Abstrak...

569 22 1
                                    

Kini Bara sedang duduk termenung di gazebo yang ada di balkon kamarnya menatap awan yang meneteskan cucuran air hujan begitu derasnya.

"Keputusan ku tak akan salah". Gumam Bara lalu memejamkan mata elangnya.

Tok... Tok.. Tok....

Suara ketukan pintu kamarnya membuat Bara membuka matanya yang masih nyaman terpejam menikmati suasana.

Ceklek......

Lila yang di lihatnya di depan pintu kamarnya dengan tatapan yang sulit untuk Bara artikan.

"Ada apa Lil?". Tanya Bara bingung.

"Aku ingin bicara sesuatu pada mu". Ucap Lila masih dengan tatapannya yang membingungkan.

"Masuklah". Ajak Bara lalu melangkah menuju gazebo dan mempersilahkan Lila duduk di sebelahnya.

"Ada apa?". Tanya Bara dengan menatap Lila.

"Aku ingin pulang". Ucap Lila sambil menunduk.

"Apa? Kenapa kau ingin pulang?". Tanya Bara kaget.

"Untuk apa aku di sini jika orang yang membuatku semangat untuk kuliah justru akan meninggalkan ku". Ucap Lila masih menunduk dan mulai meneteskan air matanya.

"Apa maksudmu? Kau harus menyelesaikan kuliah mu Lil". Ucap tegas Bara.

"Jika kau tetap pergi aku akan tetap akan pulang!". Sentak Lila akhirnya menatap mata Bara.

"Apa yang ada di otak mu! Aku tak mau kau pulang! Kau harus menyelesaikan kuliah mu terlebih dahulu!". Bentak Bara semakin meninggikan nada bicaranya.

"Aku tidak mau! Jika kau tetap pergi! Maka aku juga tetap akan pulang!!!". Ucap Lila tak kalah meninggikan nada bicaranya.

"Apa sih maksudmu! Kenapa kau jadi begini!". Sentak Bara bingung dengan sikap Lila.

"Aku tak mau jauh dari mu Bar! Aku ingin kau menemaniku di sini sampai aku selesai kuliah nanti! Kau lah alasanku untuk semangat kuliah! Kau lah alasanku untuk melakukan yang terbaik untuk hidupku dan hidup bundaku! Aku tak mau jauh dari mu! Aku mencintai mu Bara!!! Kau dengar itu!!". Teriak histeris Lila di kamar yang kedap suara itu menangis sejadi-jadinya.
Bara masih melongok dibuat Lila atas apa yang di ungkapkan Lila barusan. Bara benar-benar tak mengerti apa yang terjadi antara dirinya, Lila, Bram, dan juga Marisa, percintaan macam apa yang mereka alami.
Sedetik kemudian Bara menarik tubuh Lila kedalam dekapannya, membiarkan Lila menumpahkan semua air mata kepedihannya dalam dekapannya.

"Maafkan aku Lil... Maaf". Ucap Bara lirih sambil mengusap punggung Lila lembut berusaha menenangkan Lila.

"Aku tak butuh maaf mu Bar, aku butuh dirimu yang selalu ad di sisi ku". Ucap Lila masih dengan suara isak tangisnya.

"Aku mengerti akan hal itu, tapi bisakah kau memahami aku? Aku ingin impian kundan impian orang tua ku terwujud, jika kau memang mencintai ku, seharusnya kau mendukungku Lil". Tutur Bara lembut dengan terus mendekap Lila.
Lila akhirnya melepas pelukan Bara dan menatap mata Bara.

"Apa kau tidak membalas cinta ku Bar?". Tanya Lila masih menatap intens mata hazel Bara.

"Kenapa kau bertanya seperti itu. Dengarkan aku Lil, aku tak ingin kepergianku menyiksa mu jika kita menjalin hubungan ini sekarang. Yang aku mau kau menyelesaikan kuliah mu lalu aku berjanji akan menjemputmu untuk hidup bersamaku". Ucap Bara lembut namun tetap berkesan tegas.

"Kau janji?". Tanya Lila meyakinkan dirinya sendiri.

"Ya.. Aku janji Lil". Ucap Bara lalu mengecup kening Lila lama.

Dua Jantung Satu Janji CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang