19

207 35 4
                                    

BnHA © Kohei Horikoshi

19
Fragile

Membereskan kamar baru untuk seminggu ke depan adalah hal yang melelahkan, untuntnya mengetahui kamar ini memiliki pemandangan ke arah pusat kota yang indah cukup meningkatkan moodku. Ini seperti kamar estetik di media sosial. Aku sangat bersyukur Fragile membawakan seprai baru untuk mengganti seprai berdebu sebelumnya.

Menghela nafas, aku merebahkan diri ke tempat tidur. Tenagaku sudah terkuras hanya karena membersihkan debu dan mengganti seprai saja. Lemari yang masih berdebu membuatku tidak rela menempatkan pakaianku di sana.

Pintu terbuka dan aku melompat bangun. Kupelototi Fragile yang berdiri di ambang pintu dengan wajah datar. Ia memberikan pandangan ke sekeliling kamar sebelum memusatkan perhatian ke arahku yang masih menanti ia mengatakan sesuatu.

"Misi. Pakai gearmu."

Mendesah saat pro hero satu itu melangkah pergi, aku memakai gear secepat mungkin sambil ngedumel tentang pro hero yang tidak tahu namanya privasi. Untung tadi aku hanya tidur-tiduran, bagaimana kalau aku sedang ganti baju? Yah memang privasiku tidak sepenting kemanan publik, tapi tetap saja seharusnya ia mengetuk setidaknya sekali.

Menuruni tangga secepat mungkin, aku melihat Fragile yang berdiri di dekat pintu. Ia melirikku, mengerutkan kening sebelum melangkah keluar tanpa mengucapkan apapun. Kaget karena tidak ada aba-aba, aku langsung berlari mengikuti pro hero yang tidak menoleh sedikitpun.

Terima kasih padaku di masa lalu yang tidak pernah melewati lari pagi, aku berhasil menyamakan lari dengan Fragile yang lagi-lagi hanya melirik. "Lambat."

Aku hanya menghela nafas berat saat mendengar kritikan Fragile. Kembali menghela nafas saat melihat tubuh Fragile berubah menjadi serpihan-serpihan yang terbang searah dengan angin.

"Ia meninggalkanku lagi." gerutuku sambil membuat anjing dari bayangan.

Untung saja, aroma Fragile masih tersisa. Duduk di punggung anjing yang berlari, aku menikmati pemandangan kota pinggiran yang damai. Setelah aku lulus dari UA, aku akan bekerja dan tinggal di kota yang bersuasana tenang seperti ini bersama kedua orang tuaku dan orang itu. Memikirkannya membuatku bersenandung senang, menantikan masa depan yang cerah itu.

Anjing bayangan berhenti berlari. Aku baru menyadari bahwa sekarang aku berada di taman bermain yang ramai. Anak-anak berlarian dengan permen kapas sebesar wajah mereka, pasangan dengan aksesoris kartun yang serasi, hingga petugas berseragam yang berlarian dengan keringat mengucur dan wajah panik.

"Lambat."

Aku memekik tertahan, menoleh dan memelototi orang yang membuatku nyaris terkena serangan jantung. Fragile melirikku malas sebelum kembali mengarahkan pandangannya ke sekeliling.

"Apa yang terjadi?" tanyaku.

"Orang bodoh yang penakut," ungkap Fragile sambil menguap. "Teroris yang terlalu takut untuk beraksi di kota besar sehingga memilih kota kecil untuk beraksi karena dikira aman."

"Maaf? Teroris?" desisku. "Di sini? Itu berbahaya!"

"Lalu? Kalau berbahaya, tinggal dihentikan."

"Tidak ada evakuasi dan sebagainya?"

Fragile merengut. "Dan membiarkan ia kabur bersama pengunjung lain?"

"Hero harus menyelamatkan nyawa."

Pro hero di depanku tertawa. Nada ejekan sama sekali tidak ditutupinya dan itu membuatku bungkam. Aku sudah menyiapkan banyak alasan untuk memulai evakuasi terlebih dahulu, tapi pada akhirnya aku yakin ia yang sudah lebih berpengalaman tahu lebih banyak.

ShadowWhere stories live. Discover now