41

64 17 4
                                    

BnHA © Kohei Horikoshi

41
Amukan Yang Membantu

"Midoriya-san, aku tidak tahu kalau kamu bisa sekejam ini." keluhku.

"M-Maaf, Kagehira-san! Tapi-"

Aku menggeleng pada pembelaan Midoriya. Keluhanku tadi hanyalah gerutuan semata yang keluar karena rasa stres berlebih yang tidak terolah dengan baik. Bukan berarti aku menyalahlan Midoriya dan rencana berbahayanya ini.

Rencana Midoriya simpel dan sangat beresiko. Memanfaatkan kepekaan Dark Shadow akan suara, kami akan berlari dan Shouji dengan tangan duplikatnya yang dibuat panjang seperti tentakel akan menduplikat mulut yang akan menghasilkan suara yang lebih besar untuk menutupi suara langkah kami. Intinya membuat mulut duplikat itu sebagai umpan sementara kami akan berlari menuju Bakugo dan Todoroki.

Bagaimana jika sudah bertemu Bakugo dan Todoroki? Tamat. Bakugo memakai quirk-nya. Ledakan, boom! Todoroki dengan apinya. Ada cahaya dan Dark Shadow akan melemah hingga Tokoyami bisa mengendalikannya lagi.

Lalu apa tugasku? Hanya berlari dan menjadi beban? Meski aku maunya begitu, tapi sayangnya tidak. Aku harus menciptakan anjing yang terus menggonggong sebagai umpan cadangan jika mulut duplikat Shouji gagal dan mempertahankan kupu-kupu agar kami bisa melewati jalan terdekat menuju tempat Bakugo dan Todoroki berada.

"Oh! Ini gawat..." gumamku.

"Ada apa?" tanya Shouji.

"Di depan ada villain, Bakugo dan Todoroki sedang menghadapinya dan tampak cukup terdesak. Kupu-kupuku banyak yang mati, sepertinya pertarungan di sana cukup intens." kataku.

"Apa quirk villain itu?" tanya Midoriya.

Aku mengerutkan kening, mencoba memproses lebih banyak transfer penglihatan dari kupu-kupu yang masih bertahan. "Um... Pisau? Tidak, lebih terlihat seperti gigi yang memanjang dan setajam pisau. Pokoknya, tampak berbahaya... Jika pendapatku penting, dia tampak seperti tipe villain yang membabi buta dan haus darah dibanding tipe yang penuh perhitungan."

"Berapa jarak yang harus ditempuh?!" Seruan Shouji terdengar samar di antara gemuruh pohon yang dihancurkan oleh dark shadow di belakang kami, terlalu dekat untukku merasa nyaman.

"Tidak pasti, tapi kita akan tiba dalam 2-3 menit. Bertahan sebentar lagi." kataku sambil meringis dan menggumamkan maaf kepada anjing bayangan yang hancur lebur di bawah tekanan pohon dan cakar Dark Shadow.

Lariku semakin cepat saat pohon yang tepat di sebelahku terkena dampak ayunan ganas cakar Dark Shadow. Cakarnya tadi hanya berjarak 1 meter dari tubuhku, bahkan banyak serpihan kayunya terlontar hingga menggores sekujur tubuhku. Luar biasanya, rasanya sakitnya tidak terlalu terasa mungkin karena tertutup oleh nyeri dari luka bakar yang masih terasa berdenyut.

"Aku sudah melihat es Todoroki-san, percepat!" seruku.

Sepertinya, seruanku itu lebih kencang dari yang kuduga karena ketiga orang yang dalam posisi siaga itu mematung dan menoleh ke arah kami. Saat itu barulah aku bisa melihat villain bergigi panjang itu dan hanya bisa menelan semua komentar tentang penampilan anehnya itu. Sekarang bukan saatnya berkomentar apalagi mengkritik.

"BAKUGO! TODOROKI! SALAH SATU DARI KALIAN! SIAPA SAJA... TOLONG BUAT CAHAYA!"

"Uaaah!" Dark Shadow menghantamkan cakar besarnya ke villain yang sudah memanjangkan giginya. Bilah-bilah tajam yang melesat ke arah kami dipatahkan dengan sekali ayunan.

Daya hempasnya membuatku nyaris kehilangan keseimbangan dan tersungkur ke depan. Untungnya keseimbangan kudapatkan di detik-detik terakhir sehingga aku tidak melakukan hal memalukan di tengah suasana serius nan tegang ini.

ShadowWhere stories live. Discover now