"Ra, Ra kamu kenapa?!" Melihat ia semakin kesakitan, aku menjadi semakin panik.

"Sakittttt!!!"

"Duh aduh! Sakit di mananya sayang?"

"Huh Mas aduh... Ehhh, sakitttt."

Aku hanya bisa berpikir untuk mengambil ponsel dan menghubungi kontak teratas di list telepon keluar. Entahlah aku tidak lihat itu nomer siapa.

"Halo?"

"Halo ini siapa?"

"Ini Eros, lo yang telfon tapi lo yang tanya gimana sih?"

"KYAAAAAAAA!"

"Astaga itu suara siapa?!"

"Hera Ros! Aduh dia..."

"MASSSSSS SAKITTTTT ADUHHHH!"

"BAWA KE RUMAH SAKIT BODOH! LO MAU ISTRI LO LAHIRAN DI RUMAH DAN GA DIBANTU DOKTER?!"

- - - - -

Di rumah sakit aku habis-habisan dimarahi Mama. Dia bilang aku suami yang tidak siaga, bukannya langsung dibawa ke rumah sakit aku malah kebingungan dan menelpon Eros. Yah, kuakui aku memang bodoh, tapi siapa yang akan sangka kalau istrimu akan melahirkan padahal dijadwalkan dia akan melahirkan kurang lebih 3 minggu lagi.

Eros yang juga datang bersama Tante Gina, Ibunya, ikut mengomeliku, dia bilang bagaimana aku yang seorang suami tidak peka kalau istrinya akan melahirkan. Aku kesal sih dengan ucapan sok tahu Eros, tapi ia terdiam begitu Tante Gina mengatakan dia sok tahu karena belum merasakan bagaimana jadi suami. Haha, kita seri Ros.

"Pak Leo, Ibu Heranya sebentar lagi siap untuk melahirkan. Bapak bisa menemani Ibu di dalam." Seorang suster keluar dari ruangan Hera.

Jantungku bergemuruh dengan kencang, bagaimana tidak, istriku sebentar lagi akan melahirkan. Dokter tadi bilang Hera lebih cepat waktu kelahirannya dibanding perkiraan, karena ada apa itu aku tidak mengerti apa yang tadi dikatakan oleh dokter itu karena dia lebih banyak berbincang dengan Mama dan Bunda.

"Masuk Yo." tegur Mama.

"Ma, Bun, Yah, Tante, Ros, Leo gugup ini." ucapku kepada semua orang yang ada di ruang tunggu persalinan.

"Banyak berdoa dan terus support Hera sayang, Bunda yakin semua akan lancar."

Setelah mendapatkan tepukan menenangkan dari Eros dan Ayah, aku meyakinkan diriku untuk masuk ke dalam ruangan persalinan, tak lupa kupanjatkan doa agar istri dan anakku selamat dan sehat sehingga kami bertiga bisa menjadi keluarga bahagia di bumi ini.

- - - - -

"Ya Ibu, terus tarik lalu buang dengan sekuat tenaga."

Dokter kandungan memberikan arahan untuk Hera agar terus mengejan. Hera sendiri terus berusaha dan tak lupa tangannya menggenggam erat tanganku benar-benar erat, bahkan aku terkejut mengetahui ia punya kekuatan seperti itu.

"Lagi Bu, lagi, sedikit lagi."

"Ergggggggh."

Oee... Oe... Oee..

Bersamaan dengan helaan nafas lega dari Hera, suara tangisan bayi terdengar. Hatiku terenyuh, anakku akhirnya lahir ke dunia ini. Sebuah anugrah yang dulu tidak pernah terpikirkan olehku sama sekali.

"Bapak mau langsung di adzani atau dibersihkan dulu?" Suster yang menggendong anakku bertanya.

"Saya adzani dulu Sus." jawabku. Prinsip dari Ayahku, jika kalian punya anak adzani lebih dulu karena menurutnya suara adzan dari mulut Ayahnya sendiri adalah suara terbaik yang patut didengar pertama kali oleh bayi yang baru saja lahir.

Dengan perasaan bangga, terharu, bahagia dan lain sebagainya. Aku mengadzankan jagoan pertamaku. Hera yang masih terbaring di atas bed hanya bisa tersenyum dan menahan tangis melihat kejadian ini. Astaga, aku benar-benar bahagia.

- - - - -

Jagoan kecilku kini sudah bersih dan sekarang ia sudah dalam dekapan sang Bunda. Dokter menyarankan agar ia diberi asi sebentar sebelum masuk ke dalam inkubator. Kami bersyukur, walaupun usia kandungan Hera hanya delapan setengah bulan tapi Hera melahirkan dengan normal, entahlah suatu keajaiban bagi kami.

"Mau dikasih nama siapa Mas?" tanya Hera.

"Hmmm," aku berpikir sejenak. "Jupiter, Jupiter Carl."

"Kayak nama planet! Hehe."

"Itu nama dewa sayang."

"Jadi kita keluarga dewa dewi dong ya?"

"Betul sekali!"

Hera tersenyum sambil terus memandang ke arah Jupiter kecil kami. Dia tampan seperti Ayahnya dan dia ceria seperti Bundanya. Aku berharap, semoga kehidupan kami mendatang, akan bahagia sampai akhir hayat.

-The End-

Yuhuuuu, this is the last chapter dari pasangan inii. Terima kasih yang telah setia membaca cerita ini, walaupun gaje dan sebagainya tapi ternyata masih ada yang suka:') hehe.

Semoga kalian suka dengan part ini yah. Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat banyak kekurangan dari tulisan saya.

Sampai jumpa di cerita lain yaa

See you guys

FortunatelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang