30. "Salah kita berdua."

88 9 17
                                    

spesial hari ini double up!!!😍
happy ga? harusnya happy sii...!
karena berhubung double up, bisa kali ya tembus 15+ komen mwueheheh...  dikit aja dulu, kalo banyak" ntar sesak wkwk.

kalian udah follow? jangan di unfoll ya:)
makasii💙



"Sekian presentasi dari kelompok kami, jika ada yang ingin bertanya silahkan angkat tangan."

Saqeela bersuara di depan kelas dengan berdiri bersama teman-teman sekelompok yang terdiri dari Evan sang ketua kelas, Rafian, Sandrina, Sakia serta Ale. Mereka melakukan presentasi pelajaran bahasa Indonesia.

"Tanya Lex!" Kica menjawil lengan Alex.

"Lo aja."

"Tanya Je!" seru Kica pada Najean.

"Gak ah."

"Baik, sepertinya tidak ada yang ingin bertanya. Kalau begitu persentasi kelompok akan kami ak-

"Gue mau nanya."

Ucapan Saqeela terpotong ketika seseorang mengangkat tangannya untuk mengajukan diri bertanya.

"Silahkan." ujar cewe itu.

"Masih marah sama gue? Mau sampe kapan marahnya?"

Pertanyaan itu, tentunya dari seorang Arensyah Rassya Adibaskara. Cowo itu dengan pede-nya bertanya hal yang tak menyangkut pelajaran yang tengah di bahas. Tentu dia berhasil mendapatkan tatapan tajam dari Saqeela.

"Rassya sialan!" umpat Saqeela dalam hati.

Saqeela kesal. Kenapa bisa Rassya membawa-bawa masalah pribadi di kelas? Apa yang akan di katakan oleh Bu Mega dan anak-anak setelah mendengar pertanyaan itu? Saqeela benar-benar sangat malu detik itu juga. Rasanya ingin menghilang saja dari dalam kelas. Tapi Rassya? Cowo itu terlihat begitu santai sekali.

"Pertanyaan batal di terima. Terima kasih, assalamu'alaikum warahmatullahi wabaraakatuh..." seru Ale yang kemudian membubarkan kelompoknya untuk kembali duduk ke bangku masing-masing.

"Rassya, kita sedang belajar bahasa Indonesia bukan belajar menghadapi masalah cinta seperti kamu!" ujar bu Mega, guru dengan postur tubuh sedikit berisi dan rambut yang di sanggul rapi, pemegang mata pelajaran bahasa Indonesia.

"Salah saya apa ya, Bu? Kan tadi mereka bilang ada yang mau bertanya? Yaudah saya nanya dong, salah?" tutur Rassya tak ingin disalahkan.

Saqeela yang telah kembali duduk di bangkunya pun seketika ingin sekali melayangkan pukulan keras kepada Rassya. Tetapi tidak mungkin, masih ada Bu Mega. Beda cerita kalau Bu Mega tidak ada di dalam kelas.

"Bu biarin aja, biasa yang kayak gitu haus kasih sayang." tutur Najean.

Bu Mega bergeleng kepala. Dia tak heran dengan perilaku anak didiknya pemilik nama Rassya itu. Memang sulit untuk disalahkan.

"Sudah... kembali ke materi." ucap bu Mega.

Tring... Tring...

"ISTIRAHAT BU!!!" teriak semua murid di dalam kelas kecuali Saqeela.

Tak ada yang bisa dilakukan Bu Mega selain berhembus napas gusar. Baru saja ingin melakukan materi, bel istirahat sudah lebih dulu berbunyi.

"Yasudah kita lanjut minggu depan." final Bu Mega menahan sabar.

"Minggu depan ujian, Bu." tukas Rafian.

Bu Mega mendelik tak percaya. Apa ini? Banyak sekali cobaan rintangan untuk dirinya mengajar? Jam pelajarannya kali ini habis di waktu presentasi, dan ketika ingin melanjutkan materi malah sudah jam istirahat dan minggu depan ujian?

Ancaman Cowo Brandal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang