3. Kekecewaan Sandrina

187 12 6
                                    

sesusah itu kah untuk menekan tombol vote?

•••

"Kantin?"

Lemparan pertanyaan itu bukan dari Sandrina ke Saqeela maupun dari Saqeela ke Sandrina, tetapi dari Rassya tertuju pada Saqeela tentunya. Bel istirahat baru saja berhenti berdenting, cowo itu tiba-tiba sudah berada di samping Saqeela dan mendaratkan tangan nya di puncak kepala cewe itu.

Kaget? Tentu saja. Tetapi lebih kaget Sandrina saat melihat itu. Bukannya Saqeela mengatakan kalau dia tak mengenal Rassya? tapi sekarang? pikir Sandrina terheran-heran.

"Kok diem, hmm?" tanya Rassya lagi seraya merapikan rambut Saqeela.

Saqeela menghela napas gusar dan melihat tajam Rassya. "Bisa gak, jauh dari gue?" tanya Saqeela.

Rassya menaikkan kedua alisnya lalu melepaskan tautan tangannya dari Saqeela. "Udah? Sekarang ayo ke kantin." ucap Rassya setelah membuat jarak dengan Saqeela.

"Qeel, katanya lo gak kenal sama Rassya?" tanya Sandrina tiba-tiba. Saqeela menelan salivanya kasar, dia lupa kalau masih ada Sandrina di dekatnya.

Rassya mengernyitkan dahinya. "Lo bilang sama Sandrina kalau lo gak kenal gue, sayang?"

Sial! Rassya mulai kembali memanggilnya dengan sebutan mematikan itu. Apa yang harus Saqeela jelaskan pada Sandrina?

"SAYANG!?" pekik lima orang cowo yang tak lain adalah para teman-teman dekat Rassya, menyisakan satu di antaranya yang hanya diam di tempat tanpa ikut mengeluarkan suara.

"Iya sayang, kenapa? Dia cewe gua."

"RASSYA!" pekik Saqeela gemas. Rassya sangat membuat emosinya memuncak.

Rassya menoleh kembali ke arah Saqeela saat dirinya sempat melihat teman-temannya satu per satu. Saqeela yang masih duduk manis di bangkunya pun seketika dibuat terpaku, terkunci as tergembok saat Rassya membungkukkan tubuhnya dengan membawa tatapan matanya benar-benar bertemu langsung pada mata Saqeela. Hembusan napas keduanya pun bahkan begitu terasa karena jarak wajah mereka yang begitu dekat.

"Kenapa? Lo kan emang cewe gue. Lo pacar gue, lupa? hmm?" tutur Rassya yang kemudian mendaratkan kembali bibirnya di dahi Saqeela sekilas sebelum akhirnya kembali berdiri tegak.

Saqeela diam. Lagi dan lagi dia tak bisa memberontak atau bahkan mendorong keras laki-laki sialan yang sudah berani menciumnya dua kali.

"Gila gila gila, ini adalah sebuah fakta yang gak bisa gue terima!"

"Sya, lo harus klarifikasi sama kita!" lanjut Najean bergeleng kepala.

Sementara di belakang Saqeela, sudah ada Sandrina yang berdiri dari bangkunya dan menatap Saqeela penuh kekecewaan. Saqeela menyadari gerakan Sandrina, lantas dia buru-buru ikut berdiri menghadap teman cewe yang baru dikenalnya beberapa jam lalu.

"Kita baru kenal tapi lo udah bohong sama gue. Lo bilang lo gak kenal Rassya, tapi sekarang gue denger secara langsung kalau lo pacarnya Rassya. Maksud lo apa, Qeel?" tanya Sandrina nada rendah.

"Gak gitu, San. Maaf."

"Terus lo berharap mau gue maafin? Setelah lo bohong sama gue di hari pertama kita kenal?"

"Gue bisa jelasin semuanya, San. Gue gak bermaksud bohong sama lo." Saqeela meraih tangan Sandrina, tetapi dengan sigap Sandrina menolak tangannya karena ia sudah terlanjur kecewa.

Orang mana yang terima jika dirinya di bohongi padahal baru saja bertemu? Wajar kalau Sandrina kecewa, kan?

"San, Sandrina!" teriak Saqeela saat melihat kepergian Sandrina dari kelas.

Ancaman Cowo Brandal Donde viven las historias. Descúbrelo ahora