Tanpa sadar tangan Elfisya mengayun dan mendarat dengan mulus pada pipi Abidzar.
"Stop  Abidzar Habrizi! Gue bukan orang seperti itu!" Dengan lirih Elfisya menjawab.

Kakinya pun melangkah dan berlari meninggalkan Aisha dan Abidzar yang merasa bersalah.

"Kamu keterlaluan, Dzar!" Setelah mengucapkan kalimat tersebut Aisha pun berjalan dengan kencang  menyusul Elfisya yang telah hilang entah kemana.

Maaf Fisya, batin Abidzar kemudian pergi menaiki motor matic yng ia bawa.

🥀🥀🥀

Harum makanan begitu menyerbak memenuhi ruangan. Ternyata Aisha dan Syakila tengah memasak di dapur Asrama. Tak terasa semua makanan yang mereka masak pun telah siap tersedia.

"Boleh aku minta tolong, Kil?" Aisha yang tengah kerepotan pun meminta tolong kepada Syakila.

"Boleh, Kak. Kenapa?" balas Syakila.

"Kamu boleh cari Elfisya, nggak? Sedari pulang dari pasar dia enggan bicara sama siapapun." Syakila hanya mengangguk dan beranjak untuk mencari Elfisya yang tengah bersedih.

"Gue bukan perempuan seperti itu. Gue bukan perempuan murahan. G-gue, Hiksh ... " Elfisya menangis menjerit menumpahkan semua sakit hatinya.

Tanpa ia sadari seorang laki-laki bersarung biru langit menghampiri Elfisya yang tengah menangis di pojok pekarangan pesantren Darussalam.

"Sar! Masuk! Jangan kayak gitu." Suara bass seorang laki-laki masuk indra pemdengaran Elfisya.

Perlahan kepala Elfisya mendongak menatap lirih kepada laki-laki dingin yang pernah ia kenal.

"Gue nggak mau!" bentak Elfisya tanpa sadar.

"Pulang! Pegang sorban ini! Saya antar," ucapnya tegas seraya mengulurkan sorban hitam yang sedari tadi ia pakai.

"Lo nggak usah peduli! Lo sama aja seperti teman busuk lo itu!" hina Elfisya.

"Pegang!"

Elfisya tetap menggeleng tegas. "Pegang! Atau saya bilang sama Ibun!" tuturnya enggan dibantah.

Tanpa melihat wajah Elfisya yang penuh dengan air mata, laki-laki tersebut terus mempertahankan menjaga pandangannya. Sembari menyodorkan sorban yang sedaritadi ia pegang.

Tanpa sadar tangan Elfisya pun meraih sorban hitam yang sedari tadi menganggur. "Lo duluan Al! Gue mau pulang sendiri." Tanpa menunggu kalimat terucap Elfisya pun pergi tanpa pamit dan berucap sepatah kata pun.

"Nggak ada yang berubah dari lo, Sar!"

"Gue Elfisya bukan Sara! So, Tuan Abyaz  Al-tamis yang terhormat, nggak usah sok peduli!" Elfisya pun pergi setelah menyentak Abyaz. 

Abyaz yang mendapat perlakuan seperti itu pun hanya menghela napas panjang. Mengapa Elfisya begitu acuh terhadapnya?

Mendadak langkah kaki Elfisya terhenti karena melihat Syakila yang menghampirinya. 

"Kak El kemana aja, sih? Kila cariin tau." Cerocos Syakila tanpa jeda.

Elfisya yang mendengar Syakila nyerocos pun memutar kedua bola matanya. "Dari belakang!" Tanpa mendengar apapun lagi Elfisya melanjutkan langkah kakinya menuju pelataran pesantren Darussalam.

HATI YANG TERLUKADonde viven las historias. Descúbrelo ahora