Mengapa Umi Haida mengatakan hal seperti itu? Mengapa putri kecilnya Syakila tidak ada di antara mereka semua?

Apa yang tengah kamu alami, Nak ... batin Bunda Faridda menatap nanar kepada semua orang yang mendadak bubar setelah Umi Haida memerintah untuk kembali ke Ponpes Darussalam.

Setelah kepergian seluruh Santri dan Santriwati yang ikut ke pemakaman. Tinggal Gus Fatih, Umi Haida, keluarga Kyai Hasan, keluarga Ndalem, sahabat Syakila dan juga seorang wanita yang tidak lain adalah Bunda Faridda.

Sesaat, hening melanda semua orang yang tersisa.  Merasa frustasi dengan ini semua, Gus Fatih pun hanya tertunduk dan meyugar rambunya ke belakang.

Tak sengaja pandangannya pun menatap kepada Ibu mertuanya, Bunda Faridda. Ada setitik raut kecewa yang nampak jelas di antara wajah yang sudah terlihat keriput itu.
Ia tidak bisa menyembunyikan apapaun lagi, dan yang pastinya Bunda Faridda akan menanyakan dimana putrinya Syakila.

Umi Haida dan Gus Fatih pun beranjak dan diikuti oleh sahabat Syakila dan juga keluarga Ndalem yang tidak lain adalah Adik dari Kyai Zafir.

Netra Umi Haida mendadak membulat ketika melihat ibu dari menantunya ternyata hadir pada pemakaman pada hari ini. Tak mau menghiraukan bunda Faridda apalagi menyapanya, Umi Haida langsung bergegas pergi meninggalkan wanita itu, dan diikuti oleh keluarga Ndalem dan juga keluarga Kyai Hasan.

Melihat semua orang bersikap acuh terhadapnya, Bunda Faridda hanya memejamkan kedua matanya. Aisha, Elfisya dan Kinara mendadak menghentikan langkahnya dan langsung menghampiri Bunda Faridda.

"Maaf, Bu? Mau mencari siapa?" tanya Kinara dan diikuti oleh Elfisya yang ikut mengangguk.

Namun, hal itu tak kunjung juga Bunda Faridda jawab, karena netranya tengah menatap kepada menantunya dan seorang perempuan yang waktu dulu disukai oleh putranya sendiri.

Melihat sosok yang ditanya malah menatap kepada Gus dan sahabat mereka, membuat kedua gadis itu mengernyitkan dahinya heran.

Apakah sosok wanita yang barusan mereka tanya mengenal Gus dan sahabatnya? pikir mereka berdua.

Melihat kondisi yang terlihat akan memburuk sekaligus memanas, Aisha pun ikut menghampiri kedua sahabatnya yang terlihat tengah kebingungan.

"Afwan Bunda. Bunda ingin mencari siapa?" tanya Aisha mencoba untuk bertanya kepada Ibunda dari Adiknya Aydan. 

Bunda Faridda pun menghela napasnya sesaat.

"Syakila!"

Deg!

Keempat hati mereka mendadak dilanda cemas dan juga khawatir. Mengingat nama Syakila disebut membuat pikiran mereka semua langsung kacau balau. Elfisya dan juga Kinara langsung memandang satu sama lain.

Apa pikiran mereka berdua sama bahwa sosok yang ada dihadapannya adalah  Ibunda dari sahabatnya yang tengah berjuang antara hidup dan matinya?

Melihat Aisha yang malah menundukkan pandangannya dan juga tak kunjung membalas atas pertanyaannya, netranya pun berpindah pada menantunya yang tidak mau mendekatinya.

Ada apa ini? Mengapa mendadak hatinya semakin cemas?

"Nak Fatih!" Merasa namanya dipanggil oleh ibu mertuanya, langkah kaki Gus Fatih pun terpaksa mendekati dan menghampiri Bunda dari istrinya itu.

HATI YANG TERLUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang