32

163 38 1
                                    

BnHA © Kohei Horikoshi

32
Menjelang Ujian

Kelas Kepahlawanan oleh All Might.

Dikumpulkan di area Gamma, All Might mengumumkan bahwa pelajaran kali ini adalah latihan balapan penyelamatan. Aku berdiri di samping Jiro dengan tenang, memperhatikan All Might dan kostumnya yang sangat mencerminkan dirinya— mencolok.

Iida mengangkat tangannya, semangat seperti biasa. "Kalau latihan penyelamatan, bukankah lebih cocok di USJ?"

"Tidak. USJ itu untuk penyelamatan bencana. Dan tadi apa kubilang?...Benar, balapan! Inilah tempat bermain kalian, Gamma! Di mana tempat konstruksi ini seperti labirin! Tentu saja, tekan kerusakan sekitar kalian seminim mungkin!"

"JANGAN TUNJUK-TUNJUK!" Gerutuan Bakugo yang ditunjuk oleh All Might membuatku terkikik.

"Saat nanti aku memberi sinyal bantuan, kalian harus bergegas ke tempat itu dari area luar. Ini adalah kompetisi untuk melihat siapa yang paling cepat menyelamatkanku! Kelompok pertama segera bersiap di posisi!"

Aku menggerutu saat namaku dimasukkan ke kelompok pertama, padahal aku berharap bisa menganalisa terlebih dahulu. Jiro memberikan semangat saat aku berjalan untuk pergi ke garis start-ku.

Memandang sekeliling, aku mengerti kenapa ini disebut labirin. Pipa-pipa dan bangunan logam sengaja dibangun saling melintang, tidak beraturan.

Aku sekelompok dengan Midoriya, Ojiro, Iida, Ashido, dan Sero. Ojiro bisa dengan mudah bergelantungan di pipa-pipa, itu juga berlaku untuk Sero. Pada dasarnya, quirk Iida memang menguntungkan untuk balapan dan bentuk labirin ini pasti hanya sedikit memperlambatnya. Ashido bisa meluncur dengan asam di pipa-pipa dan Midoriya bisa memperkuat kakinya.

Strategi paling aman adalah membuat burung atau anjing untuk membawaku ke All Might dengan cepat. Tapi, itu tidak akan membuatku lebih baik dalam penguasaan quirk. Selain itu, rasanya aku ingin mencoba teknik papa untuk digunakan di berbagai situasi, selama ini aku hanya menggunakannya untuk menghilangkan dampak serangan lawan.

START!!!

Memfokuskan diri, aku tersenyum saat tubuhku mulai berubah menjadi bayang-bayang. Cukup terus menembus penghalang, fokus dan gerakkan setiap senti bayangan ini agar terus maju ke tempat All Might.

Ini lebih susah dari yang kupikir. Banyaknya suara membuatku sulit berkonsentrasi dengan baik. Beberapa kali tubuh bayanganku nyaris terpencar yang jelas akan berbahaya.

"Tidak apa... Incar saja finish-nya, bukan peringkat pertama..." gumamku sambil terus maju, menembus satu pipa besar yang melintang beberapa meter dari tanah.

Berada dalam kondisi ini, membuatku tidak bisa merasakan apapun. Tak ada yang kucium, tak ada yang tersentuh. Indera yang bekerja hanya penglihatan dan pendengaran.

Aku tiba setelah Iida, berada di peringkat ke-4 yang jujur saja tidak seburuk yang kupikir. Aku berhasil memadatkan kaki dan menjejak dengan pasti di belakang Ojiro yang terengah-engah. Tak lama, aku mulai merasakan tubuhku kembali padat mulai dari kaki hingga ke leher. Yang membuatku kesal adalah kepalaku yang masih membutuhkan waktu lama untuk kembali tak peduli seberapa banyak waktu latihan yang kutambah.

"Oi oi... Kepalamu..." Sero menunjuk-nunjuk.

"Mohon abaikan saja, nanti akan kembali." pintaku.

ShadowWhere stories live. Discover now