintai manusia menyebalkan seperti ini sih!". Desis Lila kesal pada dirinya sendiri.

"Pak... Antarkan aku kehotel". Ucap Bara akhirnya memberi arahan pada sopir taxi.

"Baik pak". Jawab sopir taxi lalu melajukan mobilnya ke hotel ternama di kota itu.

Bara segera turun dan memesan kamar untuk dia istirahat karena tubuhnya terasa kelelahan. Perjalanan yang cukup menyita energinya.

Bara memasuki satu buah kamar hotel dan merebahkan tubuhnya sejenak setelah melepas jas serta kemeja yang sedari tadi menempel indah di tubuhnya. Bara menyeruput satu kaleng soda di tangannya sambil menatap keluar jendela kamar hotelnya menerawang jauh akan apa yang ia lakukan setelah sampai di indonesia.

"Mungkin ini akan terasa sakit Bram, tapi ini yang terbaik, tak ku pungkiri... Aku memang mulai mencintai Lila dan akan ku berikan kebahagiaan pada Marisa bersama mu". Guman Bara berucap pada dirinya sendiri.

Dddrrrtttt .....

"Ya hallo". Sapa Bara mengangkat telfon di ponselnya.

"Kau ada di mana? Aku sudah sampai di rumah mu". Ucap Marisa di sebrang telfon dengan suara agak berbisik.

"Apa kau sudah merindukanku sampai-sampai kau sudah tiba di rumah ku lebih dulu dari pada aku pemilik rumah". Goda Bara pada Marisa membuat Marisa mendengus kesal.

"Jangan terlalu percaya diri Tuan es. Katakan kau dimana sekarang?". Tanya Marisa sedikit membentak.

"Haha.. Aku masih di hotel. Ada yang ingin ku kerjakan terlebih dahulu". Ucap Bara santai.

"Baiklah... Ku tunggu kedatangan mu". Ucap Marisa lalu memutus sambungan telfonnya.

Bara menyunggingkan senyumnya lalu kembali menenggak minuman soda di tangannya.

Jam sudah menunjukkan pukul 17:25, Bara bersiap untuk check out dari hotel dan pulang ke rumahnya. Semua sudah di perhitungkan oleh Bara sesuai dengan perkiraannya.

Tak butuh waktu lama Bara sampai di rumah mewahnya, tak ada yang berubah dari rumah tersebut, semua masih sama seperti saat dulu ia tinggalkan. Entah memang tak ada yang mau mengganti suasana rumah ini atau memang sengaja agar Bara tak lupa dengan rumahnya.

Dua Jantung Satu Janji CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang