Aktifitas Baru

622 23 1
                                    

Mentari pagi telah menampakkan diri dan siap mengusik tidur umat manusia yang sedang menutup mata di atas tempat tidur masing-masing.

Si gadis mungil dan cantik menggeliatkan tubuhnya di balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya dan mencoba membuka matanya menyesuaikan sinar matahari pagi yanh menyusup kedalam kamar melalui celah jendela kamar megah tersebut.

"Hhhooaaammmm... Uuuuggghhhh". Lila menguap dan meregangkan tubuhnya yang terasa pegal-pegal. Mata indahnya terbuka sempurna dan seketika itu pula ia membulatkan matanya menatap keberadaannya yang asing baginya.

"A.. Aku dimana ini?". Ucap Lila bingung sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh isi kamar tersebut.

"Koperku". Lanjutnya saat matanya menagkap sebuah koper tergeletak di dekat almari kamar itu.

Perlahan Lila turun dari tempat tidur lalu membereskannya serapih mungkin, dengan mendap-endap ia keluar dari kamar yang ia tempati semalam. Ia menganga melihat isi rumah yang begiti besar dan megah sekali, namun tak menemukan satu sosok manusia pun di gedung megah itu. Lila melangkahkan kakinya perlahan sambil terus mengedarkan pandangannya dan menatap satu buah bingkai foto berukuran sangat besar yang terletak di atas piano berwarna putih itu.

Lila mengerutkan keningnya nenatap gambar yang ada di foto itu.

"Sepertinya aku tak asing dengan wajah kedua pemuda ini". Gumam Lila pada dirinya sendiri sambil terus menatap gambar di depannya.

"Kau sudah bangun nona?". Suara seseorang dari arah belakang menbuatnya terperanjat kaget bukan kepalang lalu menoleh ke arah orang tersebut.

"Bar... Bara". Ucapnya tergagap melihat pria yang sedang tersenyum manis padanya.

"Aku Bram.. Bukan Bara". Jawabnya sambil mengacak rambut Lila gemas.

"Oh.. Ma.. Maaf Bram, kalian terlalu sama, jadi aku sulit membedakannya". Ucap Lila tertunduk.

"Iya.. Tidak apa.. Masih baru kenal... Wajar kok..". Ucap Bram lalu mengajak Lila untuk ke ruang makan.

"Pagi semua...". Sapa Bram yang lalu duduk di sebelah Bara yang sedang asik mengunyah makanannya.

"Pagi sayang.... Hey Lila... Duduklah". Ucap Andin lembut, Lila mnagnggukkan kepalanya lalu duduk di sebelah Marisa.

"Loh.. Ini bukannya dokter yang waktu itu mengobati luka ku?". Tanya Lila saat menoleh ke arah Marisa.

"Iya.. Bagaimana luka mu? Sudah sembuh?". Tanya Marisa dengan senyum manisnya.

"Sudah kok... Sudah tidak terlalu sakit juga untuk berjalan". Jawab Lila dengan senyum menggemaskannya.

"Oya Lil, kenalkan ini Mami dan Papi ku". Sela Bram mengenalkan orangtuanya.

"Oh hay tante, om". Sapa Lila lalu bangkit lagi dari duduknya dan menyalami Andin dan Albert.

"Hay cantik... Bagaimana tidur mu? Nyenyak?". Tanya Andin lembut.

"Tentu saja nyenyak, dia sampai baru bangun lebih akhir dari kita karena keenakan tidur". Sela Bara dengan nada dinginnya tanpa menoleh dan masih asyik dengan suapan nasi goreng ke mulutnya.

"Bara.......". Tegur Andin pada anaknya.

"Maaf ya tante, om... Aku bangun kesiangan, padahal kalau di rumah aku tidak seperti itu kok". Ucap Lila tertunduk sedih.

"Sudah... Tidak apa nak... Ayo makan sarapan mu". Ucap Albert lembut menenangkan Lila.

"Om... Tante... Marisa pamit untuk berangkat ke rumah sakit ya, takut terlambat". Ucap Marisa setelah semua selesai sarapan.

Dua Jantung Satu Janji CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang