17

231 46 4
                                    

BnHA © Kohei Horikoshi

17
Hero Name

Hari itu hujan sedari pagi buta. Lantai kereta juga agak basah karena sepatu penumpang dan tetesan dari payung yang dibawa. Aku duduk di sebelah seorang wanita kantoran yang melirikku terus tanpa alasan yang kuketahui. Mataku mendapati seorang ibu yang berdiri sambil menggendong anak TK yang memainkan figure Hawks.

"Ano... Silakan duduk di sini." Aku bangkit, membiarkan ibu itu duduk dengan ragu.

"Terima kasih banyak, Nak," Ibu itu membungkuk sedikit sebelum duduk. "Oh! Kamu murid Yuuei yang nyaris menang itu! Astaga, aku tidak pernah menyangka akan bertemu calon hero."

Kalimat itu sudah cukup membuatku menjadi pusat perhatian gerbong itu. Beberapa anak sekolahan di dekatku melambai, bahkan ada anak SD yang menyodorkan buku tulisnya dan meminta tanda tangan yang pada akhirnya kuberi dengan ragu-ragu.

"Ano... Bolehkah aku berfoto denganmu?" Suara riang yang akrab di telinga membuatku berbalik, bertemu pandang dengan gadis yang menyodorkan ponsel dengan raut menahan tawa.

"Ran!" Aku terkekeh. "Lama tidak berjumpa. Bagaimana kabarmu?"

"Baik, tapi aku serius meminta foto."

Tertawa pelan, aku membiarkan dirangkul oleh teman lamaku. Berfoto sekali dan membalas pelukannya. Aku tertawa saat melihat foto tersebut dijadikan wallpaper ponsel.

"Foto dengan calon Pro Hero terkuat," canda Ran. "Festival olahraga itu luar biasa! Aku menonton live di internet dan rasanya jantungku akan melompat setiap pertandinganmu muncul."

"Hentikan, aku sudah bosan mendengar hal itu." desisku.

Ran tertawa, sepanjang perjalanan kami mengobrol sampai akhirnya ia harus turun. Berjarak tiga stasiun dari tempat Ran turun, aku turun dan membungkuk kepada orang-orang yang meneriakkan dukungan. Berdiri di peron, aku melambai pada anak-anak yang menekan tubuhnya ke kaca jendela dan melambai heboh.

Berbalik, aku berjalan pelan menuju sekolah dengan payung transparan yang kuputar-putar karena bosan. Saat aku tiba di kelas, semua sedang membicarakan tentang perhatian yang mereka dapat semenjak festival olahraga itu.

Eraser Head melangkah masuk kelas. Ia masih tampak lesu dan muram seperti biasa. Hanya sapaannya saja berhasil membuat kelas yang ramai seketika hening. Luar biasa sekali wali kelasku satu ini.

"Aizawa-sensei, aku senang perbanmu sudah bisa dilepas." kata Asui.

"Si nenek tua itu terlalu berlebihan dengan lukaku. Tapi lupakan saja, karena pelajaran hari ini sedikit spesial." jelas Eraser Head, membawa ketegangan dalam kelas. "Sudah waktunya untuk memutuskan nama pahlawan kalian."

"OH YEAH! SEKARANG KAMI MENJADI SEMANGAT!"

Aku meringis pada teriakan teman sekelasku. Aku tidak mengerti kenapa mereka sangat bersemangat menentukan nama pahlawan padahal itu sangat sulit. Nama itu bisa membawa kebahagiaan seumur hidup atau kesengsaraan seumur hidup.

"Ini ada hubungannya dengan berkas nominasi yang dibuat oleh pro hero. Nominasi ini akan dinilai lebih setelah kalian mendapatkan lebih banyak pengalaman dan setelah adaptasi serta kemampuan bertarung kalian dinilai selama tahun kedua dan ketiga nanti...

"Dengan kata lain, nominasi yang kalian dapat tahun ini lebih mirip seperti kesan atau ketertarikan para pro hero terhadap potensi masa depan kalian. Namun sudah biasa kalau ketertarikan mereka bertahan hingga kalian lulus atau bahkan hilang begitu saja."

"Jadi, nominasi yang kami dapatkan bisa dibilang seperti tolak ukur kita?" tanya Hagakure.

"Benar. Nah, hasilnya seperti ini..." Grafik muncul di belakang Eraser Head, sekilas juga terlihat kalau itu sangat timpang. "Biasanya lebih seimbang, namun tahun ini perhatian tertuju kepada dua orang ini."

ShadowOnde as histórias ganham vida. Descobre agora