06

3.6K 186 2
                                    

بسم اللّه الرٌحمن الرّحيم



___________________________

"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
– Q.S Al-insyirah (94:5)_

_Hati yang terluka_
________


"C-calon?" Syakila kebingungan dengan semua ini. Baru saja dirinya berharap, pada detik ini harapannya langsung saja musnah.

"Oh, m-maaf Ning. Saya tidak tahu itu." Syakila menjawab dengan terbata-bata.

Dari arah pintu perpustakaan, seseorang menyela dan membantah ucapan kedua perempuan itu.

"Jangan menyebar hoax, Ning Tazkia!" Seseorang yang tidak lain adalah Gus Fatih datang menyela dan membantah apa yang telah disampaikan oleh Tazkia.

"Aku tidak hoax, Gus. Sebentar lagi kita akan menikah!" tolak Tazkia mentah-mentah dengan pemikiran Gus Fatih.

"Jangan menghalu!" tegas Gus Fatih tidak main-main.

"Saya sudah punya calon sendiri. Jadi, nggak usah berharap lebih!" lanjut Gus Fatih yakin.

Syakila yang mendengar Gus Fatih yang sudah mempunyai calon sendiri pun bak luka basah yang diberi garam. Kenapa mengharapkan manusia itu sangatlah menyakitkan?

"Saya adukan ke Umi!" teriak Tazkia dan berlari menjauh meninggalkan Gus Fatih dan Syakila di dalam perpustakaan yang kebetulan sedang sepi.

Merasa salah dengan keadaan seperti sekarang. Syakila pun berniat beranjak dan melangkah.

Namun, niatnya terhenti akibat ucapan Gus Fatih yang membuat jantungnya merasa sangat tidak aman.

"Kamu sudah ada calon, Kila?" tanya Gus Fatih melirih dan sangatlah lembut.

Sepertinya Syakila halusinasi. Kenapa dirinya melamun tentang calon Gus Fatih itu dirinya.

Syakila pun menggelengkan kepalanya.

"Kenapa Kila? Saya bertanya."

Gus Fatih mengernyit menaikkan alis tebalnya. Seolah tersadar dengan dunia nyata, Syakila melongo dibuatnya.

"Y-ya. Kenapa Gus?" Syakila sangatlah linglung dengan situasi seperti sekarang.

"Kamu sudah ada, calon?" tanya Gus Fatih sekali lagi. Raut yang ditunjukkan Gus Fatih terlihat meyakinkan sekali.

"C-calon s-suami?" jawab Syakila terbata-bata menatap Gus tampan yang ada di hadapannya.

Gus Fatih mengangguk tegas.

"Belum, Gus."

"Jika saya mendatangi orang tua kamu, apa kamu bersedia?" lanjut Gus Fatih yang terlihat meyakinkan.

Syakila menghela napas panjang menenangkan dirinya. Syakila pun menjawab. "Sebelum Gus, ingin mendatangi kediaman saya. Hal apa yang membuat Gus Fatih, yakin dan bersikeras menjadikan saya sebagai pendamping hidup, Gus?" Syakila bertanya seraya menundukkan pandangannya.

"Apakah mencintai harus membutuhkan sebuah alasan?" Gus Fatih malah melayangkan sebuah pertanyaan balik yang memang tidak harus dijawab.

"Jawab terlebih dahulu pertanyaan saya, Gus!" tutur Syakila sedikit tegas.

"Baiklah. Kenapa saya yakin dan  bersikeras ingin menjadikan diri kamu sebagai pendamping hidup saya, karena ada suatu hal istimewa yang tidak bisa saya jelaskan, dan itu ada pada diri kamu, Syakila."Gus Fatih menjawab dengan tersenyum penuh arti.

HATI YANG TERLUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang