25

170 34 4
                                    

BnHA © Kohei Horikoshi

25
Harapan Ryoji

(Y/n) tidak tahu kenapa tiba-tiba begini. Tapi, tiba-tiba saja tubuhnya terasa berat dan tidak enak. Ia menggigil dan nafasnya pendek-pendek. Matanya berair dan kepalanya pening.

Pagi itu, Ryoji pergi ke restoran cina lebih pagi dari biasanya. Sementara (Y/n) kembali ke pelukan futonnya setelah menyantap sarapan. Ia bergelung, melilit tubuhnya sendiri dengan selimut dan mengubur wajah ke bantal. Tubuhnya otomatis meringkuk, mencari lebih banyak kehangatan.

Tidak ada satupun obat di rumah itu. Gadis kecil itu sudah menggeledah rumah beberapa menit lalu dan menemukan usahanya itu sia-sia. Tidak ada obat untuk diminum, ia memutuskan meminum air mineral dan bergelung dalam kehangatan futon. Lengannya memeluk dua boneka hero dari Ryoji, berharap itu memberikan tambahan kehangatan baginya.

"Bagaimana mungkin tidak ada obat satupun?" gerutunya ditengah gemeletuk gigi yang tidak bisa ia tahan.

Terus menggigil, ia mengambil jaket (f/c) yang dibelikan Ryoji akhir pekan lalu. Memakainya dan menarik risleting hingga ke atas. Meski ia sudah memakai kaus kaki juga, tubuhnya tetap gemetar kedinginan. Rasanya seperti hawa dingin entah darimana menembus semua lapisan kain itu dan menusuk tulang belulangnya.

Shift Ryoji baru selesai saat matahari tenggelam, itu masih berjam-jam lagi. (Y/n) memanfaatkan waktu kesendiriannya untuk tidur. Ia memejamkan mata, memaksakan dirinya untuk terlelap meski rasa dingin memaksanya terus terjaga.

Tanpa ia duga, ia tertidur sambil memeluk dua boneka hero pemberian villain yang menyanderanya itu. Ia pun tertidur tanpa mimpi.

Saat (Y/n) terbangun, Ryoji sudah ada di dapur. Pria itu berbalik dan meletakkan sup instan di dekat futon beserta air mineral hangat dan obat sirup.

"Bagaimana tidurmu?" tanya Ryoji sambil mengupas apel.

"Lebih buruk dari mendapat mimpi buruk." ungkap (Y/n) sambil meneguk air mineral yang masih mengepulkan asap.

"Makan dulu dan minum obat, kubelikan apel untukmu. Lalu, silakan kembali tidur."

Menghabiskan sup yang hangat dan menerima suapan apel dari Ryoji, (Y/n) meminum obat dengan senang hati. Rasa pahitnya tidak kunjung hilang meski ia sudah menghabiskan dua gelas air.

Berbaring di futon, (Y/n) tidak bisa tertidur. Ia memutuskan menonton Ryoji yang membereskan bekas makannya, menghabiskan apel yang tidak ia habiskan.

"Aku tidak bisa tidur." rengek (Y/n).

Ryoji meletakkan pisau yang baru selesai dicucinya. "Apa yang biasanya orang tuamu lakukan di kondisi seperti ini?"

Perasaan berat dan menusuk menyerang dada gadis kecil itu saat ia mencoba mengingat usaha yang dilakukan kedua orang tuanya untuk membuatnya tidur.

"Lagu tidur atau dongeng."

"Dongeng apa yang kamu suka?" tanya Ryoji sambil duduk di dekat futon.

"Tidak tahu. Mama selalu mengganti dongeng sehingga aku tidak ingat jelas. Aku suka dongeng tentang putri duyung yang mengejar pangeran manusia, meski akhirnya ia gagal mendapatkan hati pangeran dan menjadi buih laut di hari pernikahan pangeran tercintanya itu. Kisah itu menyentuhku. Tapi jangan dongeng itu, aku bosan karena terus membacanya. Kalau begitu... Nyanyikan lagu tidur."

Ryoji menghela nafas. "Suaraku itu merdu, loh... Merusak dunia..."

"Tidak apa. Mama dan Papa juga tidak bersuara seperti malaikat." kekeh (Y/n).

ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang