4. Sahabat gila

169 10 6
                                    

"Gue rasa tu cewe pake pelet deh." celetuk Ale tiba-tiba saat semua anak-anak menunggu penjelasan dari Rassya soal Saqeela.

Sekarang tujuh cowo yang katanya berandalan itu tengah asik berduduk ria di bangku masing-masing dalam sebuah gudang yang tentunya gudang persaksian terjalinnya hubungan pemaksaan Rassya dan Saqeela tadi pagi. Gudang itu pula yang menjadi tempat pelarian tujuh cowo itu dikala cabut.

"Lo ngomong sekali lagi, gue habisin lo!" cetus Rassya.

Rassya pemilik sifat yang keras kepala, emosional dan tak dapat di bantah. Tak heran kalau dirinya terkadang masih di segani oleh sahabatnya karena takut akan memancing emosi dirinya. Meski begitu, Rassya tetap memiliki sisi baiknya. Cowo itu suka menolong, mengasihani, dan lumayan sedikit peka. Tak akan dibiarkannya seseorang melukai orang-orang yang dia sayangi.

"Sorry Sya. Bercanda gue." panik Ale gelagapan. Sementara Alex yang berada di dekatnya pun seketika tersenyum dengan seringainya seraya mengemut permen kaki yang baru dia beli di kantin tadi.

"Coba deh lo ceritain awal mulanya." ujar Najean.

Rassya nampak menarik napasnya dalam-dalam dan membuangnya kasar sebelum akhirnya dia mulai menceritakan awal mula dirinya bertemu Saqeela pagi tadi.

"Tadi pagi gue duduk dibawah pohon mangga deket koridor depan. Gue emang daritadi udah merhatiin tu cewe aja dari mulai turun mobil sampe akhirnya di koridor. Gak tau, tiba-tiba badan gue gerak dan reflek narik dia ke gudang. Kayaknya gue cinta sama dia."

"Lah monyet, mana bisa gitu kalau gak ada alasannya." seru Kica.

"Cinta gak perlu alasan. Intinya gue suka sama tu cewe." tutur Rassya.

"Yaudah-yaudah, gini aja. Yang paling penting sekarang mending lo PJ!" Najean membuka suara dengan antusiasnya hingga membuat seluruh pandangan mata anak-anak lain mengarah padanya, terutama Rassya yang menatapnya tajam penuh kekesalan. Najean memang paling depan kalau soal PJ.

Pletak!

Rassya melempar sebuah buku bekas yang berada di atas meja usang di dekatnya. Buku itu terlempar mengenai sasaran, jatuh tepat di depan wajah Najean.

"Mabok PJ lo, gemblung!" cerca Rassya.

Sementara Najean terdiam seraya mengusap wajahnya dan membuang kasar buku sialan itu ke sembarang tempat.

"Yaelah PJ doang, gak akan habis juga duit lu." bukannya trauma, Najean malah semakin kekeh pada pendiriannya soal PJ. Lagian, jarang dirinya mendapat traktiran dari seorang Rassya, wajar kan kalau dirinya minta PJ?

"Bacot!" seru Rassya.

"Dih, lo-

"Yaudah nanti." potong Rassya di tengah-tengah Najean berbicara.

Mendengar itu tentunya membuat Najean bergembira ria dengan mata yang berbinar terang, seakan-akan dia telah memenangkan hadiah giveaway.

"Asekkk gitu dong, daritadi kek!"

"Itu baru namanya sohib gue!" lanjut Najean bertepuk tangan ria.

"Iya, nanti kapan-kapan. Nunggu lo meninggal." ucap Rassya enteng dan berseringai. Tentu mendengar itu membuat anak-anak langsung tertawa lepas bahkan kini Najean habis di bantai dengan pukulan gemas dari Ale dan Kica. Sementara Rassya hanya terkekeh dan Reyza yang diam tanpa ekspresi serta kepalanya yang bergeleng. Sejujurnya Reyza lelah dengan tingkah semua sahabatnya itu, tetapi jika tidak ada mereka hidupnya akan terasa sepi.

Biarlah mereka gila, asal bukan dirinya yang ikut gila.

"Gak asik lo!" seru Najean pada Rassya setelah lolos dari pukulan Ale dan Kica.

Ancaman Cowo Brandal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang