20

199 33 4
                                    

BnHA © Kohei Horikoshi

20
Bom di Tengah Kebahagiaan

To: Fragile
Ladang bunga.

Mengantongi ponsel, aku berlarian menyelinap di antara rombongan yang berjalan lambat. Sudah tidak sempat membalas lambaian anak kecil ceria di pelukan orang tuanya atau sekedar menggumamkan maaf pada orang-orang yang kutabrak.

Jam 6 hanya tinggal 30 menit lagi. Area ladang bunga itu bahkan tampak sangat besar di peta. 1 jam bahkan tidak cukup untuk menyisir area itu sendirian.

Berdiri di depan gapura besi berukir bunga-bunga, aku terengah-engah. Menelan ludah saat melihat betapa banyaknya orang-orang yang berada di area ini. Bianglala ada di sisi lain ladang, tampak sangat megah dan anggun dengan tinggi yang mencolok dan warna-warna cerah yang anehnya bisa tampak kontras.

Menggeleng pada diri sendiri, tidak ada waktu untuk mengagumi estetika ini. Kembali berlari, aku mengedarkan pandangan untuk mencari sosok yang kulihat dari penginderaan kupu-kupu. Aku melihat beberapa kupu-kupu bayanganku beterbangan acak di area ini, kuharap itu dapat mempermudah pencarian.

Fragile datang dari arah lain. "Ditemukan?"

"Tidak," jawabku. "Rentang waktu kedatanganku terlalu lama. Maaf..."

Fragile menoleh ke beberapa polisi yang masih menyamar, memandang kebingungan dan tampak menanti perintah lebih lanjut. Pro hero itu meludahkan perintah kasar yang membuat para polisi itu lari tunggang langgang dengan wajah ketakutan.

"Apa yang kalian tunggu, Bodoh?! Cari!" Sebelum Fragile ikut mencari, ia menoleh ke arahku. "Itu berlaku untukmu juga, Bocah."

"Dimengerti, Fragile-san."

Aku menyusuri area yang belum kulalui, melirik takut ke arah menara jam di kejauhan. Hanya sekitar 5 menit yang tersisa dan kami bahkan belum menemukan si Dumber itu.

Tanpa disadari, aku eudah berada di ujung ladang bunga. Di depanku ada pagar yang menjadi pembatas area bianglala. Rombongan anak-anak TK yang kulihat tadi tampaknya menjadi satu-satunya yang akan menaiki bianglala.

Seorang petugas bianglala yang berpakaian seragam pink seperti yang lain melangkah ke arah pembatas keamanan, ia memakai topi yang menutupi keseluruhan rambutnya. Aku terengah-engah hendak berbalik untuk mencoba mencari ke sekitar bianglala. Di penglihatanku, terlihat danau di kejauhan dan satu-satunya yang bisa melihat pemandangan itu adalah area bianglala yang memang berada agak lebih tinggi. Kuberikan pandangan terakhir pada anak-anak yang mulai berbaris masuk.

Berlarian, yang ada di dekat bianglala hanya bangunan untuk petugas wahana itu. Pemandangan yang kulihat itu sempurna. Petak-petak bunga kecil dengan pemandangan danau dari kejauhan. Ini seperti replika yang nyaris sempurna dari penglihatanku tadi, tapi kurang kepingan paling pentingnya. Sosok kelam Dumber tidak ada di pemandangan ceria ini.

"Oh, sial... Dimana..." Aku berputar-putar, mencari petunjuk sekecil apapun tentang Dumber. Jam di kejauhan menunjukkan tinggal 3 menit lagi waktu yang tersisa dan itu hanya membuatku semakin frustasi.

Suara mesin bianglala yang bekerja membuatku menoleh sesaat. Aku melihat wahana itu mulai berputar.

"Ok, terus mencari. Cukup temukan dia." gumamku sambil berbalik untuk kembali mencari di ladang bunga

Shadowحيث تعيش القصص. اكتشف الآن