"Kalian pergi ke pesantren! Makasih sudah mau menemani istri saya."

Mendengar perintah dari Gus muda mereka, Kinara dan Elfisya pun mengangguk kemudian pergi dari rumah sakit. Rasa sedih dan kecewa sebenarnya memenuhi relung hati mereka.

"Baiklah Gus. Assalamu'alaikum!" pamit Kinara dan Elfisya secara bersamaan dan mendapat anggukan dari Gus Fatih. 

Setelah kepergian Kinara dan Elfisya, lantas Gus Fatih pun mencari kamar ruang inap yang digunakan Syakila.

Merasa sangat susah akhirnya Gus Fatih pun bertanya kepada Suster yang kebetulan baru saja keluar dari sebuah ruangan.

"Maaf Sus! Pasien atas nama Syakila di ruangan berapa, ya?" Suster yang di tanya pun mengangguk dan memberitahu.

"Ruangan 05!" Gus Fatih pun mengangguk dan mengucapkan terimakasih. Kemudian langsung berlari menuju ruangan 05.

Namun, baru saja Gus Fatih sampai dan melihat tubuh Syakila yang terbaring lemah di atas ranjang. Suara ponselnya mengagetkan Gus Fatih. Ia pun memutuskan mengangkat panggilan dari Umi Haida.

Sesaat, Gus Fatih terpaku dengan banyaknya telepon dari Bunda Faridda, Ibu Mertuanya. Tanpa mengiraukan itu semua, Gus Fatih pun mengangkat panggilan dari Uminya yang terus berdering memenuhi layar ponselnya.

"Assalamu'alaikum, Umi!" 

"Wa'alaikumsalam! Fatih. Kamu segera ke rumah sakit!" Mendengar nada gusar dan khawatir yang dikeluarkan Uminya membuat hati Gus Fatih sedikit cemas.

"Ada apa, Umi?" 

"Abah Nak ... Abah ... " Tanpa mematikan ponselnya lantas Gus Fatih langsung meninggalkan Syakila sendiri. Lagi-lagi Gus Fatih pasti akan kalah dan lebih mementingkan keluarganya daripada istrinya sendiri.

Langkah Gus Fatih sempat terhenti karena melihat Gus Azzam dan Aisha, istrinya yang tengah saling memeluk satu sama lain.

Gus Fatih tidak menghiraukan itu semua. Ia langsung membuka pintu mobilnya, kemudian masuk dan menjalankan mobilnya dengan sedikit tergesa.

Kebetulan rumah sakit yang ditempati Abi dan istrinya berbeda. Oleh karena itu, Gus Fatih harus bergegas untuk pergi ke rumah sakit yang Abinya singgahi.

Di dalam mobilnya, sungguh hati Gus Fatih sangat dilanda kecemasan yang sangat berlebihan. Di satu sisi ia sangat mengkhawatirkan Syakila, di satu sisi  juga ia sangat mengkhawatirkan Abinya.

Mana yang harus ia prioritaskan terlebih dahulu?

Tiga puluh menit berlalu, Gus Fatih tidak menyadari mobil yang ia kendarai ternyata telah sampai di Rumah sakit Qalbu. Tempat Abinya dilarikan.

Langkah kakinya pun ia percepat bahkan sampai berlari dengan tergesa gesa. Dengan bertanya kepada resepsionis Rumah sakit, Gus Fatih pun akhirnya bisa menemukan ruangan Abinya.

Namun, mendadak langkah kakinya tidak secepat dan setergesa tadi. Mendadak jantungnya berpacu lebih cepat dan juga sangat kencang. Di sana Abinya terlihat menutup kedua matanya. Uminya menangis histeris dan memeluk sang Abi yang sudah sangat tidak berdaya.

Bahkan yang membuat Gus Fatih lebih shock adalah keberadaan keluarga Kyai Hasan yang mendampingi Abinya. Tanpa sengaja pandangan Gus Fatih menubruk netra kelam yang menatap ke arah dirinya.
Senyuman terbit di antara cadar yang menghalangi wajah teduhnya itu.

