01

9K 290 2
                                    

بسم اللّه الرٌحمن الرّحيم

.
.
_________________________

"Allah senantiasa bersama hambanya setiap saat."

_Hati yang terluka_
_____________
.
.

Sinar matahari menyapa penghuni rumah seorang gadis berparas cantik. Baru saja dia menyelesaikan tadarus rutinnya setiap waktu.  Berdoa pada sang Pencipta sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang Hamba pada Tuhannya.

"Dek! Abang buka pintunya, ya,"  ucap seorang laki-laki seraya membuka knop pintu kamar milik sang Adik.

"Wa'alaikumsalam," tutur sang Adik tersenyum geli melihat Abang kesayangan dirinya yang senantiasa membuatnya selalu kuat di setiap saat.

"Eh ... astagfirullah. Lupa Abang, maaf ya." sang Abang meringis tidak enak dan berujung menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Sang Adik pun hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum kembali.

"Ulang lagi, Bang."

Sang Abang pun tersenyum dan mengangguk.

"Assalamu'alaikum," ulangnya seraya tersenyum dan mendudukkan bokongnya di dekat sang Adik.

"Wa'alaikumsalam, Abang tersayang-nya Kila."

Syakila pun menyambut tangan sang Abang dengan lembut dan penuh hormat.

"Abang mau bilang sesuatu sama Kila. Adek mau nggak, Abang masukin ke Pondok Pesantren? Abang nggak maksa, kok. Kalau Adek nggak mau juga, Abang nggak apa-apa," tanya Aydan Arshaka.
Kakak tertua dari seorang gadis bernama Syakila Alquds.

Syakila yang ditanya seperti itu pun hanya tersenyum manis pada Sang Abang. Arshaka yang  melihat respon Adiknya seperti itu pun merasa bingung.

"Insyaallah, Syakila siap dan mau, Bang!" Syakila menatap Arshaka yang tersenyum hangat dan sangat lebar.

"Alhamdulillah. Kalau gitu besok kamu siap-siap, ya. Pukul sembilan pagi kita langsung berangkat."

Arshaka merasa sangat bahagia sekali. Setidaknya Adiknya  pun akan pernah merasakan memasuki Pondok Pesantren, milik seorang Kyai ternama di kota tempat dirinya menimba ilmu waktu dulu.

"Gak kecepatan, Bang?" tanyanya  bingung.

"Insyaallah nggak, Dek. Kamu tinggal masuk aja. Abang sudah jauh-jauh hari daftarin kamu ke Pondok," balas Arshaka.

"Kalau boleh tahu, nama Pondok Pesantren-nya , apa Bang?" entah kenapa Syakila merasa gugup dan resah padahal tidak ada sesuatu hal yang harus dikhawatirkan.

"Di Pondok Pesantren Darussalam. Milik Kyai Zafir Husein, Guru-nya Abang."

Arshaka tidak pernah sama sekali ada pikiran untuk memasukkan Adiknya ke tempat waktu dulu ia menimba ilmu. Karena untuk kebaikan Syakila sendiri, Arshaka pun memutuskan untuk memasukkan Adiknya ke Pondok Pesantren Darussalam.

"Kalau itu demi kebaikan Kila. Insyaallah, Kila akan selalu  jujur dan amanah di tempat mana pun yang telah disiapkan dan ditakdirkan oleh Allah untuk Kila," sambut Kila tersenyum sumringah dan sangatlah hangat.

HATI YANG TERLUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang