26

158 35 3
                                    

BnHA © Kohei Horikoshi

26
Pertolongan Orang Tua

1...

2...

3...

DUARRR!

Yang kurasakan adalah panas dan nyeri, aku merasakan tubuhku terdorong ke bawah. Fokusku pecah membuat kendaliku atas burung bayangan hilang.

Rasanya tubuhku tertahan sesuatu hingga tidak lagi terjun bebas, tapi aku tidak merasakan kerasnya tanah. Ketika mataku terbuka dengan susah payah, aku melihat langit senja yang sempurna seperti melompat keluar dari lukisan. Penglihatanku berkunang-kunang beberapa detik kemudian. Telingaku berdenging dan memperparah pusing yang membuatku ingin mengeluarkan seluruh isi perut. Tubuhku kaku, tidak bisa digerakan. Jujur saja, kupikir rasanya akan lebih menyakitkan daripada ini.

Aah... Kapan aku mati?

Tapi kalau aku mati sekarang, aku belum berterima kasih pada paman bibiku yang bahkan rela kupanggil ayah dan ibu. Aku belum berterima kasih pada mereka berdua yang memanjakanku seperti anak mereka sendiri. Aku belum sempat mendatangi makam kakek-nenek dan bilang bahwa aku sudah masuk UA sesuai mimpi masa kecilku. Lalu, aku belum berhasil menemui Ryoji lagi setelah kejadian itu.

Aahh! Kalau dipikir sekarang, aku belum ingin mati... Masih banyak yang ingin kulakukan. Sedikit lagi... Akankah ada waktu sedikit lagi untukku?

Aku ingin berterima kasih pada ayah dan ibu.

Aku ingin bercerita pada kakek-nenek serta mama dan papa tentang kehidupanku di UA.

Aku ingin bertemu dan berterima kasih pada Ryoji.

Lalu... Aku ingin menjadi pro hero.

Tapi sekeras apapun aku meratap dalam hati, tubuhku mati rasa. Sekeras apapun aku mencoba menggerakan tubuh, tidak ada yang bergerak barang satu senti. Aku mulai kesulitan bernafas dan mulai merasa detak jantungku semakin pelan.

Aah... Aku akan mati sekarang tanpa bisa melakukan apapun yang berguna...

Lemahnya aku... Melakukan satu misi saja tidak bisa.

Tapi, kalau aku mati di sini... Bukankah aku akan bertemu dengan mama dan papa?

Seiring dengan pemikiranku itu, pandanganku mulai memburam dan pada akhirnya aku hanya melihat segaris langit orange yang buram. Rasanya seperti aku sudah bisa sedikit merasakan dunia setelah kematian.

Hiduplah, Hero kecil kami!

Mataku langsung terbuka lebar saat aku merasa bisa mendengar suara mama menggema begitu jelas di telingaku. Itu tidak mungkin, tapi rasanya seperti mama berbicara di sebelahku. Pikiranku mulai menjadi jernih dan nafasku kembali stabil, detak jantungku juga kembali normal perlahan-lahan.

Benar... Mama dan papa maupun kakek dan nenek jelas tidak ada satupun di antara mereka yang akan senang jika aku menyusul secepat ini.

Aku mengerjap saat tiba-tiba sosok Fragile memasuki jarak pandangku. Pria itu menunduk dan melihatku dengan mata tajamnya yang biasa.

ShadowWhere stories live. Discover now