"Gus Fatih!" serunya sehingga mengalihkan perhatian semua orang tertuju kepadanya yang menatap nanar kepada semua orang.

Umi Haida yang melihat anaknya yang bergeming dan tidak berpindah tempat pun langsung memanggilnya.

"Ke sini, Nak!" panggil Umi Haida dengan mata sembabnya kepada Gus Fatih.

Tungkai Gus Fatih pun melangkah secara perlahan dan terasa sangat lesu. Baru saja ia sampai di sebelah brankar Abinya, terdengar suara lirih memanggil namanya.

"F-Fatih ... " panggilnya perlahan dan berusaha membuka matanya yang terlihat sudah sangat sayu.

Melihat keadaan Abinya yang terlihat sangat kritis, membuat Gus Fatih semakin terpuruk dan merasa bersalah. Ia telah gagal menjadi suami sekaligus menjadi seorang anak yang berbakti kepada orang tua.

Tanpa basa-basi Gus Fatih langsung menubruk dada Kyai Zafir yang terlihat sangat lemah sekali. Tetesan demi tetesan memenuhi seluruh wajah Kyai Zafir dan juga Gus Fatih. Ia peluk sekuat mungkin tubuh Abinya.

Kyai Zafir pun sedikit berbisik kepada Gus Fatih yang menitihkan air matanya. "Bantu A-Abi ya, Nak?" Gus Fatih rasanya sangat tidak kuat untuk melihat Abinya yang  terbaring lemah tidak berdaya.

"M-menikahlah dengan N-ning Tazkia ...  Dan jangan sakiti S-Syakila. Buat dia bahagia, Nak ..." pinta Kyai Zafir yang mendapat respon Gus Fatih yang sedikit terbelalak kaget.

Mengapa Abinya mendadak meminta permintaan ini? Bukankah beliau tidak pernah memaksa akan keputusannya yang tidak mau menikah kembali?

Lantas kalau dirinya menikahi Ning Tazkia, yang ada ia akan kembali menyakiti hati istrinya lagi. Apa yang harus ia lakukan?

"Mengapa Abi menyuruh Fatih menikah kembali, Abi ... " lirih Gus Fatih menatap sendu pada Kyai Zafir yang terlihat sudah mulai melepaskan pelukan mereka.

"Ashadu anla illaha illalloh, wa-ashadu anna m-muha-mmadan Ra-Rasulullah ... " gumam pelan Kyai Zafir sembari melepaskan pelukan dengan Putranya.

Merasa tidak ada respon sama sekali, membuat Gus Fatih sedikit khawatir dan menoleh kepada Abinya.  Ternyata Abinya menghembuskan napas terakhir di dalam dekapannya.

"Abi? Abi?!" Gus Fatih mencoba membangunkan Kyai Zafir yang terlihat tidak bergerak sama sekali.

"Abah!! Jangan bercanda!" teriak umi Haida tiba-tiba kemudian langsung mengguncang tubuh Kyai Zafir yang terlihat sudah sangat dingin.

"Nggak! Abah jangan ninggalin kita! Abahhh!!!" Umi Haida terus mengguncang tubuh Kyai Zafir yang sudah membeku dan terbujur kaku.

"Innalilahi wa Inna ilaihi raji'un!"

_____________________

Tbc🤡
Gak bisa berword-word.
Gimana nih,
Apakah Gus Fatih akan mengabulkan wasiat terakhir dari Abinya?
Seperti biasa, Jangan Lupa!
VOTE MAX+500
KOMEN MAX+250
SHARE SEBANYAK-BANYAKNYA!!

TEMBUS LEBIH DARI 500 VOTE! AKU AKAN DOUBLE UPDATE📌

WARNING!!!
BACA AL-QURAN DULU 💓
SEBELUM BACA STORY HYT💓

FOLLOW MY ACCOUNT!!
@Seblakz_cekerz
Wasalam💓🤡

Bandung
Jumat, 05 April 2024
_Rdnz🤡

HATI YANG TERLUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang