01

872 98 0
                                    

BnHa © Kohei Horikoshi

01
Ujian Masuk

Formulir sekolah lanjutan tergeletak di meja belajar. Sudah terisi, tapi belum juga kukumpulkan ke wali kelas meski sudah ditagih sejak dua hari yang lalu.

"Kamu harus menyerahkannya besok atau tidak akan diterima lagi, mengerti?!"

Menghela nafas, aku yang hendak keluar dari kamar harus berbalik dan memasukkan formulir itu ke dalam tas. Keluar sambil berharap aku tidak akan pernah menyesali pilihan ini. Sebenarnya ini hendak kupikirkan lagi, tapi sudah tidak ada waktu karena sudah didesak untuk dikumpulkan.

Ketika kuserahkan saat jam istirahat, aku mendapatkan pandangan dari wali kelas. Guru di depanku itu melirik berkali-kali sebelum mengecek sesuatu di komputernya.

"Yuuei? Aku tidak melihat kamu menunjukkan ketertarikan menjadi hero. Nilai olahragamu juga tidak sebagus itu."

"Saya baru tertarik tahun ini." kataku.

"Akan susah di tes fisik, loh." sahut wali kelasnya.

"Saya akan berusaha 3 bulan selanjutnya."

"Sepertinya kamu tidak mau merubah pilihan, eh? Ya sudahlah, berusaha saja. Kalau kamu lulus, bagus juga dampaknya untuk sekolah."

Membungkuk sedikit, aku mempertahankan senyum. "Terima kasih, Sensei."

Sambil berjalan keluar, aku tidak bisa menahan gerutuan. Seharusnya langsung diterima saja, tidak perlu dikomentari. Membujuk merubah pikiran pula, padahal dia yang suruh cepat-cepat meski sudah kubilang butuh waktu lebih untuk memikirkannya matang-matang. Kalau aku lulus akan berdampak baik ke sekolah? Yang dipentingkan siswanya atau sekolahnya, sih?

Masuk ke kelas, aku mendudukkan diri di kursi. Hilang sudah nafsu makanku, bekal di tas akan kumakan saat sedang belajar di rumah saja. Saat ini aku sedang badmood hingga malas melakukan apapun.

"Wajahmu seram," kata Ran, teman di depannya. "Sensei mengatakan apa?"

"Berusahalah untuk sekolah, bla bla bla..."

"Pilihanmu Yuuei, sih..." kekeh Ran. "Aku terkejut, loh. Kamu tidak terlihat tertarik menjadi hero. Tapi pada akhirnya cuma kamu yang mendaftar ke sekolah kepahlawanan. Anak-anak yang tertarik saat kelas 1 malah mendaftar ke sekolah biasa."

"Tertampar kenyataan." Aku mendengus.

"Yah, itu benar juga..."

3 bulan sebelum ujian benar-benar membuat frustasi. Semua kebiasaan yang tertanam sejak masuk SMP harus diubah seluruhnya dan itu agak melelahkan dan membuatku berkali-kali mempertanyakan pilihanku atas Yuuei.

Demi mengejar ketertinggalan dalam hal quirk dan kekuatan, aku harus menyeimbangkan antara sekolah dan latihan. Harus latihan setiap pagi dan sore setelah pulang sekolah, meski malas tetap harus dipaksakan. Aku juga harus memastikan tidak terlalu kelelahan hingga jatuh sakit karena akan mengacaukan rencana yang sudah ada.

3 bulan tidak selama yang kupikirkan. Rasanya baru kemarin formulir itu kuserahkan dan sekarang sudah ada ujian masuk untuk dihadapi. Aku cukup percaya diri dalam ujian tulis, tapi tidak dengan ujian praktik.

ShadowWhere stories live. Discover now