11

266 48 0
                                    

BnHA © Kohei Horikoshi

11
Kavaleri

"Ara ara~ Kamu tidak perlu memelototiku seperti itu. Aku hanya mau membantu, loh." Aku mengangkat kedua tangan sebagai tanda menyerah, mengulas senyum yang selalu kupasang.

Cowok dari prodi umum itu mendengus dan memberikan tatapan curiga sebelum mengalihkan pandangan. "Apa untungnya bagimu?"

"Hm... Anggap saja aku hanya penasaran denganmu."

"Haaah?!"

"Jangan marah, dong!" kekehku. "Dari perkataanmu di depan kelasku waktu itu, jelas kamu ingin masuk ke prodi hero. Kenapa kamu malah di prodi umum? Itu artinya kamu gagal di ujian masuk. Dari yang kamu lakukan di lari halang rintang, aku cukup yakin kamu tidak bermasalah di ujian tulis. Itu artinya masalahnya di ujian praktek."

Wajah gelap cowok di depan membuat senyumanku semakin lebar. Di luar dugaan, poker face mililnya tidak sekokoh itu. Tidak hanya dari penampilan, aku merasa ia akan menjadi sosok penerus sempurna Eraser Head, bukannya aku peduli sih.

"Tapi, dari kepercayaan dirimu, aku yakin masalahnya bukan kemampuan. Mungkin masalahnya di quirkmu. Ujian waktu itu menggunakan robot. Itu artinya quirkmu itu hanya bisa untuk makhluk hidup."

"Kau-" Cowok itu menggeram.

Pandanganku mengarah ke Ojiro dan cowok dari kelas B yang tidak kuketahui namanya. Mereka tampak melamun, seperti terkena hipnotis. Tidak... mungkin lebih seperti cuci otak?

"Cuci otak, eh? Sepertinya rasa penasaranku terjawab lebih cepat." gumamku.

"Lalu?! Pergilah! Kamu sudah tidak punya keperluan lagi, kan?!"

"Ara ara~ Tapi, aku masih tertarik denganmu. Aku masih ingin bergabung denganmu, asal tidak dicuci otak. Quirkku adalah bayangan, aku bisa memanipulasi bayangan apapun. Aku juga bisa mengendalikan orang dengan bayangannya. Siapa namamu?"

Cowok itu memberikanku pandangan kesal sebelum menyambut uluran tanganku dengan terpaksa. Aku tersenyum saat ia membiarkan tangannya kuguncang sesaat, meski wajahnya tampak jelas tidak senang.

"Shinsou Hitoshi."

"Shinsou-san, aku akan membawamu ke peringkat 3 babak ini." kataku.

Hitung mundur membuatku tersentak dari diskusi dengan Shinsou. Sesuai yang kuduga, Shinsou menjadi penunggangnya. Aku benar-benar bersyukur dia tidak terlalu berat. Lalu, cowok satu itu sering membuat tubuhnya lebih condong ke kanan sehingga beratnya lebih terkonsentrasi ke Ojiro.

"Shinsou-san, tidak perlu membebani Ojiro-san terus. Aku masih bisa tahan selama 15 menit, kok, selama kamu tidak obesitas."

"Oh, bagus." dengus Shinsou.

3!

2!

1!

Kelompokku bergerak memutar, berusaha tidak terjebak di antara perebutan poin 10 juta. Strategi ini membawa sedikit perdebatan tadi. Tapi, perdebatan itu kumenangkan dengan cukup mudah.

"Oi!" Panggilan dari Shinsou membuatku mendongak. Aku mengerjap sesaat sebelum kembali fokus ke depan agar tidak tersandung atau semacamnya.

"Ada apa, Shinsou-san? Sudah menentukan target?" tanyaku sambil membuat tameng raksasa dari bayangan untuk menghindari serangan salah satu tim dari kelas B.

"Siapa namamu?"

Pertanyaan itu membuatku terkejut sesaat. Aku melirik cowok yang masih fokus ke depan, ia bahkan tidak melirik saat menanyakan namaku. Menghela nafas, aku tertawa pelan sambil membuat sulur dari bayangan untuk mencuri ikat kepala kelompok yang lagi fokus bertarung.

ShadowWhere stories live. Discover now