26

3.7K 313 50
                                    

بسم اللّه الرٌحمن الرّحيم



_________________________

أنـا مبحـر مع العـالم علـى زورق بـلا مجـداف عـلى كـف الـزمن تـايه ولا أدري ويـن يرمينـي

"Aku berlayar bersama alam di atas perahu tanpa dayung di telapak masa, dan aku tak tahu kemana ia akan melabuhkanku."

_Hati Yang Terluka_
___________



"Orang aneh!" ujar Bunda Faridda setelah melihat perawat laki-laki itu yang bergegas menghilang dari pandangannya.

🥀🥀🥀


Matahari tetap saja menampakkan cahayanya. Detik, menit, jam terus berputar sesuai dengan keadaan yang ditetapkan. Sudah empat hari ketentuan yang diajukan oleh Kyai Hasan dan saat ini waktunya untuk menagih janji kepada Gus Fatih.

Di tengah kegentingan semua orang. Terlihat seorang perempuan memakai  baju serba hitam menutupi seluruh tubuhnya. Senyuman andalannya  ia tampilkan ketika telah berhasil akan rencananya.

"Selamat memasuki kehidupan seperti neraka, Syakila!" ucapnya terkekeh gembira seolah merasa menang.

Sosok itu pun beranjak dari ruangan misteriusnya dengan mengayunkan kakinya menuju kamarnya yang ada di lantai atas.

Setelah memasuki kamar yang ada di lantai atas. Tangannya pun bergerak membuka lemarinya kemudian mengganti seluruh pakaiannya seperti kesehariannya.

Terdengar suara seorang wanita paru paya pun memanggil namanya.
"Kia!! Kamu siap-siap, ya! Hari ini kita ke pesantren Darussalam!"

Mendengar pesantren Darussalam membuat pupil matanya berbinar tidak karuan.

"Baik Umi!" teriaknya semangat.

"Bagaimana, Sayang? Pertunjukannya seru, kan?" lirihnya seraya melihat sebuah bingkai foto yang berisi seorang laki-laki berhodie hitam yang tengah tersenyum manis.

"Aku akan ambil hak-ku!" Tawanya kencang seraya mendesis sinis.

D

i Ponpes Darussalam sendiri Umi Haida tengah menyiapkan persiapan untuk menyambut calon besan. Sedikit senyum terbit di antara bibir pucat Umi Haida.

Setelah kepergian Suaminya Kyai Zafir, Umi Haida pastinya tengah menjalani masa i'ddahnya dengan tidak berdandan dan sebagainya.

Teruntuk jadwal Ponpes pun Umi Haida serahkan kepada Ustadz dan Ustadzah Ponpes Darussalam.

Sudah empat hari lamanya setelah kepergian suaminya. Gus Fatih pun enggan untuk menampakkan diri. Yang selalu  putranya lakukan hanya pergi ke masjid untuk melakukan sholat berjama'ah kemudian pulang dan kembali ke kamarnya.

Bahkan, untuk hanya sekedar makan saja ia enggan melakukan. Entah apa yang setiap hari Gus Fatih lakukan.

Pernah satu hari ke belakang Umi Haida membuka pintu kamar Gus Fatih. Matanya sedikit berair ketika melihat Gus Fatih yang terpuruk sekali.

Bahkan, yang Umi Haida lihat adalah Gus Fatih tengah menangisi bingkai foto seorang perempuan yang tidak lain adalah istrinya sendiri. Syakila Alquds.

Tanpa ingin menanyakan lebih lanjut lagi Umi Haida hanya menaruh makanannya di atas nakas lemari milik Gus Fatih.

HATI YANG TERLUKAWhere stories live. Discover now