Aisha dan Gus Azzam pun lantas mengangguk tanda mengerti. "Kalian boleh temui pasien. Saya permisi."

Setelah kepergian Dokter Gina, Aisha pun beranjak menemui Syakila yang terlihat terbaring lemah dengan selang infus yang ia gunakan.

"Mas tebus dulu obat. Kamu temani Syakila, ya. Assalamu'alaikum."

Melihat kepergian Suaminya, Aisha pun sedikit lega karena masih ada sosok saudara yang masih peduli terhadap Syakila. Memikirkan perlakuan Umi Haida terhadap menantunya membuat Aisha merasa sangat sedih bercampur kecewa.

Melihat seorang perempuan bergamis nude menghampirinya. Syakila tersenyum hangat dengan raut pucat pasinya.

"Maaf ya Kila!"

"Kak Ais tidak perlu meminta maaf." Dengan raut pucat pasinya Syakila berkata.

Sementara di lain tempat Gus Azzam sedang menebus obat yang diperlukan Syakila. Dengan raut sedikit kesal Gus Azzam lantas mengangkat benda pipihnya yang berdering entah siapa yang menelepon.

"Assalamu'alaikum!"

"Lo darimana aja, sih? Gue telponin lo berkali-kali dan lo malah nggak angkat telepon gue!" Gus Azzam sangat marah terhadap kakak sepupunya itu. Mana ada suami yang seperti Gus Fatih ini. Istri sedang sakit ia malah menghilang tanpa kabar.

"Ada sesuatu yang penting?" tanya seorang laki-laki yang tidak lain adalah Gus Fatih.

Setelah dari Pesantren Kyai Hasan lantas Gus Fatih tidak berbicara apapun ataupun bertindak. Pikirannya sangat kalut apalagi dengan pernikahan yang tidak diinginkan olehnya ini. Ia rindu istrinya dan merasa amat bersalah kepadanya.

"Istri lo masuk rumah sakit!"

Tut!

Dengan kesal bercampur rasa kecewa lantas Gus Azzam melangkahkan kakinya menuju ruang inap Syakila yang telah dipindahkan.

Dengan emosi yang masih menggebu di dada, Gus Azzam pun masuk ruangan Syakila tanpa mengucapkan salam.

"Astagfirullah! Mas kok, nggak ngucapin salam?" Heran Aisha sedikit terkejut karena tindakan Suaminya yang membuka pintu dengan sangat kasar tanpa mengucapkan salam. Begitu pula dengan Syakila yng langsung istighfar karena kaget.

"Ini obatnya!" Tangan putih itu pun mengulurkan plastik putih yang digenggamnya.

"Yang ikhlas!" sentak Aisha tanpa sadar seraya membawa plastik yang diulurkan sang suami.

Gus Azzam pun hanya mendengkus dan duduk di sofa yang ada di ruang rawat Syakila.

Sedangkan di lain tempat, Gus Fatih begitu mengkhawatirkan keadaan istrinya. Kenapa istri mungilnya bisa masuk ke rumah sakit?!

Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit. Lantas Gus Fatih pun sampai di rumah sakit tempat istrinya dilarikan.

Dengan tergesa langkah kakinya ia ayunkan sangat cepat. Ia begitu khawatir terhadap Syakila.

"Assalamu'alaikum!" Napas Gus Fatih sungguh terengah-engah. Ia lari begitu kencang dari parkiran hingga ke lantai 3 tempat ruang rawat Syakila.  Melihat kedatangan kakak sepupunya, Gus Azzam pun beranjak dari sofa dan mengajak Aisha untuk pulang.

HATI YANG TERLUKAWhere stories live. Discover now