14

243 46 1
                                    

BnHA © Kohei Horikoshi

14
Midoriya vs Todoroki

Todoroki dan Midoriya sama-sama menaiki tangga. Suasana di sekitar mereka sangat tegang, bahkan aku bisa merasakannya dari tribun. Aku menikmati waktu untuk meneliti ekspresi mereka, yang membuatku tertarik adalah mata Todoroki yang menyipit. Kedua mata berbeda warna itu tampak dipenuhi amarah yang berkobar. Bukankah ia sangat mirip dengan ayahnya dalam ekspresi seperti itu?

Present Mic: Nah, mari kita lanjutkan festival olahraganya! Kedua peserta ini sama-sama berada di puncak kelas mereka! Dunia ini terlalu sempit untuk ditinggali mereka berdua! Midoriya versus Todoroki! START!

Sepertinya, pertarungan satu ini lebih sengit dan emosional. Menumpukan satu kaki di kaki yang lain, aku menyandarkan punggung dan mencari posisi ternyaman untuk menonton pertandingan yang sepertinya akan menjadi pertandingan terseru di festival olahraga tahun ini.

Todoroki menggunakan esnya, langsung menyerang Midoriya. Entah kenapa serangannya terkesan tergesa-gesa. Lalu, ia terlihat penuh amarah dan fokus menyerang. Terlihat tidak seperti Todoroki yang biasanya membuat strategi sehingga serangannya bisa efisien.

Hawa dingin yang muncul setelah Midoriya memecahkan es itu membuatku menggigil. Meski bisa memecahkannya, sepertinya Midoriya mengorbankan jarinya untuk serangan itu. Aku meringis saat melihatnya mencengkram tangan kanannya dengan wajah berkerut.

Present Mic: Uaaah! Dia menghancurkan es itu!

"Wow! Mereka sudah mulai!" Aku melirik Kirishima yang baru datang, langsung disambut dengan pujian dari Kaminari. "Yup, lawanku selanjutnya adalah kau, Bakugo!"

"Bakal kuhabisi tanpa sisa." gerutu Bakugo.

"Hahahaha! Coba saja!" Kirishima menyeringai. "Ngomong-ngomong, baik kau maupun Todoroki, bisa mengeluarkan kekuatan yang sangat besar dan beruntun tanpa kelelahan sedikit pun, ya."

"Kami tidak sekedar mengeluarkannya secara beruntun tahu," Bakugo menyipitkan mata, masih fokus pada pertarungan di arena. "Kalau membebani otot, seratnya bisa rusak. Kalau terlalu banyak mengeluarkan tenaga, bisa kehabisan nafas. Quirk itu juga menggunakan kekuatan fisik. Jadi orang itu juga pasti punya batasan."

Yah, tuhan memang adil. Dengan kegunaan yang besar seperti quirk mereka, pastinya harus ada yang dibayar. Tidak adil jika mereka tidak punya batasan. Jika memang ada yang seperti itu, bisa dipastikan ia bukan manusia.

Serangan es yang sama. Sentilan berkekuatan super yang sama. Pertandingan ini berjalan dengan agak monoton. Satu-satunya yang membuatku tertarik adalah kedua cowok yang sepertinya sedang berbicara di tengah-tengah adu serang, meski sayangnya aku tidak bisa mendengar dengan jelas di tengah suara dentuman dan sorakan penonton.

"Ukh..." Aku mengerutkan kening ketika melihat jari tangan kanan Midoriya sudah patah semua.

Present Mic: Todoroki terus menerjang tanpa terpengaruh serangan Midoriya!

Midoriya berhasil didesak. Es Todoroki berhasil menahan kakinya, lalu cowok heterokromia itu mendekatinya dan terlalu dekat untuk batas aman. Itu berhasil dihentikan dengan serangan Midoriya yang lebih besar dari sentilan tadi.

"Oh..." Aku mencondongkan tubuh, tertarik dengan yang kulihat.

"Apa? Kenapa?" tanya Jiro penasaran.

"Bukankah es Todoroki-san lebih kecil dari yang di awal?" gumamku.

Present Mic: Todoroki terus melanjutkan serangannya! Nampaknya, es ini akan menjadi serangan terakhir!

"Kamu lihat kemana?!" Hanya teriakan Midoriya itu yang terdengar dari tribun sebelum dentuman besar yang dihasilkan Midoriya.

ShadowWhere stories live. Discover now